Mo Jingxuan terus merengek, dia juga terus-terusan mengetuk-ngetuk meja dan hampir meneteskan air mata. Tapi caranya merayu terlalu buruk, dia sama sekali tidak memiliki bakat untuk melakukan hal satu itu. Sungguh payah.
Sementara Qu Tan'er mencerna percakapan yang baru saja terjadi di antara dirinya dan Mo Jingxuan. Dia tiba-tiba teringat pembicaraan Mo Liancheng dan Mo Jingxuan saat itu. Kemudian, dia memiringkan kepalanya, memandang suaminya, lalu bertanya, "Apakah kamu menyembunyikan sesuatu dariku?"
Akhirnya, Qu Tan'er menyadari ada sesuatu hal yang aneh. Bagaimana mungkin Pangeran Keempat Belas berani mengajakku, kakak iparnya, untuk bermain di hadapan suamiku? Apalagi Pangeran Kedelapan, pria yang saat ini sedang melukis itu adalah seorang Pangeran dengan pangkat tinggi, pikirnya.
Setelah mendengar pertanyaan Qu Tan'er, Mo Liancheng tidak menanggapi apa pun selama beberapa saat. Dia hanya terus menggerakkan kuas ke sana kemari.