Qu Tan'er menatap Mo Liancheng dengan muram. Pria itu membuka matanya perlahan, lalu tangannya meraba bagian kepala yang terhantam, kemudian wajahnya tampak mengernyit sedikit. Dia berpikir bisa-bisanya dirinya pingsan hanya karena terbentur sedikit.
"Aku lapar, ada makanan tidak?"
"Tidak ada!" jawab Qu Tan'er dengan ketus.
"Kalau air?"
"Tidak ada," jawab Qu Tan'er lagi. Kalau ada pun, aku tidak akan memberi, batinnya.
"Oh? Jingxin tidak menyiapkannya? Kalau begitu, nanti aku akan menghukumnya sepulang ini," ujar Mo Liancheng tanpa berpikir panjang. Tentu saja bukan Jingxin yang menyiapkan rumah kayu dan segala isinya. Namun, dia mengatakan pelayan itu yang bertanggung jawab, lantas siapa yang berani membangkang.
Seperti dugaan Mo Liancheng, Qu Tan'er hanya mengerucutkan bibirnya, kemudian melirik ke arah kotak makanan, "Di sana, ambil sendiri."