Chereads / Emross Empire : War And Order / Chapter 105 - 105. Labirin

Chapter 105 - 105. Labirin

Entah keberuntungan atau kemalangan, dalam penyerangan ke sarang Goblin kali ini, Shiro terdaftar dalam 1 party dengan Slayer dan beberapa anggota SweetSugar yang lain. Selain itu ada juga Ana dan sang tuan putri Cindy bersama dengan para pengawalnya, membuat Shiro harus lebih waspada untuk dapat melindungi orang-orang yang penting bagi dirinya.

Penyerangan ke sarang Goblin pun akhirnya dimulai. 100 ribu Senshi dan 6 ribu NPC mulai memasuki pintu masuk goa dengan berbaris sesuai urutan kekuatan dari party mereka.

"Yosh! Ayo kita mulai berburu!" seru salah seorang Senshi dengan penuh semangat.

"Diam dan cepatlah bergerak!" sentak seorang Senshi yang berjalan di belakangnya.

Berbeda dengan rencana Cloud88 untuk menaklukkan Raid Zone, mereka yang ikut berpartisipasi dalam misi penyerangan sarang Goblin ini adalah para Senshi yang selalu berantusias untuk pergi berburu dan dengan sukarela bergabung dalam misi tersebut.

Sejak monster yang menghuni hutan Rahtawu sudah hampir punah, para Senshi yang ingin menaikkan level mereka harus pergi ke hutan Alas Roban yang dihuni oleh jenis monster-monster kuat. Oleh sebab itu, misi penyerangan sarang Goblin kali ini adalah kesempatan emas bagi para Senshi untuk dapat menaikkan level mereka dengan mudah. Karena selain jumlah mereka yang cukup besar, anggota dari pasukan gabungan ini terbilang cukup kuat.

Sementara itu di party Shiro. Karena hanya Shiro dan Slayer yang mempunyai level di atas 70, mereka ditempatkan pada barisan paling belakang untuk membasmi Goblin yang terlewat oleh barisan depan.

"Kalian curang. Kenapa party kalian memiliki 11 anggota!" kata salah seorang Senshi kepada Yin.

"Kami hanyalah seorang pengawal. Hiraukan saja keberadaan kami." kata Yin, bersikap seolah mereka tidak sedang melanggar aturan.

"Kenapa kita harus antri seperti ini??" tanya Putri Cindy, lelah menunggu untuk dapat memasuki pintu masuk goa. Ia merasa kesal melihat banyaknya barisan yang ada di depan kelompoknya.

"Apa? Apa kau sudah ingin pulang?" tanya Shiro.

"Uh, hmm... Tidak." jawab Putri Cindy, mencoba menahan rasa lelahnya.

Melihat gadis kecil itu yang berusaha tegar mengatasi rasa lelahnya membuat Shiro tersenyum. Ia mengangkat tubuh kecil Putri Cindy dan menggendongnya di pundaknya.

"Eh...? Shiro-san, apa yang kau lakukan?? Turunkan aku!" teriak Putri Cindy, memberontak dan mencoba untuk turun dari pundak Shiro.

"Jangan berontak. Kau lelah berdiri bukan?" kata Shiro, memegangi kedua kaki Putri Cindy.

"Eh, benar. Tapi... Jika aku terlalu tinggi seperti ini, mereka bisa terus memandangiku. Penyamaranku bisa terbongkar." kata Putri Cindy, memegangi kepala Shiro dengan erat dan melihat ke area sekitar.

"Penyamaran apa? Mereka semua juga sudah tahu jika kau adalah tuan Putri." kata Shiro.

"Eh, benarkah?!" kata Putri Cindy, terkejut.

"Yo! Cindy-chan." Seorang Senshi yang ada di barisan belakang melambaikan tangannya untuk menyapa Putri Cindy.

"Bodoh! Jangan kau panggil namanya." kata Senshi lain, berbisik pelan. "Jangan hiraukan orang tua ini, Senshi kecil yang imut!" imbuhnya, berpura-pura tidak mengenali Cindy.

"Tapi aku rasa mereka belum menyadarinya." kata Cindy lirih, melihat kearah para Senshi tadi.

"Itu tidak penting. Berpegangan, kita akan bergerak masuk." kata Shiro yang kemudian berjalan perlahan, mengikuti Slayer yang ada di depannya.

Giliran mereka tiba, mereka akhirnya dapat berjalan memasuki pintu masuk goa bersama dengan beberapa party yang lain. Mereka berjalan menyusuri kedalaman goa yang lembab nan gelap. Para Wizard mulai merapalkan mantera untuk menyalakan cahaya di tongkat sihir mereka. Sedangkan beberapa Senshi lainnya mulai mengeluarkan item lampu ajaib untuk menerangi jalan.

"Walaupun sudah ada banyak cahaya, tapi masih gelap." kata Putri Cindy lirih, berpegangan ke kepala Shiro dan melihat ke sekitar.

"Perhatikan wilayah sekitar. Jangan sampai Goblin menyergap kita." kata Shiro kepada Cindy.

"Aku tidak dapat melihat dengan jelas." kata Putri Cindy.

"Oleh sebab itu aku menyuruhmu untuk waspada!" kata Shiro, mulai kesal.

Walaupun Shiro sendiri tidak terlalu berharap banyak pada misi ini, tapi setidaknya ia ingin menaikkan levelnya walaupun sedikit. Karena akhir-akhir ini ia merasa kesulitan untuk dapat menaikkan levelnya. Oleh sebab itu ia tidak mau lengah sedikitpun dan selalu bersiap untuk menyambut kedatangan para Goblin.

Tidak lama kemudian terdapat jalan yang bercabang. Para Senshi mulai menyebar dan menuju ke masing-masing cabang.

Setelah mereka berjalan cukup jauh menyusuri kedalaman goa, party Shiro mulai terpisah dengan party lainnya, menyisakan 2 party lain yang berjalan tepat di depan mereka.

Walaupun keadaan disekitar terasa sunyi, akan tetapi pandangan Shiro terus diramaikan oleh berbagai jenis item dan kill reward yang terus bermunculan di pojok ruang hampa tepat di hadapannya. Walaupun pemberitahuan sistem yang terus bermunculan tersebut mengganggu sedikit sudut pandangnya, akan tetapi karena sudah terbiasa akan hal tersebut, ia pun mengabaikannya.

"Jalannya bercabang lagi." kata para Senshi yang ada di barisan depan.

"Kita harus bagaimana?" sahut Senshi lainnya.

"Kalian ambillah jalan sebelah kiri, kami akan mengambil jalur ini." sahut Shiro, berjalan ke jalur kanan.

"Bye-bye." kata Niken, terus berjalan mengikuti Shiro.

"Jangan sampai lengah!" seru Putri Cindy, menyemangati para Senshi tersebut.

"Hoy, tunggu!" seru para Senshi.

"Bukankah lebih baik jika kita terus bersama??" sahut Senshi lain.

Shiro dan yang lainnya mengabaikan mereka dan terus berjalan mengambil jalur kanan.

Tidak lama setelah berpisah dengan kelompok lainnya, mereka kembali menemui jalan yang bercabang. Shiro dan yang lainnya berhenti sejenak untuk memilih jalur mana yang akan mereka ambil. Hingga perhatian mereka teralihkan oleh suara langkah kaki yang berasal dari salah satu jalur yang ada di depan mereka.

"Eh?" Seekor Goblin Fighter dengan santai berjalan keluar dari jalur tersebut. Makhluk hijau tersebut terus berjalan sambil memandangi pedangnya, tidak menyadari akan keberadaan Shiro dan yang lainnya yang sedang memperhatikannya.

"Akhirnya kita menemukan Goblin!" seru Putri Cindy.

"Grrh?" Goblin itu pun terkejut melihat sekelompok manusia yang sedang berdiri di hadapannya. Ia langsung berbalik arah dan melarikan diri dengan secepat mungkin.

"Kejar dia!" seru Shiro, mulai berlari mengejarnya.

"Cepat! Ia kabur!" seru Putri Cindy, menunjukkan tangannya kearah Goblin tersebut.

"Iya aku tahu. Tenanglah!" kata Shiro, sedikit kesusahan berlari sambil menggendong Cindy di pundaknya.

"Shiro-san! Jangan kejar Goblin itu!" teriak Nichole.

"Cih! Ayo kita susul dia!" seru Slayer, bergegas menyusul Shiro dan Cindy.

Shiro terus mengejar Goblin tersebut hingga sampai di persimpangan goa selanjutnya. "Goblin sialan, dimana kau!" teriak Shiro, seraya terus berlari. Dia mendadak menghentikan langkahnya dan berkata, "...Jangan lari... Dariku."

Slayer dan yang lainnya berlari mendekat dan melihat Shiro yang sedang berdiri di tempat. "Apa kau tidak bisa untuk tidak bertindak gegabah, Pria mesum?!" teriak Slayer, memperlambat langkah kakinya.

"Shiro-san, apa kau menemukan Goblin itu?" tanya Nichole, kelelahan berlari.

"Tidak. Aku tidak tau dimana dia, karena mereka semua hampir terlihat sama." kata Shiro, menunjuk ke arah kawanan Goblin yang sedang menghadang jalan mereka.

Dengan serentak, mereka menoleh ke depan dan terkejut melihat kawanan Goblin yang mengepung mereka dari 3 jalur yang berbeda.

"Gyak! Goblin banyak sekali!" kata Niken dan Nichole, terkejut.

"Mmaa... Dengan kata lain, kita sedang dalam keadaan terjepit!" seru Putri Cindy, merasa takut sekaligus senang.

"Cih! Oleh sebab itu kau harus lebih berhati-hati!" kata Slayer, kesal. Ia kemudian menghunuskan pedangnya, bersiap untuk menyerang.

"Tuan Shiro, apa yang harus kita lakukan?" tanya Ana, sedikit ketakutan melihat banyaknya Goblin yang ada di depan mereka.

"Kau berdirilah di belakang! Jangan terlalu dekat dengan kami jika tidak mau terluka!" sentak Slayer, merasa kesal melihat Ana menggandeng lengan Shiro dengan erat.

"Ma-Maafkan aku!" kata Ana gugup dan langsung melepaskan lengan Shiro. Ia kemudian berjalan sedikit mundur dan berdiri di sebelah Feri.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Feri, merasa kasihan terhadap Ana.

Ana hanya mengangguk tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Sementara itu Dara yang dari awal berdiri di sebelah Shiro pun melangkahkan kakinya beberapa langkah ke samping. Ia merasa takut jika Slayer juga akan memarahinya jika dia terlalu dekat dengan Shiro. "Slayer-san, menakutkan..." keluh Dara dalam hati.

Shiro menurunkan Putri Cindy perlahan dan berkata, "Tetap berada di dekat kami dan berhati-hatilah."

"Okey!" seru Putri Cindy, mengacungkan jempolnya.

"Yosh! Shiro! Hajar mereka!" seru Niken, menunjuk ke kawanan Goblin itu.

"Kenapa tidak kau lakukan sendiri!" sentak Shiro, kesal.

"Jangan bicara bodoh. Kenapa aku harus turun tangan untuk melawan Goblin-Goblin lemah itu." kata Niken dengan nada sombong. Ia kemudian menjentikkan jarinya dan memanggil salah satu hewan peliharaannya.

"Grrh..." Muncul seekor serigala besar bernama Canis Lupus, monster jenis Beast yang mempunyai kekuatan sebesar 80 ribu CP dan merupakan hewan peliharaan terkuat Niken.

"Woah! Terlihat seperti peliharaan yang dapat diandalkan." Shiro dan beberapa gadis lainnya bertepuk tangan karena Niken akhirnya mampu memanggil hewan yang terlihat berguna.

"Apa kalian sedang menghinaku!" kata Niken, kesal. "Mmaa... Tidak apa-apa. Mulai saat ini kalian bisa mengandalkanku. Habisi mereka!" seru Niken, memerintahkan serigala tersebut untuk menyerang kawanan Goblin yang menghadang jalan mereka.

"Eh?" Niken terkejut melihat serigala itu ternyata sudah memangsa Goblin-Goblin itu sebelum ia memerintahnya.

"Apa monster itu benar-benar jinak?" kata Nichole, khawatir.