"Memainkannya?" tanya Qu Tan'er sembari menatap Mo Liancheng dengan tatapan penuh kebingungan. Sial! batinnya.
"Umm..." Mo Liancheng mengangkat alisnya. Dia tidak mengatakan 'ya' atau pun 'tidak'. Dengan santai dia mengaitkan senar kecapi. Itu adalah petikan senar yang sama dengan yang tadi dimainkannya. Tetapi, sebenarnya hanya ada dua not yang dimainkan olehnya, yang satu adalah kunci note, sementara yang lainnya adalah nada adiktif.
Qu Tan'er rasanya ingin sekali menggaruk dinding. Apakah kecapi kuno ini memilih-milih para pemainnya? Apakah ini penindasan? batinnya. Tapi, dia tetap harus berpura-pura. Kecapi itu didesain dengan sangat elegan, dengan bola lampu bersinar di atasnya. Jadi, dia tersenyum pada suaminya, Mo Liancheng dan berkata, "Baiklah, Tan'er mengerti, ternyata begitu."