Anne pergi meninggalkan kampus karena kesal pada Edward yang merusak tugas yang dibekan oleh dosennya, ia memilih tak masuk kampus karena tak mau dimarahi sang dosen yang terkenal kejam pada para mahasiswanya itu. Setelah hampir tiga puluh menit mengendarai mobilnya Anne akhrinya sampai di tempat wisata London Eye, Anne memutuskan untuk naik di bianglala terbesar didunia yang memiliki ketinggian 135 meter atau 443 kaki itu.
"Untuk berapa orang nona?" tanya seorang penjaga loket.
"Satu," jawab Anne singkat.
"Baik nona, harganya 17,95 poundsterling," ucap sang sang penjaga loket kembali sambil tersenyum.
Tanpa bicara Anne kemudian membuka tasnya dan mengeluarkan 50 poundsterling pada sang kasir, tak lama kemudian ia sudah mendapatkan dua buah tiket dan uang kembalian. Anne sengaja membeli dua tiket, ia ingin naik london eye sebanyak dua putaran. Ia ingin menyendiri tanpa diganggu siapapun sambil melihat pemandangan kota London yang menjadi rumah barunya selama dua tahun terakhir ini.
Setelah menunggu selama lima menit akhirnya Anne bisa masuk ke dalam kapsul London Eye yang dapat menampung 25 orang, untungnya Anne datang ke London Eye saat suasana sedang sepi. Alhasil ia menjadi satu-satunya orang dalam kapsul itu, pasalnya penumpang lainnya adalah sepasang muda mudi yang menginginkan berduaan saja di dalam kapsul London Eye. Meskipun hanya berduaan saja tapi para penumpang itu tak bisa berbuat senonoh karena ada kamera CCTV yang terpasang di setiap kapsul. Kincir London Eye berputar cukup lambat, yaitu sekitar 26 m/ detik. Dengan kecepatan tersebut, London Eye membutuhkan waktu 30 menit untuk satu kali putaran. Di puncak tertinggi para pemumpang bianglala terbesar di Inggris ini bisa melihat pemandangan kota London sejauh 40 km, dengan kemampuan bisa melihat jarak sejauh ini para pemumpang bisa melihat tempat wisata lainnya seperti Big Ben, Buckingham Palace, Houses of Parliament dan St Paul's Chatedral. Karena alasan inilah Anne memilih menenangkan dirinya di dalam kapsul London Eye.
Duduk menyendiri didalam kapsul London Eye Anne merasa jauh lebih baik, ia merasa lebih tenang dengan melakukan ini. Kalau dulu ia akan selalu menangis jika dikecewakan atau dilukai oleh seseorang kini ia lebih memilih menyendiri untuk menenangkan hatinya, diselingkuhi dan dihianati sahabat membuat Anne lebih tegar menjalani hidupnya. Ia bahkan berterima kasih atas kejadian itu, mungkin kalau Leon dan Steffi tak berbuat curang dibelakangnya dua tahun yang lalu mungkin saat ini Anne akan tetap menjadi gadis bodoh yang tak tau apa-apa.
"Sampai mana lagi Kau akan menguji batas sabarku Tuhan?" ucap Anne lirih dengan mata berkaca-kaca menatap St Paul's Chatedral yang terlihat jelas dari tempatnya berada.
"Direndahkan, dihianati, dihina, ditinggal orang terkasih sudah aku rasakan semua, lalu apa lagi yang ingin kau lihat dariku Tuhan. Aku takut tak akan bisa lebih lama lagi bertahan atas semua yang terjadi ini, aku sudah mengubur semua cita-cita masa kecilku saat aku dikecewakan pertama kali oleh teman masa kecilku. Lalu apakah aku harus kembali mengubur dalam cita-cita sederhanaku ini Tuhan? Aku hanya ingin hidup tenang dan bahagia, tak lebih. Hanya itu mauku Tuhan, tak bisakah Kau mengabulkan permintaan sederhanaku ini?"
Air mata Anne menetes perlahan setelah sekian lama ia tak menangis, terakhir ia menangis adalah karena Jack menghina statusnya yang seorang janda. Namun setelah melihat di catatan sipil yang ada di Jerman ia masih single Anne kini mempunyai keberanian lagi untuk berhadapan lagi dengan Jack sang barista yang pendiam itu.
"Anne...wake up!! Kenapa kau mengingat pria dingin itu, lupakan dia. Kau sudah pindah ke London, kau harus memulai semangat baru di kota baru ini. Jadi jangan ingat orang-orang itu lagi," ucap Anne dalam hati sambil menepuk-nepuk pipinya dengan keras.
Drrttt
Drrttt
Suara ponsel yang ada dalam tas menyadarkan Anne dari lamunannya yang tiba-tiba mengingat Jack, dengan cepat Anne meraih ponselnya dan tersenyum saat melihat nama yang muncul dilayar ponselnya.
"Hallo, dengan Anne," ucap Anne pelan saat sudah tersambung dengan sang penelfon di ujung telepon.
"Hallo nona Anne, anda masih ingat saya bukan," sahut sang penelepon di ujung telepon.
"Tentu saja Tuan August, mana mungkin saya lupa. Ada yang bisa saya bantu tuan?"tanya Anne ramah.
"Saya menghubungi anda karena ingin bertanya pada anda, apakah anda masih berminat dengan toko kecil yang pernah anda tanyakan itu nona?" tanya balik sang penelepon yang ternyata adalah Tuan August sang pemilik toko bunga yang letaknya tak jauh dari apartement Anne.
"Tentu saja tuan, saya suka sekali dengan toko kecil milik anda itu," jawab Anne dengan cepat sambil tersenyum lebar.
"Syukurlah kalau begitu, apakah bisa kita bertemu nona. Saya ingin menjual toko itu, pada awalnya saya ingin menjualnya pada orang lain. Namun saya mengingat anda yang pernah menanyakan terlebih dahulu beberapa bulan yang lalu, oleh karena itu saya menghubungi anda nona," ucap tuan August to the poin.
"Ok tuan, tunggu saya. Saya akan datang ke toko, tiga puluh menit lagi saya sampai. Tolong jangan jual pada orang lain tuan, saya akan kesana," sahut Anne penuh semangat.
Mendengar perkataan Anne membuat tuan August tertawa lebar, Anne akhirnya memutus sambungan telepon sesaat setelah membuat janji dengan tuan August. Beruntung satu putaran london Eye akhirnya bertenti, Anne dengan cepat keluar dari kapsul yang sebenarnya ia sewa selama satu jam itu. Ia langsung berlari menuju ke area parkir dengan senyum tersungging diwajah cantiknya, rambut panjang warna brunettenya berkibar-kibar saat ia berlari.
"Heiii apa yang kau lihat?" tanya seorang wanita cantik pada pria disebelahnya.
"Bukan apa-apa, aku seperti melihat orang yang aku kenal barusan. Tapi aku lupa dimana dan siapa orang itu aku kenal," jawab pria tampan itu sambil tersenyum.
"Akh sudahlah tak usah dibahas, ini karena kau terlalu banyak bekerja Sean. Ayo kita naik ke London Eye, aku sudah tal sabar," ajak sang wanita cantik itu merajuk.
Sang pria yang dipanggil Sean hanya tersenyum, mereka berdua akhirnya masuk ke dalam kapsul london Eye selanjutnya. Dari dalam kapsul pria itu masih bisa melihat mobil Anne pergi meninggalkan area wisata London Eye.
"Who are you?" ucap pria yang dipanggil Sean itu dalam hati.
Bersambung