Binar berjalan dengan langkah cepat menuju suara keributan terjadi. Begitu pula dengan Adnan yang berada di sampingnya.
Semakin dekat Binar dengan suara itu, dia mengenal suara seorang yang sedang marah. Langkahnya terhenti tatkala melihat seorang wanita paruh baya yang sedang menangis.
"Sayang, bisakah kamu menghentikan mereka berdua?" Seorang wanita paruh baya berjalan mendekat pada Binar lalu berkata dengan linangan air mata yang membasahi kedua pipinya.
Wanita paruh baya itu tidak lain adalah sang ibu. Dia baru saja tiba di Seoul bersama dengan suaminya yang sedang kesal pada putra semata wayangnya.
"Bu, tenangkan dirimu. Jangan menangis seperti ini," kata Binar dengan lembut sembari menghapus air mata sang ibu yang sudah membasahi kedua pipinya.
Binar melihat sang ayah kali ini sangat berbeda, terlihat jelas emosinya sedang meluap-luap. Sangat berbeda sekali dengan sang ayah yang selama ini dikenalnya.
