"Oh, untuk apa telur itu?"
"Pangeran, banyak luka memar di punggung Tan'er. Telur rebus ini dipakai untuk meredakan memar itu." terang Qu Tan'er yang sebenarnya merasa tidak senang, namun dia tetap menjelaskannya dengan sabar.
Mo Liangcheng menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengerti. Tak berniat mempersulit Jingxin lagi, dia kemudian memerintah, "Kamu… pergilah."
"Pangeran, hamba…" Jingxin merasa keberatan. Dia berpikir bahwa jika dirinya pergi, siapa yang membantu merawat Nona?
Dalam benaknya Qu Tan'er merasa merana. Pria menyebalkan ini jangan-jangan berniat…. Benar juga, apa yang tidak diinginkannya, pasti akan terjadi.
Dengan pelan Mo Liancheng berkata, "Masih belum pergi juga kamu? Tunggu di luar! Tanpa perintah saya, jangan biarkan satu orang pun masuk. Kamu jangan khawatir, saya orang yang berpikiran sempit. Saya tidak suka tubuh istri saya dilihat orang lain."