Hampir satu bulan setelah event besar dan para Senshi terpaksa harus hidup di dunia ini, karena mereka sadar jika ramuan-ramuan tersebut sangatlah penting bagi mereka untuk bisa bertahan hidup di dunia ini, banyak dari mereka yang berbondong-bondong membeli persediaan potion.
Saking banyaknya Senshi yang ingin membeli potion, membuat para pembuat potion kewalahan untuk memenuhi pesanan dari para penjual potion. Maklum saja, hanya beberapa NPC saja yang mengetahui resep pembuatan potion.
Di kerajaan Mataram hanya ada 6 pabrik yang bisa memproduksi potion, dan semua pabrik tersebut berada di luar wilayah ibukota. Dengan hancurnya 4 pabrik potion karena serangan Goblin, kini hanya tersisa 2 pabrik lagi dan membuat potion-potion tersebut menjadi barang yang langka.
Shiro meninggalkan toko Jarwo dan berencana untuk kembali mengambil bayarannya di keesokan hari. Dia berjalan menyusuri jalan raya dengan sangat lesu. Sinar matahari seakan terasa menusuk-nusuk kulitnya. Ia merasa sangat lelah. Sorot matanya pun terlihat layu. Namun hasil kerja kerasnya selama 1 bulan sudah terlihat dengan sangat jelas. Selain levelnya yang sudah meningkat dengan pesat, saat ini Shiro mempunyai sisa uang sebesar 33 ribu 436 Gold, 4 Silver dan 7 Bronze. Jumlah tersebut belum termasuk hasil penjualan item-itemnya dan pembelian pedang barunya.
Shiro menggunakan sebagian besar uangnya untuk membuat Rajul Mustanie, menaikkan level dari skill-skillnya, membeli potion dan batu kristal esensial dari para anggota aliansi SweetSugar. Walaupun saat ini dia sama sekali tidak memiliki persediaan potion, namun di dalam ruang penyimpanan miliknya, terdapat lebih dari satu juta batu kristal esensial yang siap digunakan untuk membuat Rajul Mustanie yang dapat dimanfaatkan sebagai farming bot. Sehingga di perburuan yang akan datang, akan lebih mudah bagi Shiro untuk menaikkan levelnya dan mengumpulkan lebih banyak uang.
Shiro berencana mencari penginapan untuk beristirahat. Namun walaupun ia sudah melihat beberapa penginapan di sepanjang jalan yang ia lewati, suasana di sekitar tempat tersebut terdengar sangat ramai, membuatnya enggan untuk beristirahat di penginapan-penginapan tersebut.
"Dimana ini?" Entah seberapa jauh ia sudah berjalan. Shiro sama sekali tidak mengenali daerah yang ada disekitarnya dan tidak tahu harus kemana. Sampai akhirnya dia melihat seorang Wizard yang duduk di balik meja.
"Jasa transportasi umum?" kata Shiro lirih, membaca tulisan yang ada di atas meja.
Dia kemudian berjalan menghampiri Wizard tersebut dan berkata, "Hey... Apa kau tahu tempat penginapan yang murah tapi tidak berisik?"
"Oh, Salam! Jika kau mencari penginapan murah, maka distrik Sumber adalah tempat yang sedang kau cari. Apa kau ingin pergi kesana? Hanya dengan 5 Gold, aku bisa mengantarkanmu ke distrik Sumber?"
"Eh... Aku mengerti sekarang. Kau menggunakan skill Gate untuk membuka usaha transportasi. Pintar juga kau."
"Heh he... Kita harus pintar memanfaatkan peluang, kawan. Jadi bagaimana?"
"Baiklah. Antarkan aku ke distrik Sumber."
"Okey..." kata Wizard tersebut dengan penuh antusias.
Wizard itu membuka portal dimensi dan kemudian menyilahkan Shiro untuk masuk ke portal tersebut. Shiro berjalan memasuki portal, disusul oleh Wizard tersebut yang berjalan di belakangnya. Sesaat setelah mereka berdua masuk ke dalam portal, portal tersebut pun menghilang.
Di suatu tempat di distrik Sumber, dimana banyak sekali penginapan yang berbaris di pinggir jalan. Di tepi jalan di depan salah satu penginapan, Shiro dan Wizard tadi berjalan keluar dari dalam portal.
"Ini dia... Distrik Sumber yang penuh dengan penginapan murah."
"Wah... Pekerjaanmu benar-benar sangat membantu." kata Shiro, terkekeh dan kemudian memberikan si Wizard 5 Gold koin sebagai bayaran karena telah mengantarkannya ke distrik Sumber.
"Ada banyak jenis pekerjaan yang bisa dilakukan dengan sihir, kawan." kata si Wizard, menerima bayarannya. "Sampai bertemu lagi dan selamat menikmati harimu." imbuhnya sambil berjalan memasuki portal.
"Okey. Semoga usahamu lancar!" kata Shiro, terkekeh dengan keunikan ide pria tersebut. "Manusia memang cerdas." kata Shiro terkekeh.
"Tuan... Tolong beli buah kami." seru seorang gadis kecil yang ada di seberang jalan.
Terlihat 2 orang gadis kecil yang berusia sekitar 5-8 tahun sedang menawarkan buah kepada Shiro. Karena merasa iba dengan mereka, Shiro pun mendatangi para NPC tersebut.
"Apa anda mau beli, tuan?" sapa sang adik.
"Hmm.. Berapa harga 1 buah jeruk ini?" kata Shiro, sedikit melebarkan senyuman.
"5 Bronze, tuan. Masih segar karena baru kami petik dari kebun." jawab sang kakak perempuan.
"Baiklah. Aku beli semuanya." kata Shiro dengan nada bangga, memandangi jeruk-jeruk yang tertata rapi di atas meja.
Anak-anak tersebut terlihat sangat terkejut karena Shiro ingin memborong semua jeruknya.
"Apa anda serius, tuan??" tanya sang adik, dengan nada yang terdengar sangat imut.
"Tentu saja. Berapa semuanya?" kata Shiro, melebarkan senyuman.
"100 gold!" jawab anak-anak tersebut dengan wajah gembira.
"Heh?! Mahal sekali! Jeruk-jeruk ini tidak lebih dari 5 kg." kata Shiro, terkejut.
"Bukan hanya ini saja, tuan, tapi itu juga!" seru sang kakak, menunjuk 3 gerobak yang ada di samping mereka.
Sang adik bergegas membuka lembaran kain yang menutupi gerobak-gerobak tersebut dan tersenyum kearah Shiro.
"Eh...?? B-Benar. Benar juga. Kalian tidak boleh melewatkan kesempatan emas ini." kata Shiro dengan wajah konyol karena merasa tertipu. Ia menghela nafas dan kemudian berkata, "Anak-anak pintar."
Setelah memasukkan semua jeruk tersebut ke ruang penyimpanannya, Shiro bertanya kepada anak-anak tersebut, "Dimana orangtua kalian? Kenapa kalian berjualan di tepi jalan sendiri?"
Kedua anak tersebut yang tadinya terlihat sangat senang menghitung uang dari hasil penjualan mereka pun mendadak terlihat sedih.
Sang kakak perempuan yang melihat adik perempuannya meneteskan air mata, mencoba untuk menjawab pertanyaan Shiro dengan senyuman. "Surga... Mereka ada di surga, tuan. Suatu saat nanti kami juga akan pergi kesana untuk menemui mereka."
Mendengar jawaban dari gadis kecil tersebut, Shiro pun hanya bisa termenung.
Kedua anak tersebut merupakan pengungsi yang tadinya tinggal di desa Ngrau yang ada di wilayah kerajaan Mataram bagian Utara. Kedua orangtua mereka sudah meninggal saat monster menyerang desa mereka 3 minggu yang lalu. Saat ini mereka tinggal di sebuah panti asuhan dan membantu menjual buah, hasil panen dari perkebunan yang ada di panti.
Shiro menepuk kepala sang adik dan berkata, "Berhentilah menangis. Bukankah aku sudah membeli semua jerukmu."
Gadis kecil tersebut mengusap air matanya dan berkata, "Terimakasih."
Shiro tersenyum tipis dan kemudian berkata, "Jika persediaanku nanti habis, aku akan datang kembali kesini untuk membeli jeruk kalian." Shiro mulai berjalan meninggalkan mereka seraya berkata, "Jaga diri kalian malaikat-malaikat manis."
Kedua anak tersebut sedikit menundukkan tubuh mereka dan mengucapkan rasa terimakasihnya kepada Shiro.