"Oh, ternyata begitu. Itu kan sudah lama terjadi. Kalau Nyonya Pertama tidak bilang, saya juga sudah lupa," ujar Qu Tan'er yang akhirnya mengerti. Tapi aneh sekali, siapa yang begitu baik membantuku membalaskan dendam? Pikirnya. Kalau ada kesempatan, dia ingin sekali mengucapkan terima kasih kepada orang itu. Tiba-tiba terlintas bayangan seorang pria tampan di benaknya…
Er, si siluman ganteng itu? Mungkin saja… Pikir Qu Tan'er lagi.
Seulas senyuman tersirat di wajah kecil Qu Tan'er. Lalu, dengan baik hati dia mengingatkan Nyonya Besar, "Nyonya Besar, kalau mau berbicara yang sebenarnya, sepertinya putrimu… yang adalah kakakku yang berbuat kesalahan. Kalau otaknya masih beres dan tidak mengutus orang untuk menabrakku, masalahnya tidak akan menjadi sebesar ini. Pikir saja, biar bagaimanapun aku adalah istri Pangeran Kedelapan, pernikahan kami direstui oleh Kaisar. Siapa yang berani menanggung hukuman percobaan pembunuhan istri Pangeran?"