Selagi tangan kanan rosi menenangkan icha, tangan kirinya mengetik pesan untuk Siska agar mengurus surat izin untuk icha agar dia bisa pulang.
Saat dirasa icha mulai tenang dan tangisnya mulai reda rosi memberanikan diri berkata
"Ssst.... Tenang cha... Udah, yuk pulang. Siska udah urus surat izin lo. Yuk pulang"
Icha mengangguk dan berdiri dengan bantuan rosi.
Jangan tanya ya, ini sudah lewat jam masuk kelas. Namun rosi tak peduli dan tetap menemani icha, dan kini dia akan memastikan icha pulang dengan selamat.
Dan jika kalian tanya apa tak ada yg melihat icha menangis dipelukan rosi, jawabannya adalah banyak.
Namun mereka tak tau jika yg sedang menangis itu icha. Selain itu saat ada orang yg akan tanya rosi selalu memberikan tatapan tajam kepada mereka, seolah sedang melindungi adiknya dari apapun yg akan melukainya.
Rosi membantu icha berjalan dengan penuh kasih sayang, icha pun sepanjang jalan hanya menunduk dan menyembunyikan wajahnya di balik rambutnya.
Saat digerbang, telah siap Siska dengan mobil milik siska yg memang dipakai tadi pagi untuk mereka bertiga ke sekolah.
"Cha lo kenapa? Kenapa bisa gini coba? " Siska bertanya penuh kekhawatiran ke icha.
Icha memeluk Siska erat berharap sakit di dadanya berkurang dan Siska dapat merasakan apa yang dirasa tanpa dia harus menjelaskannya.
"Oke mending lo pulang dulu ya. Nanti pulang sekolah lo cerita sama kita. Oke" ucap Siska yg dijawab gelengan oleh icha.
Siska menghela nafas kasar dan berkata "yaudah lo cerita kalau lo udah siap. Ros anter dia pulang dengan selamat ya. Surat izin udah beres"
Rosi mengangguk kemudian memasuki mobil didepannya dan siska membantu icha naik ke bangku disamping kemudi.
Setelah icha nyaman, siska menutup pintu tersebut dan melambaikan tangannya.
"Lo kenapa sih cha. Jangan buat kita khawatir lagi ya" batin siska melihat mobilnya semakin menjauh.
Sepanjang perjalanan icha diam sambil menatap keluar jendela, rosi sesekali melirik kearah icha memastikannya baik2 saja.
Tak lama kemudian mereka spai didepan rumah icha.
Untung saja jika masih pagi seperti ini hanya ada kakek dan neneknya saja dirumah.
Rosi keluar dari kemudi kemudian berlari kecil menuju pintu disampingnya.
"Ayo cha" ajak rosi agar turun.
Icha menatap rosi dan berkata "kak, nanti kalau kak gery tanya bilang aja icha gapapa. Cuma sedikit sakit kepala aja ya. Kasih tau aja icha nangis gara2 itu. Ya kak, please"
Rosi hanya mampu mengangguki permintaan icha.
"Makasih" tulus icha memaksakan senyumannya.
"Stop pura2 lagi. Lepas semua topeng palsumu itu cha."
"Jangan berusaha tersenyum jika hatimu menangis."
"Persahabatan kita ga sebodoh itu, yang akan percaya dengan senyum palsumu"
Rosi pun akhirnya menuntun icha masuk kerumah.
"Lho icha ko udah pulang?" tanya kakek khawatir
"Iya kek, icha sakit jadi rosi anter pulang. Biar icha istirahat dulu ya kek" jawab rosi sopan kemudian membawa icha ke kamarnya untuk istirahat.
Sesampainya dikamar icha duduk ditepi ranjang dengan pikiran melayang.
Rosi menatapnya tak tega, dia memeluk icha erat dan berbisik
"Menangis ga membuatmu lemah. Jangan menahan tangis, terkadang tangisan adalah cara agar kita bisa semakin kuat setelahnya"
Icha kemudian mulai terisak lagi dan memeluk rosi erat, sangat erat.
"Dia mengajariku apa itu Cinta dan sakit hati untuk yang pertama kalinya."
"Salahku yang tak menyiapkan hati ini untuk tersakiti disaat aku mencintainya. Padahal semua tau, saat seseorang mencintai dia juga harus siap menanggung lukanya"
Batin icha berusaha menguatkan dirinya sendiri kini.
Apa yg akan terjadi selanjutnya?
Apa icha akan berjuang atau ga?