Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Princess Anya's Journey

🇮🇩siaevaa
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.5k
Views
Synopsis
Anya yang seharusnya telah mati ketika kapalnya tersapu gelombang tsunami ternyata masih hidup. Anya terbangun dan melihat sekitarnya yang ternyata dunia yang sedikit berbeda dengan yang ia tinggali sebelumnya. Mengetahui kalau dirinya masih hidup tentu saja Anya begitu gembira. Namun apa yang harus dilakukannya ketika sesuatu yang tidak diharapkannya menimpa dirinya yang sekarang? Apakah Anya memutuskan untuk hidup damai di kehidupan yang sekarang? Ataukah Anya akan memilih hidup bebas di alam liar seperti sebelumnya?
VIEW MORE

Chapter 1 - Putri yang Terbangun

[anya]

Anya mengerjap-erjapkan matanya beberapa kali setelah akhirnya melanjutkan untuk mengucek kedua matanya.

Dalam ruangan yang aneh ini Anya hanya bergumam dalam hati karena mulutnya seakan susah untuk dibuka.

Ketika telah yakin sepenuhnya akan kesadaran penglihatannya, Anya menilik sekali lagi sekelilingnya. Aneh. Sangat aneh. Anya melihat ruangan yang luas seluas villa-nya dulu tapi yang menjadi aneh adalah interior dan dekorasi didalam ruangan ini.

Tentu saja Anya masih ingat kalau dirinya ini hanya menyukai warna-warna gelap dan bagian dalam seluruh bangunannya mempunyai kesan gelap, entah itu hitam maupun kelabu. Yang pasti yang menurut orang lain suram.

Dan sekarang, ketika akhirnya Anya bisa sepenuhnya bangun dan mendudukkan dirinya diatas ranjang putih yang besar dan lembut ini, Anya tidak bisa untuk tidak heran.

Anya mengucek mata sekali lagi. Cih, ruangan serba putih dan cahaya yang menyala disetiap sudut ruangan begitu menyilaukan matanya.

Ketika sudah sedikit berhasil menyesuaikan diri dengan ruangan yang begitu terang ini, Anya mendengus lagi. Ia kembali berpikir, waktu berlalu tidak sedikit lama namun adaptasinya akan 'cahaya' benar-benar tambah memburuk.

Meskipun tidak selalu tinggal dalam dunia bawah yang gelap alias minim cahaya, Anya masih menyempatkan diri untuk sesekali melirik dunia luar yang penuh cahaya.

"Aaa..." Anya mencoba membuka bibirnya dan mengeluarkan suara namun rasa sakit tiba-tiba datang dari sudut bibir kirinya. Pantas saja tidak bisa ngomong, pikir Anya dalam hati.

Setelah merenung selama beberapa saat dalam posisi duduk yang kaku ini, Anya masih betah-betah saja. Mau bagaimana lagi kan? Sekarang ini tubuhnya bagaikan patung yang beberapa saat lalu membatu dan sekarang susah untuk digerakkan. Inginnya sih bergerak tapi Anya sendiri lemas seolah tidak ada tenaga sama sekali.

Kemudian suara pintu yang terbuka mengundang rasa penasaran Anya sehingga Anya memaksakan kepalanya untuk memutar ke samping.

Dan muncullah barisan wanita-wanita muda dengan pakaian pelayan (?) karena begitu sederhana dibandingkan dengan yang dipakai seorang wanita yang memimpin barisan dayang-dayang itu. Gaun emas yang dipakainya begitu mewah, terlihat dari manik-manik yang menempel disana. Penuh dengan kilauan. Anya sangat yakin gaun tersebut begitu berat mengingat banyaknya berlian yang terpasang.

Dan mengenai wanita tersebut, setelah dua orang membuka pintu besar ruangan tempat Anya berada sekarang lalu kembali mundur dan menunduk memberi wanita bergaun emas tadi jalan, wanita itu dengan langkah cepat menuju kearah Anya.

Dan tanpa bisa Anya duga, wanita paruh baya yang diwajahnya masih terlihat jelas fitur cantiknya segera menghambur ke arah Anya dan memeluk erat Anya.

Wah. Sontak saja Anya berteriak karena terkejut akan tetapi dikarenakan kondisinya yang sekarang ini teriakannya malah menyerupai cicitan tikus. Huh, Anya sendiri merasa malu mendengarnya.

Wanita yang memeluk Anya dengan erat langsung melepas pelukannya namun kedua tangannya masih memegang kedua lengan Anya dan lagi Anya dibuat meringis karenanya.

Anya mengutuk dalam hatinya karena seluruh tubuhnya benar-benar sakit sekarang.

Anya mengalihkan perhatiaannya pada wanita didepannya yang sedang menatap Anya penuh kecemasan dan Anya tidak bisa untuk tidak heran akan siapa wanita ini.

"Sayang, kamu masih kesakitan? Bagian mana saja yang masih terasa sakit? Maafkan ibu yang terlalu erat memelukmu" wanita yang menyatakan dirinya sebagai ibu ini membuat kedua bola mata Anya terbelalak sejenak. Dua detik kemudian Anya kembali seperti biasa.

Namun tetap saja rasa penasaran masih menguasainya. Darimana dan kenapa wanita ini tiba-tiba mengaku sebagai ibunya misalnya. Anya heran karena penampilan tidak biasa wanita ini.

Anya begitu ingin menyerukan pertanyaannya tapi dengan berat hati ia harus menahannya. Tidak sih, mengingat Anya sekarang tidak bisa bersuara.

Melihat Anya yang hanya diam dengan wajah cantiknya yang pucat, Permaisuri Lathy terdiam sejenak sebelum merebahkan tubuh Anya yang tidak bisa bergerak.

Anya hanya diam dan menurut karena ia memang tidak bisa melakukan apa-apa lagi jadi Anya kembali memperhatikan Lathy yang kemudian turun dari dari atas ranjangnya dan berpesan kepadanya dengan suara lembut.

"Sayang, ibu akan kembali supaya kamu bisa beristirahat. Jadi, maafkan perlakuan ibu tadi padamu ya"

Kemudian Lathy keluar dari ruangan yang adalah kamar Anya lalu menyuruh seluruh dayang yang mengikutinya keluar pelan-pelan supaya tidak mengganggunya.

Ketika Anya telah sepenuhnya berada dalam ruangan sendiri, ekspresi wajahnya yang sebelumnya hanya datar dan pucat berubah sedemikian rupa menjadi gelap dan dingin yang seakan bisa menusuk-nusuk.

Aura gelap dan geraman marah yang Anya keluarkan bertahan sekitar beberapa lama sebelum Anya sendiri yang menariknya secara perlahan setelah amarahnya mereda.

Anya terdiam selama sesaat sebelum akhirnya meledak dan berteriak, "SHIT! WHAT THE HELL THIS IS! SHIT"

Umpatan yang keluar dari mulut Anya tidak sedikit sehingga demi sepenuhnya meredakan amarah dalam dirinya Anya memilih berteriak melampiaskan ke udara dan ruangan yang kosong.

Anya tidak mendengar gerakan maupun suara di luar ruangannya karena ia sendiri telah memastikannya makanya Anya nekat berteriak padahal tidak tau dimana dirinya berada.

Sebagai hasil dari tindakan ekstremnya barusan, bagaikan sengatan listrik yang merambat lewat medium air, rasa sakit yang masih tubuh Anya derita ini langsung kembali.

Cih. Sebisa mungkin Anya menggigit bibir supaya tidak berteriak dan memaksa tangannya untuk meremas selimut supaya tidak kejang.

Dan akhirnya Anya jatuh tertidur menahan rasa sakit sekaligus lelah setelah beberapa lama tidak bergerak.

[anya]