Ketika aku bangun, jam digital di meja samping tempat tidurku menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Ini melewati waktu bangunku. Tetapi karena aku tidur sangat larut tadi malam, aku tidak terlalu peduli.
Aku menggeliat dan berbalik menghadap Sigmund. Dia meringkuk di sofa dekat jendela dengan selimut menutupi tubuhnya. Matanya tertutup. Suara napasnya memberitahuku bahwa dia sedang tidur.
"Sempurna!" pikirku sambil menyeringai.
Melemparkan selimut, aku dengan hati-hati turundari tempat tidur, dan mulai berjingkat-jingkat ke walk-in closet. Sesekali, aku menoleh ke belakang untuk memeriksa apakah Sigmund masih tidur. Untungnya, dia bahkan tidak bergerak.
Dengan cepat, aku melepas piyamaku dan mengganti pakaian menjadi celana panjang abu-abu dan kemeja merah muda. Aku tidak repot-repot mandi dulu karena aku khawatir suara itu akan membangunkan Sigmund.
Keluar dari walk-in closet, aku berjalan pelan-pelan menuju pintu, dan membukanya dengan hati-hati, berusaha untuk tidak membangunkan Sigmund.
Sangat beruntung bagiku bahwa para penjaga yang biasanya ditempatkan di luar pintu kamarku tidak berada di tempat biasa mereka. Mereka semua pasti sudah tidur sekarang mengingat vampir tidur di siang hari dan bangun di malam hari.
Aku melihat ke sekeliling koridor. Ketika aku yakin keadaannya sudah aman, aku menyelinap keluar dari kamarku dan menutup pintu.
Sebelum yang lain bangun, aku buru-buru menyelinap keluar dari istana, dan langsung menuju ke garasi.
Aku memeriksa setiap mobil yang diparkir di garasi ini. Untungnya, aku dapat menemukan sebuah mobil dengan kunci yang masih ada di dalam kontak kunci. Oleh karena itu, aku jadi tidak perlu mencoba menyalakan mobil dengan menyatukan kabel-kabelnya seperti yang sering kulihat di film-film Hollywood. Lagipula aku juga tidak tahu bagaimana cara melakukannya.
Aku membuka pintu dan masuk ke kursi pengemudi. Setelah memasang sabuk pengaman, aku menyalakan mesin mobil.
Ya, meskipun aku masih di bawah umur, tetapi aku tahu cara mengemudi. Marlon Sinclair, ayah angkatku telah mengajari aku dan saudara perempuanku, Marirosa, cara mengemudi agar kami tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan SIM setelah kami lulus dari sekolah menengah nanti.
Setelah berkendara melalui hutan lebat selama satu jam, akhirnya aku sampai di kota terdekat. Lima belas menit kemudian, aku tiba di depan kafe tempatku bertemu Ivan, Randolph, dan Alpha Adolph beberapa hari yang lalu.
Ivan mengatakan kepadaku bahwa mereka akan menunggu aku di sini sampai matahari terbenam setiap hari. Tetapi mereka tampaknya tidak datang ke sini hari ini. Sepertinya aku tidak punya pilihan selain datang ke rumah mereka. Untungnya, aku hafal jalan ke rumah mereka ketika Ivan mengantarku pulang pada waktu itu. Jadi aku pikir aku bisa sampai di sana tanpa kesulitan.
Aku menghela nafas lega saat rumah para werewolf mulai terlihat setelah satu setengah jam perjalanan. Usai memarkirkan mobil, aku membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil. Sesudah itu, aku berjalan menuju pintu depan dan mengetuknya.
"Tunggu sebentar!" seseorang berteriak dari dalam rumah.
Sesaat kemudian, Randolph membuka pintu.
"Rosanne?" Dia terkesiap. Kedatanganku yang tiba-tiba rupanya mengejutkannya.
"Hai Randolph," kataku sambil nyengir.
"Siapa yang datang, Randolph?" Ivan bertanya seraya berjalanmenuju ke pintu depan.
"Kenapa aku mencium aroma—" dia berhenti tiba-tiba ketika matanya tertuju padaku.
"Rosanne?" Dia berseri-seri.
"Ivan!" Aku mendekatinya dan memeluknya.
Dia memelukku balik dan berbisik, "Aku merindukanmu."
Kata-katanya mengejutkanku. Tetapi aku tidak bisa berbohong bahwa aku juga merasakan hal yang sama. Jadi aku menjawab, "Aku juga merindukanmu."
"Rosanne, apa yang membawamu ke sini?" tanya Alpha Adolph Wolfgang yang baru saja datang dan bergabung dengan kami di ambang pintu.
"Aku— aku— aku kabur dari kerajaan vampir," jawabku dengan gagap.
Randolph ternganga. "Apa?! Kamu kabur?"
Aku mengangguk. "Iya. Aku tidak tahu harus ke mana, jadi aku memutuskan untuk datang ke sini untuk meminta bantuan kalian."
"Kamu sudah membuat keputusan yang benar, Rosanne. Kamu selalu disambut di sini," Alpha Adolph Wolfgang meyakinkanku.
"Terima kasih," ucapku.
"Bagaimana caramu sampai ke sini?" Ivan bertanya dengan cemas.
"Aku datang ke sini dengan mobil. Aku mencuri mobil dari istana. Aku telah hafal perjalanan ke sini ketika kamu membawaku ke sini untuk pertama kalinya, jadi aku tidak mengalami kesulitan untuk sampai ke sini," aku menjelaskan.
"Masuklah! Kamu pasti lelah setelah perjalanan panjang," seru Alpha Adolph.
"Oke," jawabku.
Kami akan memasuki rumah, tetapi pertanyaan Randolph menahan kami. "Siapa mereka?"
Aku berbalik dan melihat banyak orang berkerudung muncul dari balik pepohonan. Dari kulit pucat mereka, aku langsung tahu bahwa mereka semua adalah vampir. Tapi bagaimana bisa vampir ini muncul di siang hari bolong?
Tiba-tiba, aku ingat Sigmund mengatakan bahwa, "Semakin tua vampir, semakin mereka terbiasa dengan matahari." Jadi aku kira mereka vampir yang lebih tua. Itu sebabnya mereka toleran terhadap matahari.
Lebih banyak vampir keluar dari tempat persembunyian mereka dan bergabung dengan sekutu mereka. Rumah ini sekarang benar-benar dikepung oleh para vampir. Kami hanya memiliki sedikit peluang untuk melarikan diri sekarang.
Ivan mendorongku ke belakangnya, berusaha melindungi aku dengan tubuh berototnya. Takut, aku mencengkeram lengannya dengan erat.
Mata Randolph menyala dengan amarah. Aku terkesiap ketika menyadari bahwa taring dan kukunya memanjang. Tampaknya dia akan berubah wujud menjadi serigala.
Aku belum pernah melihat perubahan werewolf sebelumnya, dan jujur saja, aku merasa cemas dan sedikit takut.
Alpha Adolph Wolfgang menyentuh pundak putranya dan menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju.
Randolph mengepalkan tangannya, mencoba mengendalikan emosinya.
Alpha Wolfgang bergerak maju dan mengajukan pertanyaan, "Apa yang kalian lakukan di sini? Apa yang kalian inginkan dari kami?"
Tak satu pun dari vampir itu yang menjawab pertanyaan sang Alpha. Sebagai gantinya, mereka membelah barisan mereka, dan melangkahlah Raja Bellamy dengan Sigmund di belakangnya. Yang mengejutkanku, Pangeran Maximilian, Raja Ignatius, dan Jasper juga muncul di sini.
Aku merasa dikhianati. Seharusnya aku tahu bahwa aku tidak bisa lepas dari cengkeraman para vampir dengan mudah. Rupanya, mereka telah menjebakku agar aku bisa membawa mereka ke sarang para werewolf.
"Lama tidak bertemu, Menantu," kata Raja Bellamy dengan nada mencibir.
"Tunggu! Apakah dia mengatakan menantu?" aku bertanya pada diri sendiri dengan tidak percaya.
"Karena Raja Bellamy hanya memiliki satu anak perempuan, ketika dia menyebutkan menantu, itu hanya berarti ayahku," batinku.
"Jadi ayahku ada di sini sekarang? Dia benar-benar hidup." Hatiku merasa senang mengetahui kenyataan itu.
"Tapi dimana dia? Dan yang paling penting adalah, siapa dia?" aku bertanya-tanya.
Aku memeriksa lautan wajah di depanku. Tidak mungkin ayahku termasuk di antara vampir-vampir itu. Jadi jika aku menghilangkan vampir dari daftar, hanya akan ada tiga orang yang tersisa. Para manusia serigala.
Aku yakin bahwa ayahku termasuk di antara ketiga manusia serigala ini. Tapi aku tidak tahu yang mana dia.
Aku menatap Randolph. Dia terlihat seperti berusia awal dua puluh tahunan. Faktanya, mungkin dia hanya beberapa tahun lebih tua dariku. Jadi tidak mungkin dia ayahku.
Aku mengalihkan pandanganku pada Ivan. Dia tampaknya berusia akhir dua puluh tahunan atau awal tiga puluh tahunan. Jadi dia juga pasti bukan ayahku. Kecuali dia menikah dengan ibuku di usia remaja.
Jadi, apakah itu berarti ayah kandungku adalah Alpha Adolph Wolfgang? Karena dia adalah satu-satunya yang cukup umur untuk memiliki anak perempuan seusiaku.