Tepat didepan ku, sesosok anak kecil bergigi ompong menyeringai penuh kemenangan sambil menatap ke arah ku. "kamu melamun terus sih, Risa! kasihan kelinci Ku, kelaparan. Harusnya kau segera ke dapur untuk memberi mereka wortel dan sayur sayuran. Kalau aku bisa melakukannya sih, akan kulakukan sejak tadi!!!"
Aku benar benar lupa pada sepasang kelinci mungil yang kubeli tadi, saat perjalanan pulang dari Lembang. Sebenarnya, bukan aku yang menginginkan kelinci kelinci itu. Si Janshen inilah yang berteriak-teriak seperti orang gila saat tak sengaja matanya menangkap pemandangan kelinci kelinci kecil yang dijual dipinggir jalan. "Oke, oke. Akan kuberi makan mereka, tapi habis ini aku boleh tidur ya? Aku lelah sekali, Janshen, mata ku berat dan badan ku sedang tak ingin diajak bergerak."
Janshen mengangguk kan kepala nya cepat tanpa mendengar permintaan yang kuajukan padanya, sambil mendorong tubuhku yang lemas untuk segera keluar kamar. Kuambil kelinci kelinci kecil itu dari sudut kamarku untuk dipindahkan ke halaman rumah yang memang dipenuhi rumput
tiba tiba, hidungku mencium aroma tidak enak. Oh.... rupanya sipintar Jashen Yang Hari ini begitu menyebalkan telah membiarkan anak anak kelinci ini lepas bebas Dan menodai Kamar ku, PR ku sebelumnya benar benar istirahat kini bertambah satu, Aku harus rela menyapu Dan mengepel butiran butiran kecil kotoran kelinci Yang sudah mulai menyebar disudut audit kamarku, sebelum akhirnya bisa benar benar mengakhiri Hari Yang melelahkan ini dengan tidur nyenyak