Chereads / REALLY, HER? / Chapter 1 - PROLOGUE

REALLY, HER?

🇮🇩Jasflo_
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 4.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - PROLOGUE

"Habis dari mana kamu?"

Key menghadang putera tunggalnya yang baru pulang dari sekolah pada jam 12 malam ini. Bau alkohol yang semerbak memang sudah bisa menjawab darimana lelaki tersebut.

Dengan cengengesan tanpa dosa nya, Bagas mengacungkan kedua jari antara telunjuk dan tengahnya kehadapan Key membentuk huruf V.

"Darimana kamu?!" Suara Key yang meninggi akhirnya membuat Bagas sadar situasi apa yang ia hadapi saat ini.

"Cuman main Ma," nada suaranya tetap santai. Meskipun ia sudah menenggak beberapa gelas minuman dalam botol tersebut, tapi Bagas tetap memiliki 40% kesadaran.

"Kamu sudah gila?!"

Bagas menarik nafas panjang, "Bagas gak kemana-mana Ma. Cuman maen di apartemen temen kok, selebihnya si ya kegiatan cowok."

"Mama udah bilang jauhin Kakak kelas yang bikin kamu kayak gini!"

"Apaan si Ma,"

"Hanya karena Mama gak ngabarin kamu buat pergi ke Amerika lusa kemarin dan pulang tiba-tiba kamu kayak gini kamu bales dendam sama Mama ya?!"

"Nggak kok, Bagas -"

"Masuk ke kamar kamu sekarang! Atau Mama bilang hal ini sama Papah biar kamu tahu rasa!"

Wajah Bagas memucat seketika, tanpa pikir panjang ia bergegas pergi meninggalkan Keyla yang mencoba mengatur nafasnya karena emosi.

Bagas sudah benar-benar melenceng dari sosok anak lugu yang selalu berada dalam pengawasannya. Anak lelaki itu kini menjelma sebagai sesosok berandalan yang hobi merokok, vaping, juga minum alkohol dan berganti-ganti teman kencan.

Secara perlahan tapi pasti Key berusaha menjangkau sebuah kursi yang berada di ruang tengah. Tangannya sibuk memijit pelipis yang mulai terasa pening.

Dengan mengerahkan sisa tenaga yang ada, Key mengambil ponsel yang ia simpan di atas meja. Mencari kontak seseorang yang kemudian ia hubungi nomor terkait.

"Halo, Er?"

"Halo Key? Tumben ada menghubungi, ada perlu apa ya?"

Keyla terkekeh geli mendengar 'Ada perlu apa ya?' Dari kalimat sahabat semasa SMA nya itu. Mereka memang sudah lama tidak saling berkomunikasi dan tetap menyimpan nomor masing-masing.

"Begini, langsung intinya aja ya? Kamu punya anak perempuan yang usianya sama dengan anak aku kan Er?" Keyla bertanya pada Erlina dengan harap-harap cemas.

"Oh iya, anak aku memang perempuan. Memangnya kenapa?"

"Karena kamu dulu juga siswi yang pintar dan teladan, lalu kamu menikah dengan Adnan yang notabene anak professor di kampus. Jadi,"

"Kamu berniat menjodohkan puteriku sama puteramu Key?"

"Tepat sekali! Tolong bantu aku Er, aku sudah sangat frustasi sama kelakuan Bagas. Bagas, anak aku itu, kerjaannya keluyuran mulu. Tiap semester aku pasti harus datang ke sekolah dia cuman mendapat nasehat dari Kepala Sekolah. Tolong bantu aku, mungkin dengan menjodohkan Raina dan Bagas, akan membuat Bagas terbawa ke arus yang lebih baik," nada Key yang sangat memelas membuat Erlina tidak tega menolak keinginan wanita tersebut.

Setelah cukup lama terdiam berpikir keras atas jawabannya, akhiranya helaan nafas Erlina mengiri sebuah persetujuan. "Baiklah, lagi pula Raina sendiri anaknya terlalu kuper dan disibukkan dengan buku pelajaran setiap hari. Mungkin jika mereka dijodohkan, Bagas akan lebih terarah pada hal yang baik, dan Raina akan lebih membuka dirinya."

Wajah letih yang sedari tadi tercetak jelas diwajah Keyla langsung berganti dengan raut bahagia tiada tara. "Kamu serius kan Er?!"

"Iya, aku serius. Semoga saja keinginan kita ini bisa saling melengkapi kekurangan mereka."

"Aku sangat bahagia! Kamu tidak usah khawatir, aku dan suamiku yang akan mengurus pernikahan Raina dan Bagas. Bagaimana jika acaranya kita gelar pada hari Minggu?"

"Minggu ini?"

"Tentu saja! Kita tidak boleh menunda-nunda kesempatan yang ada!" Tegas Key dengan masih menggebu-gebu.

"Baiklah, aku juga setuju. Lagipula sekarang masih hari Senin, masih tersisa 5 hari lagi untuk mempersiapkan semuanya."

"Oh ya, boleh aku meminta usul?"

"Katakan saja, aku siap mendengarkan."

"Bagaimana jika besok aku beri tiket agar Raina bisa datang ke rumah?? Ayolah Er, sebelum pernikahannya tiba, kita harus membuat Bagas dan Raina sendiri bisa terbiasa. Dan aku juga sudah sangat lama tidak melihat puterimu," lagi, nada memelas andalan Keyla kembali ia tunjukkan.

Erlina tidak lekas menjawab, alih-alih setuju ia juga berpikir langkah apa yang tepat untuk meresponnya. "Bagaimana dengan lusa? Besok pagi akan aku coba bicarakan hal ini dengan Raina, sampai dia setuju. Dan lusa ia akan datang ke tempatmu, bagaimana?"

"Ide bagus! Jangan khawatir untuk hal pindah sekolah serta biaya lainnya akan Bagas tanggung!" Seru Key semangat.

"Bagas? Anakmu?"

"Iya, tentu saja akan Bagas tanggung. Jadi mulai minggu besok Bagas juga akan mulai bekerja di perusahaan, untuk mencukupi kebutuhannya dan Raina. Aku ingin dia atau mereka berdua benar-benar menjadi seorang dewasa yang mandiri."

"Itu ide yang sangat baik Key, kamu masih sama seperti dulu."

"Hahaha tentu saja aku masih sama Er. Ngomong-ngomong kita ngobrolnya sampai sini dulu ya, suami aku bentar lagi pulang nih. Dan ini juga udah terlalu larut buat ngobrol santai. Maaf aku ambil waktu istirahatnya Er," Keyla terdengar penuh rasa penyesalan.

"Tidak apa-apa, aku juga kebetulan belum tidur. Dan alasanmu menelpon untuk hal yang menyenangkan, jadi bukan masalah Key."

Keyla tersenyum, "Baiklah, selamat malam. Semoga tidurmu nyenyak."

Setelah berkata demikian sambungan diantara mereka terputus.

Kriet

"Aku pulang."

"Suamiku!"

Dengan begitu girang, Key memeluk John, pria yang sudah menikahinya selama 17 tahun dan berpacaran dengannya selama 13 tahun sejak mereka masih menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama.

"Ada hal apa sampai kamu nyambut aku segininya Key?"

"Aku pengen Bagas nikah, sayang."

Hening.

Perlu beberapa detik untuk John mencerna perkataan sang istri, dan sesaat kemudian kedua matanya melotot kaget. "A-apa kata kamu?! Kamu sadar gak barusan ngomong apaan sayang?!"

Keyla mengangguk-anggukan kepalanya. "Aku sangat sadar. Yang aku mau, Bagas dinikahkan dengan seorang perempuan anak dari teman semasa SMA aku John, Ibu dan Ayahnya sangat cerdas dan teladan. Apa yang perlu diragukan?"

"Tapi Bagas masih kelas 2 SMA sayang dia masih harus menyelesaikan sekolahnya," terang John dengan mencoba menyadarkan sang istri.

"Oh, begitu. Malam ini dan seterusnya kamu tidur saja di kamar tamu. Atau hubungi perempuan sialan diluar sana, jangan mendekat."

Mulai lagi...

"Baiklah, kita akan nikahkan Bagas seperti kemauanmu, berhenti mundur-mundur Key. Jangan menjauh lagi," saat Keyla nyaris terjungkal pada sofa saat itulah sebelah tangan kekar menahan tubuhnya. "Kita sudah terlalu tua untuk bermain opera sayang."

Dengan di iringi kekehan ringan, Keyla memeluk John begitu erat. "Aku ingin Bagas dinikahkan pada hari Minggu nanti ya sayang? Gak ada penolakan lagi, ini demi kebaikan anak kita."

"Baiklah."