Malam sudah hampir berlalu. Pasukan Undead penghuni Rustic Grave yang menyerbu para Senshi hanya tersisa kurang dari seribu.
Di tengah medan pertempuran, terlihat Yin yang sedang membantai kerumunan Undead yang mengelilinginya. Wajahnya terlihat sangat bersemangat, memerah dengan penuh nafsu. Walaupun bar HPnya hanya tersisa tinggal 20%, namun dia masih sangat berantusias untuk melawan kerumunan Undead yang menyerbunya.
"Ehh... Aku rasa kita perlu sejenak menjauhi Yin..." kata Niken, tercengang dengan perubahan sifat Yin yang sangat drastis.
"Ba-Baiklah." jawab Putri Cindy, tertegun melihat Yin yang terlihat semakin menggila.
.
.
Sedangkan pertarungan melawan SumantoX masih berlangsung dengan cukup sengit. Berjam-jam lamanya mereka melawan Sumanto, namun penguasa Rustic Grave tersebut masih memiliki HP lebih dari 60%. Setiap Shiro dan yang lainnya berhasil menurunkan bar HP Sumanto sampai 50%, Sumanto memanggil bala bantuan dan kemudian memangsa bawahannya sendiri, membuat bar HPnya kembali penuh. Namun seiring menurunnya jumlah Undead yang ada di Rustic Grave, semakin mudah Shiro dan yang lainnya menguras turun HP Sumanto.
Hampir 30 menit berlalu, dan Sumanto sama sekali tidak dapat memulihkan dirinya lagi. Ia terlihat sangat kesal dan menyerang para Senshi dengan penuh amarah.
"Matilah kau, manusia nista!" Sumanto mengaktifkan skill Splitting Hoe dan mengayunkan cangkulnya ke wajah Sofia. Walaupun Sofia sedikit terpental kebelakang, namun ia mampu menangkis serangan tersebut.
Shiro bergegas menyerang Sumanto untuk menjauhkan Undead tersebut dari Sofia. Ia menyerang Sumanto dengan kedua pedang aura miliknya, dan memaksa Sumanto untuk terus bertahan dari serangannya. Shiro menekankan pedangnya ke cangkul Sumanto, membuat Sumanto dalam keadaan terdesak. Namun dengan tangan kirinya, Sumanto mencengkeram wajah Shiro dan kemudian melemparkan Shiro ke samping.
"Ryutsuisen!!" Slayer melompat kearah Sumanto dan menebas pundak Sumanto dari belakang.
Seperti tidak ada apapun yang terjadi, dengan sangat gagah, Sumanto menoleh ke belakang dan kemudian memukul dada Slayer dengan sangat keras, membuatnya terpental hingga menabrak Sofia.
"Sial..." keluh Shiro seraya berdiri. Shiro sudah sangat kelelahan, ia berlum tidur selama beberapa hari dan masih harus begadang untuk menaklukkan Rustic Grave.
"Shiro-san... Apa kau baik-baik saja? Wajahmu sudah sangat lesu..." tanya Nichole, merasa khawatir.
"Aku tidak apa-apa. Aku tidak akan bisa beristirahat dengan tenang jika belum mengalahkan Undead yang menyebalkan itu." kata Shiro.
Terlihat sebuah anak panah yang melesat dengan sangat cepat, menusuk leher Sumanto dan membuatnya tumbang ke samping. Beberapa saat kemudian, terlihat gerombolan Senshi yang berbondong-bondong berlari menuju ke arah mereka.
Walaupun lehernya tertembus anak panah yang ditembakkan oleh Ashley, namun damage yang ditimbulkan oleh serangan tersebut tidak terlalu terasa, membuat Sumanto dengan mudah bangkit sambil mencabut anak panah tersebut dari lehernya. Ia memperhatikan area sekitar dan panik melihat ratusan Senshi yang mengepungnya dari segala arah.
"Ashley-san..." kata Shiro, merasa senang melihat bala bantuan yang akhirnya datang.
"Sudah saatnya untuk pulang. Mari kita segera selesaikan pertarungan ini." kata Ashley, tersenyum tipis.
Dengan perlahan Shiro dan para Senshi yang lain mulai berjalan menghampiri Sumanto. Penguasa Rustic Grave itu memegang gagang cangkulnya dengan erat dan dan mengangkatnya setinggi dada. Ia memutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri untuk mengancam para Senshi yang sedang mengepungnya.
"Tembak dia." kata Slayer pelan.
Para pemanah mengaktifkan skill mereka dan menembaki Sumanto secara beruntun. Sedangkan Sumanto yang tidak bisa menghindar pun hanya bisa menyilangkan tangannya untuk melindungi kepalanya. Setelah ratusan anak panah yang menghujani tubuh Sumanto reda, para pengendali api mulai membakar Undead tersebut, membuatnya menjerit kesakitan dengan suara yang menggelegar.
Para gadis memalingkan wajah mereka ke samping karena tidak sanggup melihat kekejaman yang sedang terjadi di hadapan mereka.
"Hey... Dia sudah terkepung. Setidaknya beri dia pertarungan yang adil." keluh Shiro, merasa kecewa.
"Diamlah. Matahari sudah hampir terbit. Usaha kita akan sia-sia jika dia menghilang begitu saja." kata Slayer.
Dengan suara jeritan yang menyayat hati, Sumanto mengguling-gulingkan tubuhnya di tanah, mencoba untuk memadamkan api yang membakar tubuhnya. Para Senshi hanya bisa terdiam memandangi Sumanto yang malang, dan sesekali menoleh ke arah Slayer, menunggu perintah darinya untuk mengakhiri penderitaan Undead tersebut.
Shiro melihat ke arah timur dan melihat sang surya sudah menampakkan dirinya. Dia kemudian melihat ke arah Sumanto yang masih mencoba untuk memadamkan api yang membakar tubuhnya.
Shiro mengerutkan dahinya karena merasa sedikit bingung. Biasanya para Undead akan langsung menghilang bahkan sebelum matahari sempat terbit. Namun Sumanto, bahkan setelah matahari sudah terbit, ia masih belum menghilang dan masih menggeliat di tanah seperti cacing yang sedang ditaburi garam.
Sumanto berhasil memadamkan api yang membakar tubuhnya. Namun luka bakar yang ada di sekujur tubuhnya terlihat sangat parah. Bar HP Sumanto pun hanya tersisa 20% saja.
Slayer berjalan menghampiri Sumanto yang sedang berusaha untuk berdiri. Ia kemudian menendang tubuh Sumanto hingga membuatnya kembali terjatuh. Slayer menancapkan pedangnya ke telapak tangan kiri Sumanto menembus tanah, membuat Undead tersebut mengerang kesakitan. Walaupun Sumanto terus berteriak meminta ampun, namun Slayer tidak memperdulikannya dan terus menendangi tubuh Undead tersebut.
Tidak lama kemudian Slayer mencabut pedangnya dari telapak tangan Sumanto dan kemudian memotong tangan kiri Undead tersebut.
"Arrrgghhh!!!" Sumanto mengerang dengan suara yang menggelegar, meyayat hati dari para Senshi yang tertegun disekitarnya.
Sumanto memegangi pundak kirinya dan menangis meminta ampunan Slayer.
"Alice... Bukankah sudah cukup kau menyiksa dia." kata Shiro yang mulai tidak tahan melihat kekejaman yang dilakukan oleh Slayer.
"Aku tidak berniat untuk menyiksanya. Salahnya sendiri jika dia tidak mati." kata Slayer, berjalan menghampiri Sumanto.
Slayer menendang kepala Sumanto, membuat Undead itu kembali terkapar.
"Cih! Alice! Bukankah sudah kubilang untuk berhenti!!" kata Shiro, bergegas menghampiri Slayer dan menarik lengan kanannya dari belakang. "Berhentilah melampiaskan amarahmu kepada orang yang tidak ada hubungannya dengan masalahmu!" imbuhnya.
"Aku mohon... Jangan bunuh aku! Aku hanya ingin bertahan hidup!! Arrghh...!!!" teriak Sumanto, menangis tersedu-sedu.
"Kau membunuh para manusia dan sekarang kau mengemis untuk nyawamu?? Apa kau pernah memberikan ampunan kepada orang-orang yang kau bunuh?!!" seru Slayer, yang kemudian berusaha untuk menendang Sumanto. Namun Shiro berusaha untuk menahan tubuh Slayer dan menjauhkannya dari Sumanto.
"Ampuni aku...!! Aku tidak pernah membunuh manusia..." kata Sumanto menangis, menyilangkan tangan kanannya untuk melindungi kepalanya. "Aku hanya memakan mayat untuk bertahan hidup..." imbuhnya lirih.
Sambil terus memegangi tubuh Slayer, Shiro mengerutkan dahinya dan berkata, "Apa kau... Seorang manusia?"
"Be-Benar..." jawab Sumanto, menahan tangis.
Shiro dan Para gadis terkejut mendengar pengakuan dari Sumanto jika dia adalah seorang manusia.
"Jangan bicara ngawur!!" teriak Slayer, merasa emosi karena berpikiran jika Sumanto sedang membohongi mereka.
"Ergh... Alice, tenangkan dirimu!! Jangan berontak, payudaramu terus menggoyang tanganku." kata Shiro, mencoba menahan tubuh Slayer.
"Uh...?" Tiba-tiba Slayer terdiam dan berhenti berontak. Ia baru menyadari jika Shiro sedang melingkarkan tangan kanannya di dadanya, membuat raut wajahnya mendadak memerah karena malu.
Slayer menutup kedua matanya dan menggigit bibirnya. Ia kemudian membenturkan kepalanya ke belakang dan berteriak, "Menjauhlah dariku!!"