Kaito
"Senpai ... tolong jaga dia ya?"
Suara Ame kembali memaksa mata ku terbuka lebar. Mata ku kembali melirik ke segala arah untuk memastikan aku tak ada di dalam mimpi aneh lagi. Ruangan rumah sakit yang gelap, Hanabi yang tertidur lelap di sofa yang ada di seberang ranjang ku. Aku lega aku tak berada di mimpi yang aneh itu lagi.
Apa maksud Ame itu?
Lagian kenapa belakangan ini aku sering mimpi aneh sih?
Apa aku bener bener udah gila?
Aku sedikit melirik ke jam dinding di ruangan ini. Karena jarum pendek masih menunjuk ke angka sepuluh, aku berpikir untuk keluar mencari udara segar.
Dengan kaos biru khas yang sering digunakan pasien rumah sakit ini aku bangkit dari ranjang dan menapakan kaki ku ke lantai. Walau sedikit rasa sakit di kepalaku, aku tak menghentikan langkah ku keluar dari ruangan ini.
Greeekk ...
Suaraku membuka pintu perlahan.
Dengan lemas aku melangkah keluar dari ruangan ku. Koridor rumah sakit terlihat gelap dan sunyi tanpa ada satu orang pun. Aku hanya melihat cahaya lampu yang terpancar dari ruang tunggu rumah sakit. Tanpa ragu aku melangkah kan kaki telanjang ku menuju ruang tunggu.
Perlahan tapi pasti aku melangkah menuju cahaya lampu yang terpancar terang. Sampai aku melihat gadis dengan rambut merah muda sebahu dengan kacamata di wajah nya. Dia sedang duduk di kursi ruang tunggu sendirian sembari membaca novel. Tak salah lagi itu Sakura senpai.
Eh?! kenapa senpai malem malem disini?
"Kalau aku tak menang dalam lomba ini ... aku akan pindah ke luar negeri ...", perkataan Sakura senpai yang tiba tiba terngiang di kepala ku.
Masalah itu ya? ... aku belum memberi nya jawaban ...
Tanpa pikir panjang aku segera melangkah perlahan mendekati nya.
"Eh?! ... Ka-Kaito?! kenapa aku keluar dari ruangan mu?", tanya Sakura senpai dengan wajah khawatir seraya berdiri dan membantu ku untuk duduk di kursi ruang tunggu.
"Hmm ... lucu kalo senpai tanya gitu ... senpai sendiri ngapain disini sendiri?", tanya ku setelah duduk di kursi panjang yang ada ruang tunggu rumah sakit.
"Lupakan saja tentang ku dan perkataan ku kemarin ...", ujar Sakura senpai lalu duduk di samping ku.
Mana bisa payah!
Wajah mu saat itu ...
Air mata mu saat itu ...
dan sekarang kau minta aku lupakan?
"Hmm ... terus, ngapain senpai di sini?", tanya ku dengan wajah cuek.
"Ano ... cuma mau cek kesehatan kok ...", jawab Sakura senpai kembali fokus membaca novel.
Cih ... boong nya ketauan banget ...
"Apa senpai sudah siap untuk pindah ke luar negeri?", lanjut ku bertanya tanpa melirik nya sama sekali.
"Yah ... kalo udah takdir mau gimana lagi kan?", ujar Sakura senpai pasrah.
"Ohh ... apa senpai tak mau berusaha lebih keras lagi?"
"Sekeras apapun aku berusaha ... aku hanyalah sebuah pasir Kaito ... tanpa tangan seseorang aku hanya bisa di injak injak", ujar Sakura senpai tetap berusaha fokus pada novel nya walau mata mya sudah berkaca kaca.
Pasir? ... tunggu ... jangan jangan ...
"Emm ... senpai, saat senpai kelas delapan ... seseorang pernah berkata tentang pasir yang dapat berubah jadi istana pasir karena tangan seseorang ya?", tanya ku.
"He?!, kok kamu bisa tau?!", kata Sakura senpai menoleh ke arah ku karena terkejut.
"Hmm ... Sakura senpai ... jangan jadikan satu kalimat saja sebagai pedoman hidup mu", ucap ku.
"He?!"
"Namamu adalah Sakura, bunga indah yang mekar di musim semi ... banyak orang menanti kehadiran senpai, dan juga banyak orang yang tak peduli tentang kehadiran senpai ... tapi bunga sakura tetap akan mekar tanpa peduli apapun yang di pikirkan orang lain kan?", ucap ku lalu kembali bangkit berdiri.
"Aku tetap akan membantu senpai semampu ku ..."
"Kau benar benar baik ya Kaito ...", sela Sakura senpai.
"Eh?!"
"Ai sangat beruntung punya pacar seperti mu ... dan adik mu pasti bahagia punya kakak yang luar biasa seperti mu", ucap Sakura senpai memuji ku.
"Eh ... etto ...", pipi ku mulai memerah karena kata kata Sakura senpai.
"Kaito ... kau terus saja berpikir tentang orang lain ... ada kala nya kau harus berpikir tentang orang yang dekat dengan mu", ujar Sakura senpai memasukan novel yang ia baca ke dalam tas nya lalu bangkit berdiri.
"He? ... maksud nya?", tanya ku bingung.
"Ah ... gapapa ... ya sudah aku pulang dulu ya? ... ", kata Sakura senpai pamit lalu melangkah ke pintu keluar rumah sakit.
Apa maksud nya itu?
Aku pun kembali melangkah menuju ruangan ku untuk kembali beristirahat.