"Silakan duduk, Lupita!" Aku menepuk tempat di sisi ranjang tempat aku duduk.
"Oke," bisiknya sebelum duduk di tepi tempat tidur.
"Jadi Lupita, mengapa kamu masih bangun jam segini? Ini siang hari, kan? Kamu seharusnya sedang tidur sekarang; ini sudah melewati jam tidurmu," aku memulai percakapan kami.
"Besok adalah hari yang besar. Itu sebabnya sebagian besar dari kami begadang hari ini karena kami sangat sibuk mempersiapkan diri untuk besok," Lupita menjelaskan dengan antusias.
Aku muak mendengar orang-orang membicarakan tentang pernikahanku. Aku berharap bisa melakukan sesuatu untuk membatalkan pernikahan yang menjengkelkan itu. Tapi aku tahu tidak ada yang bisa menghentikan pernikahan tersebut. Kecuali jika aku berhasil melarikan diri dari sini sebelum besok.
Namun, sebelum aku bisa melarikan diri dari sini, aku harus keluar dari kamarku terlebih dahulu. Hanya ada dua cara untuk keluar dari ruangan ini: pertama, melalui pintu, dan kedua, melalui jendela.
Aku tidak akan mencoba untuk melompat keluar dari jendela lagi. Itu terlalu berbahaya dan juga sangat bodoh. Jadi satu-satunya cara untuk keluar dari sini adalah melalui pintu.
Tapi aku tidak yakin penjaga akan membiarkan aku keluar dengan mudah. Bahkan jika aku meminta secara baik-baik, mereka pasti tidak akan mendengarkan aku. Karena mereka hanya akan mematuhi perintah Raja Bellamy atau Sigmund.
"Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?" aku bertanya pada diri sendiri."Tunggu! Mungkin aku bisa meminta bantuan Lupita. Dia adalah orang yang sangat baik. Dia mungkin bersedia membantu aku."
"Lupita, bisakah aku meminta bantuanmu?" aku bertanya penuh harap.
"Tentu," Lupita menjawab, "Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Rosanne?"
"Dengar! Aku tahu Pangeran Maximilian adalah pria yang sangat baik, tetapi aku tidak ingin menikah dengannya besok. Aku belum siap untuk itu, oke? Itu sebabnya aku mau meminta bantuanmu untuk membantu aku melarikan diri dari sini," ujarku.
"Kuharap aku bisa membantumu, Rosanne, tetapi kamu tahu bahwa aku tidak bisa. Jika Raja Bellamy tahu aku membantu kamu melarikan diri, aku akan berada dalam masalah besar," kata Lupita.
"Dia benar. Raja Bellamy akan sangat marah jika dia tahu aku melarikan diri dengan bantuan Lupita, dan dia mungkin akan menghukumnya dengan berat karena itu," pikirku.
Di satu sisi, aku tidak bisa membiarkan Lupita dihukum karena aku. Tetapi di sisi lain, aku benar-benar harus pergi dari sini karena aku tidak ingin pernikahan ini terjadi.
Setelah mempertimbangkan pro dan kontranya sejenak, aku akhirnya memutuskan untuk mencoba membujuk Lupita untuk membantu aku melarikan diri. Aku tahu itu adalah keputusan egois untuk dibuat. Tapi kadang-kadang, kita harus memikirkan diri kita sendiri sebelum yang lain, kan?
"Lupita, tolong bantu aku! Aku benar-benar perlu melarikan diri dari sini. Dan tentang kakekku ... Kamu tidak perlu khawatir tentang beliau. Kakekku tidak akan pernah tahu bahwa kamu membantu aku melarikan diri jika kamu tutup mulut," aku membujuk dia.
"Tapi Rosanne, meskipun yang mulia raja tidak akan mengetahuinya, aku masih tidak bisa melawannya," ujar Lupita.
"Oh, mengapa vampir-vampir ini sangat loyal kepada raja mereka?" Aku menggerutu dalam pikiranku, "Pertama, Sigmund, dan sekarang, Lupita. Tampaknya hampir mustahil untuk membuat para vampir ini berbalik melawan raja mereka. Ya hampir. Karena aku percaya bahwa bukan tidak mungkin membuat para vampir ini akan mengkhianati raja mereka kalau saja aku tahu titik kelemahan mereka."
"Dan apa titik kelemahan Lupita?" aku bertanya dalam hati, "Mungkinkah itu persahabatan kami? Kami telah menjadi teman dekat sejak pertama kali aku datang ke sini. Mungkin aku bisa memanfaatkannya untuk mendapatkan simpati Lupita."
"Tolong Lupita! Kamu harus membantu aku! Kita adalah teman, bukan? Teman-teman selalu saling membantu,"aku memohon sambil memelas.
"Maafkan aku, Rosanne. Aku benar-benar tidak dapat membantumu," katanya dengan menyesal.
"Jadi kamu tidak menganggapku sebagai temanmu, Lupita?" aku bertanya dengan kesal.
"Tidak, Rosanne, bukan itu maksudku. Kamu adalah temanku. Aku—"
"Cukup, Lupita!" Aku memotong ucapannya dengan marah, "Jika kamu tidak ingin membantuku, kamu sebaiknya tinggalkan aku sendiri sekarang!"
"Tapi Rosanne—"
"Aku bilang, pergi!" Aku menggeram, memotong kalimatnya lagi.
Aku tidak benar-benar berharap dia pergi karena aku tahu bahwa Sigmund telah memerintahkannya untuk tidak meninggalkan aku sampai dia kembali, dan Lupita pasti akan mematuhinya. Tapi yang membuatku heran, Lupita bangkit dari duduknya dan langsung berjalan keluar dari kamarku.
"Aneh sekali! Sigmund memberinya perintah tegas untuk tidak pernah meninggalkan sisiku sampai dia kembali, kan? Tapi mengapa Lupita tidak menaatinya? Apakah itu benar-benar karena aku menyuruhnya pergi?"aku bertanya dalam pikiranku dengan bingung.
Aku mengangkat bahu dan mulai memutar otak, mencoba menemukan ide untuk melarikan diri dari sini. Tapi aku tidak menemukan apa-apa.
"Sepertinya aku tidak punya pilihan selain melewati pintu. Aku tahu mungkin penjaga tidak akan membiarkan aku keluar. Tapi itu patut dicoba, bukan?" aku berpikir.
Aku berjalan menuju pintu kamar. Aku mencobamembuka pintu, tetapi seperti yang diharapkan, pintu itu dikunci dari luar.
Aku mengetuk pintu. "Halo. Apa ada orang di luar?"
"Ada yang bisa saya bantu, Yang Mulia?" tanya salah satu penjaga dari sisi lain pintu.
"Bisakah kalian membuka pintu ini? Tolong!" aku meminta.
"Maaf, Yang Mulia, kami tidak bisa," dia menolak.
"Tolonglah, aku mohon! Buka pintunya! Tolong!" aku memohon.
"Maaf, Tuan Putri, tetapi kita tidak bisa membuka pintu ini tanpa izin Lord Sigmund," kata penjaga lainnya.
"Sigmund hanyalah antek kakekku. Sementara itu, aku putri kalian. Aku memerintahkan kalian untuk membuka pintunya sekarang!" aku membentak mereka.
Sungguh mengejutkan, mereka bersedia membuka pintu. Begitu aku keluar dari kamarku, dua penjaga bergerak untuk menghalangi jalanku.
"Minggir! Kalian menghalangiku," aku memberikan sebuah perintah.
Tanpa protes, mereka berjalan ke samping untuk membiarkan aku lewat. Tapi jalanku masih dihadang oleh delapan penjaga lainnya. Ya, ada sepuluh penjaga yang ditempatkan di depan kamarku. Agak berlebihan, bukan?
"Kalian semua juga, minggir!" aku memerintakan.
Semua penjaga itu minggir, dan aku dengan cepat berjalan melewati mereka.
Ketika aku mulai berjalan menyusuri lorong, aku mendengar langkah kaki mengikutiku.
Aku berhenti dan berbalik untuk menghadapi para penjaga, hanya untuk menemukan mereka mengikuti di belakangku.
"Tetaplah disini! Jangan ikuti aku! Apakah kalian mengerti?" seruku pada para pengawal dan maid dengan tegas.
Tak satu pun dari mereka menanggapi.
Aku mundur selangkah, dan para penjaga tidak bergerak. Aku mundur dua langkah lagi, para penjaga masih tidak bergerak. Mengambil keuntungan dari itu, aku berbalik dan berlari. Yang mengejutkanku, kali ini mereka tidak mengikuti aku.
Aku bertemu dengan beberapa penjaga di lorong yang aku lewati. Mencoba keberuntunganku, aku memerintahkan mereka untuk tidak mengikutiku seperti yang kulakukan pada para penjaga yang ditempatkan di luar kamarku. Dan sungguh mengejutkan, mereka juga tidak mengikuti aku.
Setelah itu, aku bergegas ke pintu depan, buru-buru keluar dari istana ini, dan langsung menuju ke gerbang. Begitu aku keluar dari gerbang istana, aku segera berlari ke arah hutan.
"Aku tidak berpikir ini akan semudah ini,"pikirkupenuh kemenangan.
Namun, ketika aku baru saja mengambil beberapa langkah ke dalam hutan, aku terpaksa berhenti tiba-tiba ketika aku menabrak dada seseorang.
Aku mendongak. Mataku hampir keluar dari kepalaku ketika aku melihat bahwa orang yang berdiri di depanku adalah Raja Bellamy.
"Oh tidak, tamatlah riwayatku" pikirku ngeri.