"Oleskan salep ini pada lukamu setiap hari. Bekas luka di punggung tanganmu juga bisa diobati sekalian agar aku tidak sakit mata melihatnya," ujar Mo Liancheng yang menyodorkan obat salep kepada Qu Tan'er.
"Terima kasih. Bekas luka di punggung tangan ini urusanku, bukan urusanmu. Karena obat ini bagus sekali, jadi aku tidak akan menyia-nyiakannya." Sakit di tangan Qu Tan'er langsung mereda dan terasa dingin. Menyadari bahwa obat yang diberikan Mo Liancheng adalah obat berkualitas, tentu saja dia menerimanya dengan senang hati. Hanya saja, dia tidak mengoles obat itu ke bekas luka kecil di punggung tangannya karena merasa tidak perlu.
"Kamu adalah istriku," kata Mo Liancheng dengan pelan.
"Memangnya kenapa kalau begitu?" Apa maksud pria ini? Batinnya dalam hati.
"Karena itu, tanganmu adalah milikku juga."
"..." Qu Tan'er lagi-lagi terdiam.
