"Apa?!" Aku begitu terkejut mendengarnya sehingga mulutku menganga.
"Apakah ini semacam lelucon? Mengapa beliau mengatakan bahwa Maximilian bukanlah mateku? Padahal, dialah yang pertama kali mengatakan kepadaku bahwa Maximilian adalah mateku. Aku harus mengkonfirmasinya sekarang," pikirku.
"Yang Mulia, Anda sendiri yang mengatakan kepada saya bahwa Maximilian adalah mate saya, kan? Dan kakek saya juga mengatakan hal yang sama. Tetapi sekarang, mengapa Anda mengatakan bahwa dia bukan mate saya?" aku bertanya pada Raja Ignatius.
"Karena dia memang bukan matemu," jawabnya dengan dingin.
Aku menatap Pangeran Maximilian dengan tak percaya. "Apakah itu benar, Maxim?"
Menghindari tatapanku, Pangeran Maximilian tetap diam.
"Kenapa kamu tidak mau menjawabku, Maximilian?" aku bertanya dengan kesal.
Pangeran Maximilian menundukkan kepalanya karena malu. "Ayahku benar. Kamu bukan mateku, Rosanne."
Setelah mendengar pengakuan Maximilian, lututku terasa lemas dan aku terjatuh ke lantai. Aku tercengang mengetahui bahwa Pangeran Maximilian bukanlah mateku yang sebenarnya. Selama ini, mereka selalu berbohong padaku, dan aku cukup bodoh untuk memercayai mereka.
"Apakah kamu baik-baik saja, Rosanne?" Pangeran Maximilian bertanya padaku dengan penuh perhatian.
"Aku baik-baik saja," jawabku dengan kasar sambil kembali berdiri.
"Mengapa kau memberitahunya, Ayah?" Maximilian mengeluh kepada ayahnya.
Raja Ignatius berbicara kepada putranya, "Bahkan jika aku tidak memberitahunya, cepat atau lambat, dia akhirnya akan mengetahui kebenarannya sendiri, Maximilian. Itulah sebabnya kita lebih baik menceritakan segalanya sebelum dia tahu dari orang lain."
Raja vampir itu benar. Mereka bisa mencoba yang terbaik untuk menyembunyikan fakta bahwa Maximilian bukanlah mateku yang sebenarnya, tetapi pada akhirnya aku pasti akan bisa mengetahui kebenarannya dengan cara apapun. Dan aku mungkin tidak akan pernah bisa memaafkan Maximilian jika aku mendengar kebenarannya dari orang lain.
"Tapi Ayah—"
Pangeran Maximilian baru mulai berbicara ketika aku memotong ucapannya, "Aku benar-benar kecewa padamu, Maximilian. Aku memercayaimu, tetapi mengapa kamu justru membohongi aku seperti ini?"
Kurasa aku sudah tahu jawaban atas pertanyaanku. Mereka sengaja memberitahuku bahwa Maximilian adalah mateku agar aku bersedia menikah dengannya. Jadi, pada hari pernikahan kami, mereka bisa menjadikan aku sebagai sebuah persembahan. Tetapi aku ingin mendengar kebenarannya dari mulutnya sendiri.
Sebelum Pangeran Maximilian bisa memberiku jawaban, Raja Ignatius memotongnya dengan sebuah seringaian, "Mengapa kau tidak bertanya kepada kakekmu? Karena dialah yang memerintahkan kami untuk berbohong kepadamu."
"Tentu saja! Raja Bellamy ada di balik semua ini," pikirku dengan marah.
Aku masih merasa sulit untuk percaya bahwa Maximilian bukanlah mateku yang sebenarnya. Dan sekarang, ada hal lain yang menggangguku. Karena itu, dengan cepat aku menyuarakan rasa penasaranku, "Jika Maximilian bukan mateku, jadi dia matenya siapa?"
"Maximilian adalah mate dari ibumu. Tapi ibumu menolaknya. Dan dia lebih memilih untuk menikahi ayahmu, manusia yang menyedihkan itu, daripada putraku, sang pangeran vampir." Suara Raja Ignatius terdengar penuh dengan kebencian ketika dia membicarakan tentang orangtuaku.
Fakta bahwa mate Maximilian yang sebenarnya adalah ibuku mengejutkanku. Aku masih tidak percaya bahwa Maximilian seharusnya menjadi ayahku. Tunggu! Jika ibuku menikah dengan Maximilian, aku tidak akan pernah dilahirkan. Seluruh situasi ini sangat membingungkan dan aku perlu penjelasan segera.
"Maximilian, aku ingin kamu menjelaskan semuanya padaku sekarang!" tuntutku seraya menyilangkan tangan di dadaku.
Pangeran Maximilian menghela nafas panjang. "Oke, aku akan menjelaskan semuanya padamu."
Dia kemudian menoleh ke ayahnya dan meminta, "Ayah, bisakah Ayah meninggalkan kami sendirian? Aku perlu berbicara dengan Mirabelle secara pribadi."
Raja Ignatius tidak setuju, "Tapi Maximilian—"
"Kumohon, Ayah!" dia memohon.
Tanpa bicara, Raja Ignatius melengggang pergi.
Setelah sang raja vampir menghilang di balik pintu penjara bawah tanah, Maximilian mendekat kepadaku. Jadi sekarang, satu-satunya hal yang memisahkan kami adalah jeruji selku.
"Seperti kata ayahku, aku bukan matemu, Rosanne, tapi aku ini adalah mate ibumu. Namun, Putri Claribelle tidak mau menerimaku sebagai matenya karena dia memberitahuku bahwa dia telah jatuh cinta pada vampir lain," Pangeran Maximilian menjelaskan dengan sedih.
"Siapa vampir yang dia cintai?" aku bertanya karena penasaran.
Tangan Maximilian mengepal perlahan sampai buku-buku jarinya memutih. Aku bisa melihat amarah yang menggelegak di dalam dirinya. Tapi dia mencoba yang terbaik untuk menahannya.
"Aku tidak bisa memberitahumu siapa dia," akhirnya dia menjawab.
Jawaban Maximilian tidak memuaskan rasa penasaranku, tetapi aku tidak ingin mendesaknya untuk memberitahukan siapa vampir yang dulu pernah dicintai oleh ibuku karena aku takut akan akan membuatnya semakin kesal.
"Oke. Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" aku memutuskan untuk beralih dari subjek itu.
"Ketika Raja Bellamy mengetahui bahwa Putri Claribelle telah menolakku gara-gara vampir itu, beliau sangat marah. Kemudian, Raja Bellamy mengirim putrinya ke dunia manusia. Dia pikir Claribelle akan melupakan vampir itu di sana dan dia akhirnya akan bisa menerima aku sebagai matenya," kata Maximilian.
"Tanpa diduga," lanjutnya, "Claribelle bertemu dengan ayahmu di dunia manusia. Mereka jatuh cinta dengan satu sama lain dan memutuskan untuk menikah. Namun, Raja Bellamy menentang pernikahan mereka."
"Mengapa kakekku menentang pernikahan mereka?" aku bertanya.
"Karena sejak awal, Raja Bellamy tahu bahwa Donovan adalah keturunan manusia serigala," jawabnya.
Aku mengerutkan keningku. "Keturunan manusia serigala?"
"Ya. Kamu tahu, hanya manusia yang mempunyai gen manusia serigala yang bisa berubah menjadi manusia serigala. Ayahmu bisa menjadi manusia serigala karena dia adalah keturunan manusia serigala," jelasnya.
Aku menganggukkan kepalaku tanda mengerti.
"Jika ayahmu manusia biasa," lanjut Maximilian, "dia dan Putri Claribelle masih bisa menikah setelah Raja Bellamy mengubahnya menjadi vampir. Tapi masalahnya adalah, ayahmu memiliki gen manusia serigala yang mengalir di nadinya. Kita tidak bisa mengubah manusia dengan gen manusia serigala menjadi vampir. Karena itulah King Bellamy menentang pernikahan mereka. "
"Apakah ibuku tahu yang sebenarnya tentang ayahku?" aku mengajukan pertanyaan lain.
"Tentu saja," jawab Maximilian, "Raja Bellamy telah memberitahu Putri Claribelle tentang hal itu. Tetapi Claribelle tidak peduli karena dia sangat mencintai ayahmu."
"Jadi itu sebabnya kakekku membunuh ibuku? Dia membunuh putrinya sendiri hanya karena dia menikah dengan keturunan manusia serigala?"pikirku dengan sedih.
Mendengar hal itu, aku tiba-tiba menyadari sesuatu. "Tunggu! Jika ayahku adalah keturunan manusia serigala, apakah itu berarti aku juga memiliki gen manusia serigala di dalam diriku?"
"Secara teknis, ya," jawab Maximilian.
Aku terkesiap. "Jadi itu berarti aku bukan setengah-vampir dan setengah manusia, tapi setengah-vampir dan setengah manusia serigala?"
Dia menggelengkan kepalanya. "Oh tidak, kamu bukan seorang hybrid."
"Hybrid?" aku bertanya, tidak mengerti.
"Setengah-vampir dan setengah-manusia serigala disebut hybrid," jelasnya.
"Oh begitu!" seruku.
"Untuk saat ini, kamu hanyalah setengah vampir, Rosanne. Karena kamu dilahirkan ketika ayahmu masih menjadi seorang manusia," ujar Maximilian.
Aku memiringkan kepalaku dengan bingung. "Apa maksudmu dengan 'untuk saat ini'?"
"Yah, karena kamu sepertiga manusia, sepertiga vampir, dan sepertiga manusia serigala, kamu akan menjadi seorang hybrid ketika seorang manusia serigala menggigitmu. Tapi itu tidak bisa dilakukan oleh manusia serigala sembarangan. Kamu hanya bisa berubah menjadi hybrid jika orang yang menggigitmu adalah ayah atau saudara kandungmu, atau matemu," dia menjelaskan.
"mateku?" Aku mengerutkan kening.
"Ya, matemu yang sesungguhnya," jawab Maximilian dengan sebuah senyuman sedih. "Jika kamu memiliki mate seorang manusia serigala, ketika dia menggigitmu, kamu bisa berubah menjadi hybrid."
Jawabannya mengejutkanku. "Jadi, ada kemungkinan bahwa mateku yang sebenarnya adalah seorang manusia serigala?"
Maximilian mengangguk. "Ya, mungkin saja. Tapi, semoga itu tidak terjadi! Kau tahu, vampir dan manusia serigala tidak akan pernah bisa bersatu."
Kata-katanya membuatku bingung. "Kenapa? Aku tahu vampir dan manusia serigala adalah spesies yang berbeda. Tetapi jika mereka saling mencintai, aku yakin mereka bisa bersatu."
"Kamu tidak mengerti, Rosanne. Vampir tidak bisa menikah dengan manusia serigala karena mereka adalah musuh kami," desis Maximilian.
Aku memukul dahiku dengan pelan. "Oh ya aku lupa. Ayahku juga sudah memberitahuku bahwa vampir adalah musuh mereka. Tapi aku penasaran, kenapa vampir menganggap manusia serigala sebagai musuh, dan begitu pula sebaliknya?"
Maximilian mengangkat bahu. "Aku tidak tahu sejarah di baliknya. Yang aku tahu adalah, sejak aku lahir, aku sudah diajarkan untuk membenci manusia serigala."
"Oh, aku mengerti. Jadi, mateku mungkin adalah seorang vampir?" aku bertanya-tanya.
"Ya, kuharap begitu. Dan aku berharap vampir itu adalah aku," ucap Maximilian dengan penuh harap.
"Tapi kamu sudah punya seorang mate, ibuku," tegurku.
"Dulu aku memang punya seorang mate, tetapi sekarang tidak lagi, karena ibumu sudah tiada. Karena itulah aku menganggapmu sebagai mate keduaku, Rosanne," ujarnya.
Aku tidak tahu mengapa aku tiba-tiba merasa cemburu ketika Maximilian mengatakan bahwa dia menganggapku sebagai mate keduanya.
"Jadi, itulah aku untukmu? Kamu hanya ingin bersamaku supaya aku bisa menggantikan matemu yang sudah meninggal? Kamu tidak pernah benar-benar mencintaiku?" teriakku dengan marah.
"Bukan itu yang kumaksud. Bagiku, kamu bukan hanya seseorang untuk menggantikan mateku yang sudah meninggal; kamu sangat berarti bagiku. Aku sangat mencintaimu, Rosanne," Maximilian tampak tulus ketika dia mengatakan itu, tapi aku menolak untuk mempercayainya.
"Tidak, aku tidak percaya pada kamu! Kamu pasti berbohong padaku lagi. Aku tahu kamu tidak mencintaiku. Kamu hanya memanfaatkan aku untuk tujuanmu sendiri," tuduhku.
"Aku tidak berbohong padamu, Rosanne. Aku sungguh-sungguh mencintaimu. Kamu harus percaya padaku, oke?" dia mencoba meyakinkanku.
Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalaku. "Jika kamu benar-benar mencintaiku, kamu harus membuktikannya dengan mengeluarkan aku dari sini, Maximilian," aku menantangnya.
"Maafkan aku, Rosanne, aku berharap bisa membantumu keluar dari sini, tapi aku tidak bisa melakukan itu," ucap Maximilian dengan menyesal.
"Berarti kamu tidak mencintaiku," seruku dengan marah.
"Itu tidak benar. Aku sungguh mencintaimu dengan sepenuh hati, Rosanne," dia bersikeras.
"Jadi buktikanlah! Bawa aku keluar dari penjara bawah tanah ini sekarang!" aku menuntut.
"Maaf. Aku tidak bisa," dia meminta maaf. Tanpa mengatakan apapun lagi, Pangeran Maximilian melengggang pergi.
"Maximilian, tunggu!" teriakku, tetapi dia mengabaikan aku.
Aku mencengkeram jeruji selku, menggoyangkannya, dan menjerit dengan frustrasi.
Aku tahu tidak ada gunanya berteriak, jadi aku memutuskan untuk pergi ke sudut sel dan duduk di lantai yang dingin.
"Ayah, kau berjanji padaku bahwa kau akan datang untuk menyelamatkan aku. Tolong cepatlah! Aku takut," aku terisak.
Aku menarik lutut ke dadaku dan memeluk diriku sendiri. Akhirnya, aku menangis sampai tertidur.