"Apa yang sedang mereka bicarakan?" tanya Shiro, melihat Gogon yang terlihat antusias menceritakan sesuatu kepada seseorang.
"Maksudmu si Gogon tua? Dia hanya pemabuk yang menyombongkan diri dan menyangkal utangnya setiap saat. Dia akan mengatakan apa saja untuk membuat seseorang membelikannya segelas minuman." jawab Selena, sambil membersihkan gelas yang ia pegang dan kemudian menaruhnya di rak lemari.
"Lihatlah Senshi muda yang duduk bersamanya itu. Dia adalah korban barunya, seorang bocah malang yang masih sangat berambisi untuk pergi berpetualang. Gogon memberitahunya banyak kisah yang tidak bisa diverifikasi kebenarannya oleh orang lain. Senshi muda itu terpana, dan gelas-gelas anggur pun tersaji."
"Heeeh..." jawab Shiro, memandangi raut wajah bahagia Senshi muda itu.
"Sebenarnya, kisah-kisah yang diceritakan oleh Sawal benar-benar menarik. Setidaknya, kisah yang ia ceritakan mampu membuat orang lain bersemangat. Cobalah belikan dia segelas anggur, Gogon pasti akan menceritakan kisah yang bagus kepadamu."
"Nah, aku tidak suka dengan cerita rakyat." jawab Shiro, yang kemudian membalikkan badannya menghadap meja.
Selena terkekeh dan kemudian berkata, "Jadi.. Kau datang ke kedai Iron Rose dan tidak minum anggur. Lalu apa yang kau mau, Pelacur pirang?" Selena menoleh ke arah pelayan yang sedang mengantarkan makanan ke meja para tamu.
Shiro menoleh ke arah pelayan tersebut dan berkata, "Hmm.. Dia sexy. tapi aku tidak tertarik dengan pelacur."
"Kau manis sekali. Lalu apa yang kau inginkan? Informasi?"
"Aku hanya tersesat dan kebetulan menemukan bar ini. Apa kau punya informasi yang berguna untukku?"
Selena kembali terkekeh dan berkata, "Kau ini lucu sekali. Bar adalah tempat dimana cerita tersebar. Sebagai nyonya rumah, aku telah mendengar sedikit rumor tentang peristiwa yang sedang terjadi. Selain itu aku juga pernah mendengar tentang seorang Senshi yang membunuh 37 Senshi dan 439 warga di dalam wilayah ibukota." Selena mendekatkan wajahnya dan tersenyum. "Kalau tidak salah nama dari Senshi tersebut adalah Shiro, benar kan, tuan Hakaishin?"
Shiro terkejut dan merasa gugup. Dia tidak menyangka jika nama Hakaishin sudah tersebar sampai ke telinga para warga lokal di ibukota.
"Bu-Bukankah para pejabat sudah menjelaskan jika itu hanyalah sebuah kecelakaan?" kata Shiro.
"Aku tahu itu. Aku hanya sedikit menggodamu. Lagipula mana mungkin pria manis sepertimu membunuh warga tanpa alasan yang jelas." jawab Selena tersenyum manis.
"Heh he... Terimakasih karena telah mempercayaiku." kata Shiro, menggaruk kepalanya.
"Akhir-akhir ini aku juga mendengar telah terjadi kasus pembunuhan yang semua korbannya adalah para Senhsi. Beberapa pelangganku dikabarkan mati setelah pulang dari sini dalam keadaan mabuk."
"PK, kah?" gumam Shiro dalam hati. "Siapa yang membunuhnya? Bukankah di wilayah ibukota para Senshi tidak bisa saling membunuh?"
"Mma... Tapi kenyataannya kau bisa." jawab Selena, menggoda Shiro. "Jangan tunjukkan wajah lesu sepeprti itu. Aku hanya bercanda, heh he.. Itulah yang menjadi masalah. Para Senshi berfikir jika para warga lokal lah yang telah melakukan pembunuhan tersebut. Oleh sebab itu hubungan diantara Senshi dengan para warga lokal menjadi renggang belakangan ini."
"Kau benar-benar tau banyak hal, mengingatkanku dengan Jarwo."
Selena terkekeh dan kemudian berkata, "Please.. Jangan samakan aku dengan pria gendut itu. Pengetahuannya hanya sepersepuluh dari apa yang aku ketahui. Lagipula aku tidak memasang tarif untuk informasi yang aku berikan. Selama kau menjadi pelangganku, maka aku akan menceritakan kepadamu apa yang aku tau."
Shiro tersenyum dan berkata, "Terdengar cukup adil bagiku. Kalau begitu aku pesan sesuatu untuk dimakan."
"Baiklah, aku akan membuatkan pesananmu. Apa kau suka dengan daging kambing?"
"Iya, apa saja asal bukan daging manusia."
Selena terkekeh dan berkata, "Baiklah kalau begitu, tunggu sebentar."
Beberapa waktu kemudian, tepat sebelum bar Iron Rose tutup, Shiro berjalan keluar dari bar dan berencana untuk kembali ke markas. Tapi apa daya, Shiro tidak dapat menemukan jasa Wizard Express dan malah tersesat di jalanan distrik Sumber.
"Ah, sial. Kenapa semua perempatan jalan di distrik ini terlihat sama?! Lagipula dimana aku sekarang? Apa ini masih di distrik Sumber??" Shiro terlihat kebingungan melihat ke area sekitar.
"Shiro? Darimana saja kau? Keluar dari penjara tanpa menemui kami terlebih dahulu."
"Ashley-san..? Apa Sofia-san tidak memberitahu kalian? Setelah keluar dari penjara, dia langsung mengantarkanku ke markas NoobKiller."
"Oh. Aku belum bertemu dengan Sofia sejak kemarin. Tapi setidaknya kau bisa menghubungi kami lewat chat." kata Ashley, mencubit pipi Shiro.
"Argh! Sakit!" keluh Shiro.
Ashley melepaskan pipi Shiro dan menghela nafas. "Kau dan Alice memang sama saja! Aku penasaran, sebenarnya apa untungnya mematikan Voice chat milikmu?!"
"Ketenangan?" jawab Shiro, sedikit menaikkan alisnya.
"Ah. Terserah kau saja."
"Ngomong-ngomong Ashley-san, apa yang sedang kau lakukan disini?"
"Mencari anggota baru. Kami berpencar dan berkeliling untuk mencari pemain gadis yang masih belum mempunyai aliansi dan mengajak mereka untuk bergabung dengan kami. Dan seperti yang kau lihat, aku sedang tersesat di distrik ini." kata Ashley menengadahkan kedua tangannya. "Bagaimana denganmu?" imbuhnya.
"Sama denganmu." jawab Shiro, tersenyum.
"Merekrut anggota untuk NoobKiller?" tanya Ashley.
"Tersesat." jawab Shiro, terkekeh.
Ashley menghela nafas dan tersenyum. "Sama-sama tersesat dan bertemu di satu tempat. Jangan-jangan kita adalah jodoh." kata Ashley dengan nada bercanda.
Shiro hanya tertawa menanggapi candaan Ashley.
"Lalu... Siapa perempuan itu?" tanya Ashley, menunjuk ke arah belakang Shiro.
"Perempuan apa?" kata Shiro menoleh kebelakang.
Shiro sangat terkejut saat melihat sosok Bunda yang sedang berdiri di belakangnya. "Se-Sejak kapan kau ada disini?"
"Baru saja, Shiro-sama." jawab Bunda, tersenyum manis.
"Eh, Rajul Mustanie?" sahut Ashley.
"Ah, hmm.. Iya." jawab Shiro.
Bunda mendatangi Shiro karena Rajul Mustanie itu tidak mendapat kabar apapun dari Shiro sejak ia kembali ke ibukota kemarin. Oleh sebab itu Bunda menggunakan skill Gate untuk pergi menemui Shiro.
Berbeda dengan para Senshi yang hanya bisa menggunakan skill Gate untuk pergi menuju ke tempat yang pernah mereka datangi sebelumnya, para Rajul Mustanie dapat membuka portal ke semua tempat yang Shiro dan Rajul Mustanie lainnya pernah kunjungi.
"Ehh... Ternyata kau juga bisa membuat Rajul Mustanie dengan jenis kelamin perempuan." kata Ashley terpana melihat sosok Bunda yang terlihat cantik nan anggun.
"Te-Tentu saja."
"Hehe.. Apa kau tidak berniat membuat yang lebih muda? 1 bulan berburu dengan para gadis dan tidak dapat melakukan apapun terhadap mereka, aku tidak heran jika kau penasaran dengan tubuh indah seorang gadis." kata Ashley, menggoda Shiro.
"Hah?! Apa yang sedang kau katakan?? Bagaimana mungkin aku tertarik dengan manusia buatan ciptaanku sendiri. Lagipula masih banyak gadis asli di luar sana." sentak Shiro tersipu malu.
"Lalu.. Lalu... Gadis seperti apa yang kau suka? Nichole yang sexy, Dara yang polos dan perhatian. Atauu... Alice??" kata Ashley, terus menggoda Shiro.
"Eh..?! Diantara seluruh anggota SweetSugar, kenapa muncul nama Alice?? Aku sama sekali tidak mengerti!" sentak Shiro, mencoba untuk menyembunyikan ekspresinya.
Karena reaksi Shiro mendengar nama Alice terlihat tidak biasa, Ashley malah terkejut dan sejenak tertegun. "Hmm... Aku rasa kalian memang jodoh." kata Ashley dengan senyuman manis.
"Hah?? Jangan bercanda! Mana mungkin aku berjodoh dengan Alice! Hidupku pasti akan terasa sangat berat jika harus bersama dengan gadis pemarah seperti dia." jawab Shiro, dengan raut wajah memerah.