Mo Liancheng tersenyum. Dia tidak berniat untuk mengingatkan Qu Tan'er bahwa tangannya masih ada di dalam genggamannya. Namun, saat melihat goresan luka yang sudah agak pudar di punggung tangannya, dia pun terdiam sesaat, lalu bertanya. "Luka ini dari mana?"
"Dari Kak..." Qu Tan'er hampir saja keceplosan. Di tangan yang digenggam Mo Liancheng itu terdapat luka yang pernah membuatnya marah setengah mati. Luka itu kini sudah mulai pudar. Dia mencoba melepaskan tangan dengan tenaga sambil berkata, "Bukan urusanmu."
"Aku sedang bertanya kepadamu." kata Mo Liancheng yang tidak mau melepas tangan Qu Tan'er.
"Tangan ini adalah milikku. Kalau aku mau menjawab, aku akan menjawab dan kalau aku tidak mau menjawab, aku tidak akan menjawab." tegas Qu Tan'er. Berengsek, dia pikir dia itu bos? Aku tidak akan memedulikannya, pikirnya.