Apakah riwayat berandalnya sudah tamat? Apakah semuanya akan berakhir dengan mudah seperti ini?
Bagas merenung di dalam kamarnya, ia enggan untuk pergi ke sekolah dan memilih tetap berada dalam kesendiriannya.
Dalam kepala lelaki itu terus berputar tentang banyak hal. Bagaimana kehidupannya setelah menikah nanti? Dan bagaimana paras perempuan yang akan ia nikahi? Semua itu berputar-putar bagai kaset dalam otaknya.
"Bagas, kata Bi Minah kamu gak mau keluar, kamu kenapa sih ngurung diri di kamar gini?"
"Mama sama Papah kalau mau makan ya makan aja gak usah pikirin Bagas."
Key menarik nafasnya saat Bagas selalu tampak egois dan sulit diatur. "Tapi kamu udah muntahnya?"
"Udah, baru aja."
"Oke deh. Pokoknya kamu gak boleh mati konyol ya Gas, Mama gak sudi. Jadi kalau sekiranya kamu ngerasa udah sekarat, sini buruan turun ke bawah buat sarapan."
Bagas mendengus dalam kamarnya. "Iya Ma, ntar aku kesitu sambil bawa malaikat Izroil."
"Mama tinggal ke bawah."
". . ."
Bagas kembali terdiam. Mungkin Key kira sang putera tunggal tidak mendengar percakapannya tadi malam. Sejujurnya Bagas mendengar semua yang Key katakan pada John, sang Ayah.
Tidak ada satu hal pun yang Bagas lewatkan, saat ia berniat untuk mengambil segelas air di dapur dan kembali ke dalam kamarnya untuk tidur.
Jika ia benar-benar akan menikah, lalu apakah Key tidak merindukan kehadirannya? Atau perempuan itu justru sangat menginginkan seorang cucu sampai anak remaja berusia 17 tahun seperti Bagas harus dinikahkan?
"Mama udah gak sayang sama aku," gerutunya dan kembali terlelap meneruskan tidurnya yang tidak lelap tadi malam.
A few moments later..
Suara Mama nya yang tengah mengobrol di ruang tamu, mengapa bisa sampai terdengar masuk ke dalam kamarnya? Apa hari ini Key mengadakan arisan dadakan? Atau temu alumni? Atau mungkin.. calon besannya ada datang ke rumah?!
Secara spontan lelaki itu terbangun dari posisi rebahannya. Ia lekas menempelkan telinga pada lantai lalu bergegas keluar dari dalam kamar dengan sembunyi-sembunyi.
"Ssstt!!" Telunjuknya ia tempelkan pada bibir begitu melihat Bi Minah menatap terkejut.
"Ohh baguslah," suara Key terdengar tepat disampingnya.
"M-Mama?!"
"Baguslah kamu keluar. Pancingan Mama berhasil!"
Kening Bagas mengernyit bingung. "Maksudnya Ma? Di ruang tamu itu gak ada siapa-siapa?"
Keyla tertawa geli, ia menarik sebelah lengan Bagas untuk dibawanya ke ruang makan. "Sini makan dulu! Kamu itu yak, dikiranya Mama gak punya akal apa buat mancing kamu keluar kamar?!"
Bagas yang masih bingung tidak mendengarkan celotehan Keyla. Ia justru bergegas mencari dari arah mana suara-suara heboh itu berasal.
Dan..
Hell
Bersumber dari kaset CD yang ada di ruang tengah.
Ia tertipu.
"Mama apa-apaan sih? Nyalain kayak ginian segala?"
"Biar kamu bangun, trus keluar kamar dan turun ke lantai bawah. Kamu itu harus makan Bagas. Udah kurus krempeng gini, bodo iya, kerjanya keluyuran, gak ada satupun hal yang bisa Mama banggain dari kamu."
"Tapi -"
"Buruan makan, kalau gak mau Mama telpon Papah."
Ancaman yang mematikan. Terakhir kali Bagas menantang John, adalah ia diasingkan ke sebuah perkampungan selama 3 bulan tanpa adanya teknologi dan untuk sekedar berkabar pada kedua orang tua dan temannya.
Oleh karena itu jika sudah menyangkut John, maka mulut Bagas akan secara otomatis membungkam.
"Nanti setelah kamu makan, ada yang pengen Mama omongin."
Mampus.
Keyla pergi meninggalkan Bagas yang hanya diam tanpa memberikan jawaban apa-apa, tapi tetap saja debaran gila dadanya yang panik tidak bisa membohongi, sampai ia tersedak dan kelabakan hanya untuk mencari segelas air seorang diri.
"Semoga aja bukan soal nikah. Kenapa si gua punya Nyokap gila banget!"
"Kamu ngumpatin Mama dibelakang Bagas?"
"Nggak kok Ma, Mama nethink mulu perasaan. Bagas lagi ngomong sama diri sendiri juga."
"Jadi siapa Mama kamu jika itu bukan saya?"
Deg.
"Ma, sehabis makan, nanti Bagas bakalan langsung nyium kedua kaki Mama buat memohon ampun biar gak laporan sama Papah.." meskipun mulutnya setengah penuh dijejali makanan, tapi ucapan Bagas terdengar jelas.
Dan Keyla hanya tersenyum senang, dibelakang sang putera, bibirnya membentuk seringai yang misterius.
"Makan yang banyak, nasi yang udah kamu simpan di piring kamu gak boleh kamu balikin atau gak dihabisin. Jorok, ntar nikahnya sama Nenek-Nenek!"
Ini gak bercanda kan? Apa jika ia benar-benar tidak menghabiskan makanannya maka Keyla akan membawa satu perempuan tua yang dikenalkan akan menjadi Istrinya?
Keyla terkadang jauh lebih gila dari apa yang Bagas kira. "Mama jangan bercanda," tanpa sadar kata itu terlontar diluar kuasanya.
"Nggak kok, makanya habisin. Nanti temui Mama di kamar kamu ya. Ada yang harus Mama omongin dan Mama gak mau ada Asisten keluarga kita yang denger dan bikin kamu malu."
Nah kan..
Bagas mencoba tetap tenang, ia menetralisir dirinya sendiri dengan berpikir hal-hal menyenangkan. Malam kemarin ia sudah membeli banyaknya jenis-jenis vape dan tidak sabar untuk mencicipinya lagi.
Sampai nasi yang tersisa di piringnya sudah habis tak tersisa, dan Bagas tidak sanggup untuk melanjutkan porsi yang kedua. Akhirnya dengan pasrah, lelaki ity berdiri dan melenggang pergi untuk kembali masuk ke dalam kandangnya.
Kamarku surgaku, adalah definisi yang tepat.
"Duduklah," suara Keyla terdengar menakutkan ditelinga Bagas yang entah mengapa ia serba tidak berani berhadapan dengan sosok wanita yang melahirkan dan mengurusnya selama 17 tahun itu.
Bagas akhirnya duduk, tepat dibawah Key dengan ancang-ancang siap bersujud.
"Anak ku, lebih baik kamu perbanyak shalat daripada kamu bersujud pada Mama mu." Sindir Key halus.
Akhirnya Bagas kembali duduk dengan bersimpuh bak sinden yang agung. Tak pelak melihat tingkah anaknya ini antara rasa kesal, jengkel, dan kasihan secara bersamaan membuat Keyla tertawa pilu(?).
"Jadi ada hal apa yang pengen Mama omongin sama Bagas?"
"Siapkan mental dan bathin mu Bagas."
"Aku sudah siap."
"Baiklah, Mama cuman pengen ngasih tahu kamu kalau,"
"Sebentar Ma, caranya nafas gimana sih?"
Keyla tertawa geli, tapi ia biarkan sang putera membuat lelucon terhadapnya sebelum menerima kenyataan dan fakta yang mengerikan setelah itu.
"Tarik udara dengan hidung mu, dan keluarkan lewat dubur mu."
"Mama beneran deh, mending acara lawakan aja, pasti juara!"
"Iya, kalau jurinya kamu."
Bagas yang tidak fokus mulai tidak sadar dengan situasi yang ada. "Jadi, apa yang ingin Mama bilang sama Bagas?"
"Kamu Hari Minggu nanti menikah."
WHAT?!
Dugaannya benar wahai saudara, Key memang selalu satu langkah diluar dugaannya! Bahkan untuk kegilaan pun tidak terkecuali.
"Mama gila?!"
"Kamu lebih gila dari Mama!" Suara sang Ibu beranak satu itu mulai naik satu oktaf.
Bagas melotot tak percaya, "Oke Ma, kalau Mama ingin Bagas jadi siswa yang baik dan teladan, Bagas akan ngelakuin semuanya tapi plis jangan dengan cara gini Ma, ini gak lucu sama sekali!"
"Kamu pikir Mama mu ini sedang melawak?! Permintaanmu sudah terlambat! Karena lusa, perempuan yang akan menikah dengan mu itu akan sampai dirumah kita!"
Yang benar saja!!
Tapi untuk menegaskan kembali kepada sang putera kesayangan, Key mengulurkan sebuah undangan pernikahan yang tampak mewah dan menawah kehadapan Bagas yang masih shock menerima kenyataan.
"Baca hati-hati dan renungkan isinya. Siapa calon istri kamu, namanya tertera disini. Jika kamu masih tetap penasaran, pintalah kepada Allah agar wajahnya hadir di mimpimu malam nanti. Sampai jumpa, Mama tinggal dulu arisan ya," Key melenggang pergi begitu saja.
"Argghh!!!" Bagas berteriak seraya terus melihat undangan pernikahannya sendiri. Tatapan horror masih tidak lepas dari ekspresi wajahnya.
Bagaimana mungkin?!!!! Sekarang Bagas ingin berteriak sekencang yang ia bisa.
💕💕💕
"Jadi lu kenapa gak dateng ke sekolah?" Tanya Dito penasaran.
Tidak ada jawaban, Bagas hanya menatap kosong susu dalam gelas yang ia keluarkan dari dalam kulkas.
"Woy!" Ulang Yuda yang gemas karena Bagas sedari tadi hanya membisu.
"Diem bangsat! Gua lagi mikir dulu tenang ngapa!" Sentak Bagas akhirnya menatap ketiga orang yang berada dalam kamarnya ini sebal.
Meskipun Bagas seorang berandal yang memang ditakuti bahkan oleh teman-temannya yang notabene kelas 12, tapi ada 3 hal yang Bagas takutkan.
1. Membuat Keyla marah.
2. Membuat John marah.
3. Membuat kedua orang tuanya kecewa.
Jadi apakah Bagas sudah melakukan 3 hal diatas tadi sampai pasangan yang begitu mencintainya selama 17 tahun belakangan ini, pada akhirnya melakukan hal tergila menikahkan ia di usia yang sangat muda?
"Eh ini undangan siapa? Kok ada undangan di kamar lu Bro?" Kevin memungut undangan yang tergelatak tak berdaya diatas lantai kamar Bagas dan mulai membacanya.
"Nyet!" Bagas merebut undangannya yang sayang sudah dibaca Kevin dan lelaki tersebut menatap Bagas tak percaya.
"Gas itu aslian elu?!"
Tidak ada jawaban menandakan 'iya' dan Kevin lekas menatap kearah Dito dan Yuda. "Dia mau nikah!" Teriaknya diiringi suara tawa yang membahana.
"Aslian?!" Teriak Dito dan Yuda yang tak kalah kencang.
Sedang Bagas yang malang, ia hanya menarik nafas dalam-dalam dan berharap bumi menelannya untuk menghilang dari para orang laknat ini.
"Siapa ceweknya Gas?!"
"Gua juga gak tahu gila! Tiba-tiba Nyokap gua ngasih tahu kalau gua mau dinikahin dan ini undangannya." Jelas lelaki itu lesu.
"Jadi ini alasan lu dari tadi bengong kek orang bege?" Kekeh Yuda yang di iringi lagi tawa 2 lelaki lainnya.
"Gua do'ain nih ya, buat para orang julid kayak lu pada. Nyusul gua secepatnya!"
"Aamiin.."
Tidak disangka-sangka, Dito Yuda dan Kevin justru mengaminkan dan setuju atas do'a Bagas kepada mereka.
"Lagian nikmat apa si yang gak bisa disyukuri? Nikah itu halal bro, lu bisa ena-ena sepuasnya tahu gak?"
Pletak
Sebuah kertas yang diremas-remas mengenai kepala Kevin yang terbahak dengan godaannya sendiri.
Tamat sudah riwayat Bagas. Si berandalan yang di isukan jago berkelahi, selalu keluyuran malam, dan bermain perempuan.. akan berakhir dalam sebuah pernikahan diusianya yang masih sangat belia (untuk zaman modern ini).
"Gas, gimana dah kalau ternyata calon istri lu itu cupu? Nerd gitu loh, yang pake kacamata dan suka bawa buku kemana-mana?"
"Jangan sampe deh.. lu semua pada do'ain gua gak bener ya?! Pengen gua sleding satu-satu apa gimana?!"
"Kita mah Gas gak usah dikasarin, cukup kasih kepercayaan buat jadi 'Om' dari anak lu aja nanti, atau secepatnya."
"BANGSAT!!!"
TBC