Lengan Mo Liancheng melingkari tubuh Qu Tan'er dan dagunya dengan lembut menyentuh dahi istrinya itu. Napasnya terdengar sangat tenang merebak. Sedangkan Qu Tan'er sangat menyukai posisi keduanya yang sedang bersandar seperti ini dan mereka hanya diam sambil berpelukan.
Setelah hening dalam waktu yang cukup lama…
"Tan'er, kamu harus ingat ini. Di mataku, tidak ada yang bisa menggantikanmu. Kamu yang paling penting, mengerti?" ucap Mo Liancheng.
"Iya," jawab Qu Tan'er. Dia sangat mengetahui hal itu.
"Jika kamu tidak ingin aku melakukan sesuatu, katakan saja."
"Iya."
"Jangan berpegang pada yang lainnya," kata Mo Liancheng lagi.
"Iya," jawab Qu Tan'er.
"Jika kamu tidak ingin aku menjadi kaisar, aku akan menyerah."
"..." Mata Qu Tan'er yang awalnya dipenuhi tatapan malas, tiba-tiba terbelalak. Dia menatap Mo Liancheng dengan tatapan terkejut. Apa yang baru saja dia katakan? Batinnya.