"Sudah aku bilang kau untuk tetap duduk!" bentak Adnan pada Binar.
Binar terpaku karena Adnan membentak dirinya, dia berusaha untuk menahan air matanya agar tidak menyembul keluar. Namun, tidak berhasil karena rasa sakit di hatinya melebihi rasa sakit telapak kakinya yang terkena pecahan kaca.
Tidak berapa lama Candra tiba di kamar Adnan, dia melihat pecahan kaca yang berserakan di atas lantai. Ada sebuah kotak kayu yang tidak terlalu kecil atau besar.
Dia mengambil kotak kayu tersebut, Candra memutar kotak itu lalu terbuka dan ada sebuah kertas. Tanpa banyak berpikir dia menyerahkan kertas itu pada Adnan.
Kedua mata Adnan memerah, darahnya mendidih saat membaca tulisan yang ada di dalam kertas itu. Dia sungguh tidak bisa berdiam diri terus, sudah saatnya dia menyerang balik.
Tidak begitu lama tiba Paman Sang-Ook beserta pelayan, mereka langsung membersihkan serpihan kaca yang pecah di lantai. Salah seorang pelayan melihat ada tetesan darah dan melihat jejak kaki yang darah.