Mo Liancheng pun menjawab dengan datar, "Tapi ideku bisa hilang."
"Aku hanya ingin berbicara sebentar."
"Aku tidak punya waktu."
"Dengarkan dulu sebentar." Rasanya, Qu Tan'er ingin sekali mencabik-cabik mulut pria sialan itu.
Mo Liancheng hanya diam saja karena merasa malas untuk menggubris istrinya. Dia mengangkat tangannya secara perlahan, lalu mendekati Qu Tan'er, namun tiba-tiba gadis itu mundur ke belakang secara refleks karena tidak akan lupa bagaimana pria berengsek itu membuatnya sempoyongan hanya dengan satu jari saja.
Sambil menjaga jarak, dengan wajah serius Qu Tan'er berkata, "Aku ingin keluar."
Namun, Mo Liancheng tidak menjawab dan terus melangkah ke depan.
"Aku bilang, aku mau keluar." Qu Tan'er lagi-lagi mendekati Mo Liancheng dan berteriak dari belakang. Volume suaranya pun lebih nyaring dari perkataannya sebelumnya.
Hanya saja Mo Liancheng tetap tidak bersuara, bahkan menoleh pun tidak.