"Eh, jangan marah dong. Dengarkan aku dulu."
Qu Tan'er menghampiri suaminya, kemudian menepuk bahunya. Dengan nada menggurui dan pengetahuan yang melampaui suaminya ribuan tahun, dia menerangkan, "Chengcheng, jangan mengucapkan hal itu dengan istilah 'tidak senonoh'. Bercinta adalah hal alami yang dilakukan oleh pria dan wanita, itu adalah kemampuan yang dianugerahkan oleh Tuhan. Itu juga sebuah seni yang melewati waktu ribuan tahun. Apa itu seni, kamu tahu? Seni adalah bagian dari kehidupan yang indah."
Tangan kecil Qu Tan'er kemudian menunjuk ke arah lengan pakaian Mo Liancheng dan melanjutkan, "Dengan kata lain, kalau bukan karena perbuatan 'tidak senonoh' ayah dan ibumu, mana mungkin kamu bisa lahir."
"...?!" Mo Liancheng diam seribu bahasa. Dia lalu menepis tangan Qu Tan'er yang ingin mengambil buku di lengan pakaian, kemudian dengan langkah tegas pergi meninggalkan ruangan itu. Dia pergi secepat angin, seakan-akan sedang dikejar setan.