"Sudah cukup! Aku benci kau, Adnan Raymond!" ucap Binar sembari beranjak dan menyembunyikan kedua matanya yang sudah mulai berembun.
Binar berlari memasuki kamar mandi, dia menatap wajahnya di depan cermin. Air matanya mulai menyeruak keluar dan membasahi kedua pipinya.
Dia tidak mengira jika Adnan akan benar-benar menamparnya. Mungkin dirinya terlalu percaya diri akan rasa cintanya dan juga cinta yang Adnan tunjukkan selama ini.
"Mengapa? Mengapa selalu begini? Di saat aku mulai mencintai seseorang dengan tulus, selalu saja ada pengkhianatan." Binar berkata pada dirinya sendiri.
Dia sungguh tidak mengerti, apakah dirinya tidak berhak hidup bahagia dengan pria yang dicintainya. Apakah tidak ada pria yang hanya setiap pada pasangannya saja.
Binar terus menangis sembari menyalakan keran air sehingga tidak terdengar suara tangisnya. Di luar kamar mandi Adnan yang sangat menyesal dengan apa yang baru saja dilakukannya pada Binar.