Napasnya sudah tidak beraturan, tubuhnya menggeliat, Binar masih merasakan hasrat yang begitu kuat karena Adnan masih saja bermain dengan area kewanitaannya.
Adnan menghentikan permainannya, menatap kembali wajah istrinya yang sudah tidak bisa menahan hasratnya. Dia tersenyum lalu berdiri dengan tegap sembari memberi isyarat pada Binar.
"Sekarang giliranmu, Sayang." Adnan berkata sembari mengulurkan tangannya.
Binar tahu sekarang gilirannya untuk memberikan kepuasan bagi Adnan. Dia berdiri tanpa banyak bicara dia berjongkok lalu menyentuh bagian keintiman Adnan yang sudah berdiri.
"Apa kamu menginginkannya, Sayang?" tanya Binar dengan nada lirih sembari meremas lembut bagian keintiman Adnan.
"Lakukan, Sayang ...," Adnan berkata dengan lirih sembari menikmati remasan lembut Binar pada keintimannya.