Chereads / Ai No Koe (Suara Cinta) / Chapter 41 - Chapter 40

Chapter 41 - Chapter 40

Kaito

Sesaat kemudian susana menjadi hening tanpa suara. Hanya ada suara angin di malam musim gugur yang menemani kami. Berdiri di samping nya dibawah lautan bintang di langit rasa nya aku tak ingin malam ini berlalu.

"Ai? ... udah pengen balik belum?", tanya ku.

Ai hanya menggelengkan kepalanya dan tetap melihat ke atas langit. Wajah cantik nya membuat senyum ku yang telah lama hilang kembali muncul. Disaat yang sama aku melihat Ame di dalam diri Ai.

Apa mereka berdua adalah malaikat yang dikirim dari surga?

Ahh ... pikiran ku makin aneh ... sudah lah nikmati saja malam ini ...

Karena lelah terlalu lama berdiri, aku pun berpikir untuk kembali ke penginapan. Aku pun membalik badan dan melangkah kembali menuju arah penginapan. Saat aku melangkah untuk yang ketiga kali nya kaki ku tersandung batu.

Bruk ...

"Astaga ... pake jatuh segala lagi", ucap ku kesal.

Ai melihat ke arah ku. Dia menutup mulut nya dengan tangan kanan nya dan ia menahan tawa nya yang ingin keluar.

"Oi ... malah ketawa", ucap ku dengan wajah datar.

Ai pun mendekat pada ku dan mengulurkan tangan nya. Tanpa pikir panjang aku pun menggenggam tangan nya dan berusaha berdiri.

"Ayo balik ke penginapan aja yuk ... capek aku", ucap ku membersihkan celana ku dari tanah yang menempel.

Dia hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya seperti biasa. Kami berdua pun melangkah kembali ke penginapan. Kami pun masuk ke kamar penginapan bersama. Di sini lah perasaan gugup ku mulai kembali. Aneh karena aku tidur sekamar dengan Ai, aku bahkan tak pernah tidur sekamar dengan Hanabi sejak SD dulu.

"Aku mau tidur di sofa ini aja ... kamu kalo mau tidur tidur aja gak perlu khawatir", ucap ku seraya berbaring di sofa di dekat jendela kamar penginapan.

Karena tak kuasa menahan kantuk, aku pun memejamkan mata dan segera tidur lelap. Mungkin karena aku kelelahan, aku tak bermimpi sama sekali saat tidur. Tak terasa cahaya fajar sudah masuk dari jendela. Aku membuka mata ku karena seseorang menggoyang kan badan ku.

Saat aku membuka mata ku perlahan, aku melihat wajah cantik Ai berada di depan ku.

"Cantik nya ...", ucap ku setengah sadar.

Karena aku melihat pipi Ai yang mengeluarkan rona merah nya. Aku pun tersadar dan segera bangkit duduk di sofa.

"Eh?! ma-maksud ku bukan gitu!?", ucap ku malu.

"Pagi pagi dah gombal aja kamu Kaito ...", ucap Hina di depan pintu.

"Oi ... bukan gitu ...", ucap ku sembari menggaruk kepala ku karena bingung ingin berkata apa.

"Udah lah ... pacar mu itu dah masakin sarapan buat kamu loh ...", ucap Hina menunjuk ke arah meja di samping ranjang.

Mata ku pun tertuju kepada meja di samping ranjang, dua piring sup sayur hangat sudah berada di atas meja itu.

"Eh?! Ai masak?", ucap ku tak percaya.

"Kau ini beruntung sekali punya pacar seperti Ai, dia sudah seperti istri mu saja ... pagi ini dia bangun dan menghampiri ku di dapur ... ya sudah nikmati pagi kalian pengantin baru", ucap Hina seraya melangkah meninggalkan kamar kami.

Pipi Ai memerah karena perkataan Hina.

"Emm ... ya udah yuk sarapan", ucap ku menenangkan keadaan.

Kami berdua pun sarapan pagi bersama dengan sup yang dimasak Ai. Aku terkejut karena rasa sup yang dibuat Ai sangat enak. Apa ini karena selama ini aku keseringan makan mie instan ya?, sup Ai jadi sangat enak.

Setelah sarapan, Ai pergi ke dapur penginapan untuk mencuci peralatan makan yang kami gunakan. Sesaat kemudian Ai kembali bersama Hina di samping nya.

"Kalian mau pulang kan?, ayo ku antar ke depan", ucap Hina dengan ramah.

Setelah mengemas barang barang kami, kami pun keluar dari penginapan itu. Kami pun sampai di pintu keluar penginapan.

"Eh ... tunggu ... siapa yang bayar sewa penginapan?", tanya ku pada Hina.

"Kalian tak perlu bayar, orang tua ku dan Ai adalah sahabat sejak kecil ... jadi orang tuaku menyiapkan satu kamar khusus untuk Ai dan keluarga nya ...", jelas Hina.

"Ohh ... gitu", ucap ku mengangguk paham.

"Ai ... boleh aku pinjam Kaito sebentar?", ucap Hina menarik ku menjauh dari Ai.

"Kau ... kau adalah harapan terakhir ku untuk mengembalikan Ai seperti dulu lagi ...", bisik Hina padaku.

"Eh?! maksud nya?", ucap ku tak mengerti.

"Dasar tolol ... selama ini hanya kau laki laki yang ia ajak kesini ... Itu berarti kau istimewa ...", bisik Hina.

"Terus?", ucap ku masih tak paham.

"Aduh ... pokok nya kau harus mengembalikan suara Ai ... titik", bisik Hina.

"Hmm ... baiklah ...", ucap ku dengan wajah datar.