"Bagaimana bisa seorang Istri Pangeran dibiarkan menghadapi hal sulit? Bukankah itu terlalu merendahkan harga diri Pangeran?" Mo Liancheng tiba-tiba mendekat ke telinga Qu Tan'er dan berbisik.
"Pffttt!" Qu Tan'er tiba-tiba menahan tawa.
"Haha!" Mo Liancheng juga ikut tertawa sembari menuntun Qu Tan'er menuju kereta kuda. Jingxin juga bergegas mengikuti mereka dari belakang.
Akan tetapi, wajah Mo Yihuai menjadi sangat masam, tawa Qu Tan'er dan Mo Liancheng menyilaukan matanya. Dia sudah mengetahui bahwa dirinya tidak akan lagi bisa mengendalikan adiknya itu dan bahkan harapan terakhirnya untuk memindahkan Qu Taner hancur hari ini. Dapatkah seorang wanita mengubah hatiku dengan begitu mudah? Dulu rencana ini adalah rencana yang sangat sempurna. Namun, hari ini aku telah kehilangan kekasihku sekaligus bidak catur untuk mewujudkan keinginanku menjadi Kaisar, batinnya.
***