"Qu Tan'er..."
Terdengar suara gadis yang dingin dan lantas membuat Qu Tan'er merasa malas untuk membalikkan badan, dia pun hanya terus menyeruput tehnya.
"Hormat kepada Nyonya Pangeran Pertama," ucap Jingxin sambil menundukkan kepala.
"Kamu tidak ada urusan di sini, kamu boleh minggir ke sana," ujar Qu Pan'er yang menatap dingin Jingxin. Pandangannya menyapu ke arah Qu Tan'er, lalu muncul ekspresi jijik dan penuh kebencian di wajahnya.
"Kakak, ada urusan apa?" Tanya Qu Tan'er dengan santai. Dia meletakkan cangkir teh, lalu membalikkan tubuhnya dengan pelan dan senyum manis terpampang di wajah mungilnya. Tempat ini adalah lapak orang lain, salah sikap sedikit saja akan berdampak buruk padanya. Dia kini menyesal, kenapa dirinya tidak berdiri manis di sebelah Mo Liancheng dan malah harus bertemu dengan lalat yang menyebalkan.