Chapter 72 - Bab 71

Aku terbangun oleh suara pintu sel yang terbuka.

"Bangun, Putri!" Aku mendengar seseorang berkata.

Aku mengangkat kepalaku dan melihat Sigmund berdiri di ambang pintu.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"aku bertanya sambil mengucek-ngucek mataku.

"Aku di sini untuk menjemputmu," jawabnya.

"Menjemput aku?" tanyaku heran.

"Ya." Dia mengangguk singkat.

Aku menyipitkan mata dengan curiga. "Tapi kenapa kamu tiba-tiba ingin mengeluarkanku?"

"Jadi kamu tidak ingin keluar dari sini?" Dia hendak menutup pintu sel, tapi secepat kilat, aku berdiri dan mencegahnya untuk menutup pintunya.

"Tidak, tidak, tidak. Aku benar-benar ingin keluar dari penjara bawah tanah ini. Tapi..." aku berhenti berbicara.

"Tapi apa?" Dia terdengar kesal.

"Kupikir Raja Bellamy berniat mengurung aku di sini lebih lama," jawabku dengan jujur.

"Beliau tidak sekejam itu, kau tahu. Yang Mulia hanya ingin kamu bermalam di penjara bawah tanah untuk memberimu pelajaran," ujar Sigmund.

"Dan apa pelajarannya? Aku tidak melihat gunanya mengurungku di ruang bawah tanah," gerutuku.

"Jaga mulutmu! Jika Raja Bellamy mendengar apa yang baru saja kau katakan, kamu akan berada dalam masalah besar," Sigmund memperingatkan aku.

"Ya, ya," kataku sambil memutar bola mataku.

Sigmund memelototiku.

"Bisakah kita pergi sekarang? Di sini benar-benar dingin." Aku memeluk tubuhku agar terlihat seolah-olah aku benar-benar kedinginan, padahal sebenarnya, aku hanya mencoba mengubah topik pembicaraan sehingga Sigmund tidak akan marah kepadaku.

Sigmund melangkah ke samping untuk membiarkan aku keluar dari sel. Setelah itu, dia menutup pintu sel dan mulai berjalan, berharap aku akan mengikutinya.

Aku mengikuti dia dengan diam. Kami kemudian menaiki tangga. Sigmund membuka kunci pintu besi di atas tangga. Begitu kami keluar dari penjara bawah tanah, Sigmund meraih lenganku dan menarikku untuk berjalan bersamanya.

"Lepaskan aku! Aku bisa berjalan sendiri tahu," protesku.

"Tidak!" dia menolak dengan tegas, "Jika aku melepaskanmu, aku tahu kamu akan mencoba lari lagi."

"Itu konyol! Bagaimana aku bisa melarikan diri ketika kau berada di sampingku? Sekarang lepaskan!" Aku mencoba melepaskannya. Tapi Sigmund mengencangkan cengkeramannya di lenganku, dan aku bisa merasakan memar mulai terbentuk.

"Aduh! Sakit, Sigmund. Tolong lepaskan aku!" aku merintih.

Sigmund tidak melepaskan lenganku, tetapi dia melonggarkan cengkeramannya sehingga aku tidak merasakan sakit lagi.

Kami berjalan ke kamarku dalam keheningan total. Begitu kami sampai di sana, salah satu penjaga yang ditempatkan di depan kamarku membuka pintu untuk kami dan kami pun melangkah masuk.

Sigmund menyuruhku duduk di tempat tidur sementara dia berdiri menghadapku.

"Raja Bellamy memerintahkan agar kamu tidak diizinkan keluar dari kamarmu sampai hari pernikahanmu," seru Sigmund.

"Apa?! Itu tidak adil!" aku mengeluh.

Sigmund terkekeh. "Terkadang hidup memang terasa sangat tidak adil, Putri."

Aku memanyunkan bibirku dengan kesal.

"Tapi tunggu!" aku berkata ketika tiba-tiba menyadari sesuatu, "Jadi, kalian akan tetap melanjutkan pernikahanku dan Maximilian?"

"Tentu saja," jawabnya, dengan penuh keyakinan.

"Tapi kupikir kalian sudah membatalkan pernikahan kami," kataku.

Alisnya terangkat. "Siapa bilang pernikahan kalian batal?"

"Karena Pangeran Maximilian bukan mateku yang sebenarnya, aku berspekulasi bahwa Raja Bellamy tidak akan membiarkan aku menikah dengannya. Tapi ternyata aku salah." Aku merasa sulit untuk menyembunyikan kekecewaanku sekarang.

"Ya, kau benar-benar salah, Rosanne,"ucap hati nuraniku, "Raja Ignatus dan Pangeran Maximilian kan sudah memberitahu kamu bahwa Raja Bellamy yang memerintahkan mereka untuk berbohong kepadamu tentang Maximilian sebagai matemu. Ingat? Jadi, mengapa kamu dengan naifnya berasumsi bahwa Raja Bellamy akan membatalkan pernikahan kalian hanya karena fakta bahwa Maximilian bukan matemu yang sebenarnya?"

"Ya, ya, aku tahu ini salahku. Tidak perlu menyatakan apa yang sudah jelas," aku berkomentar dengan jengah.

Aku mengalihkan perhatianku kembali ke Sigmund. Dia tampaknya tidak kaget mendengar bahwa Maximilian bukan mateku. Alih-alih, dia bertanya dengan tenang, "Jadi, akhirnya kau tahu bahwa Maximilian bukan matemu?"

"Oh, aku tidak percaya ini! Kamu sudah tahu bahwa Maximilian bukan mateku selama ini, tetapi kamu tidak memberitahuku?" seruku dengan tajam.

"Kamu tidak pernah bertanya padaku apakah Maximilian adalah matemu atau bukan, jadi bagaimana kamu bisa mengharapkan aku untuk memberitahumu tentang hal itu?" Sigmund berdalih.

"Siapa lagi yang tahu bahwa aku bukan mate Maximilian?" aku bertanya karena penasaran.

"Semua orang di kerajaan Clanbella dan Ambersky sudah tahu bahwa Maximilian bukan matemu, tetapi matenya Putri Claribelle. Bahkan Donovan dan teman-teman manusia serigalanya juga sudah tahu tentang itu," jelasnya.

"Oh, bagus, semua orang sudah tahu bahwa Maximilian bukan mateku, kecuali aku!" ucapku dengan sarkastik.

Mengabaikan kata-kataku, Sigmund berujar, "Berbicara tentang Pangeran Maximilian, Raja Bellamy juga melarangmu untuk menemuinya sampai hari pernikahan kalian."

"Mengapa aku tidak boleh bertemu dengan Pangeran Maximilian? Jika Raja Bellamy ingin aku menikah dengan Maximilian, beliau seharusnya mengizinkan aku menghabiskan banyak waktu bersamanya," keluhku.

Bukannya aku sangat ingin bertemu Maximilian. Tapi Pangeran Maximilian adalah satu-satunya tiketku untuk keluar dari sini. Jika aku tidak bisa menemui dia, bagaimana aku bisa melarikan diri?

"Kami tahu kamu akan meminta Maximilian untuk membantumu melarikan diri. Karena pangeran manja itu mudah dibujuk, kamu tidak dapat bertemu dengannya sampai hari pernikahan kalian, sehingga kamu tidak akan merusak semua yang telah direncanakan," Sigmund menjelaskan.

"Sialan! Bagaimana mereka bisa mengetahui bahwa aku berencana untuk meminta bantuan Maximilian? Sekarang, semakin sulit saja bagiku untuk melarikan diri," gerutuku.

"Kamu sebaiknya mandi sekarang. Setelah itu, aku akan meminta pelayan membawakan kamu makanan. Dan kemudian, kamu bisa istirahat," ujar Sigmund.

Sebelum aku bisa memberi tanggapan, Sigmund sudah berjalan keluar dari kamarku dan menutup pintu setelahnya.