Fruit 35: Ini Tentang Tanduk dan Ekor!
Di tempat lain, Kenzo tau mengenai pertempuran kedua Soth melawan satu Nephilim melalui telepati dari Soth 2. Dan ia tak bisa gegabah melesat membantu karena tugas utamanya adalah menjaga Andrea. Apalagi ia tau dari Soth 1 melalui telepati bahwa Nephilim yang menyerang tidak mengetahui apa-apa tentang Andrea.
Maka, Kenzo hanya bisa berharap keduanya selamat atau segera melarikan diri kalau pun bisa. Karena membunuh golongan Iblis akan sangat menguntungkan Nephilim tersebut.
Sementara itu, di mobil juga ada Revka yang duduk di sebelah kanan Andrea di jok belakang, sedangkan Shelly di sebelah kiri. Revka jelas bisa merasakan ada 3 Succubi di atas mobil, melayang mengikuti mereka. Revka hanya senyum kecil. 'Hanya keroco tak berguna,' batinnya.
"Andrea, kapan kau akan bertandang ke rumahku?" Revka memecah hening ketika perjalanan ke sekolah hampir usai. Wajah cantiknya ditolehkan ke yang ia tanya.
"Hah? Aku?" Andrea balik tanya. Dia menggunakan bahasa yang tergolong sopan jika dengan Shelly, Revka, dan orang yang lebih tua. Untuk Kenzo... jangan harap.
"Andrea tidak akan kemana-mana selama seminggu ini," sahut Kenzo menjawabkan untuk Tuan Puterinya.
Andrea mendelik. "Hebat banget lo! Lo pikir lo ini jubir gue, hah?"
"Puteri... kau punya banyak tugas dalam seminggu ini yang harus kau kerjakan dengan baik. Ingat, bukan?" Kenzo seolah sedang mengingatkan Andrea mengenai ulang tahun nanti.
"Wah... sayang sekali," tanggap Revka sembari berikan ekspresi kecewa. "Padahal aku sudah susah payah beli apartemen khusus untukku, loh. Aku sudah tidak tinggal bersama Dante lagi. Makanya aku mengundangmu main ke tempatku. Tadi saja aku menunggu mobil ini di persimpangan, kan?"
"Maaf, tidak bisa, Revka. Andrea benar-benar akan sibuk seminggu ini," tandas Kenzo. Ia terpaksa mengesampingkan kemarahan Andrea padanya, karena ini memang dalam keadaan yang sangat krusial. Hari ulang tahun Andrea sudah dekat, amat dekat. Hanya 2 hari lagi. Tak mungkin Kenzo melonggarkan keamanan bagi Tuan Puteri-nya.
"Ken-!" Andrea sudah mengepalkan telapak tangannya, kesal. Kenzo ini sudah melebihi pengawalnya. Dia sudah sangat mengekang kebebasan Andrea. Memangnya hanya sehari saja main ke apartemen baru Revka akan membahayakan nyawanya? Bukankah ada Kenzo dan para Soth yang pasti akan ada di sekitarnya.
"Tuan Puteri..." Soth 4 mengirimkan telepati suara ke Andrea. "Ini keadaan yang sangat gawat. Tuan Puteri lebih baik fokus pada keselamatan Tuan Puteri."
"Humph!" dengus Andrea sambil silangkan kedua lengan di depan dada dengan tatapan kesal.
"Ndre..." Shelly sentuh tangan sohibnya. Dan itu sangat manjur meredam segala protes yang akan mencuat keluar dari mulut Andrea. "Kalo Kenzo bilang kau banyak tugas, maka memang harus kau kerjakan, oke?"
Andrea langsung leleh melihat senyuman Shelly. "I-iya, beb! Oke! Hehe..."
"Revka, maaf yah... sementara ini kami belum bisa main ke apartemen barumu..." Shelly tolehkan badan ke arah Revka. "Tidak apa-apa, kan?"
"Ohh... tak apa, santai saja. Toh masih banyak waktu, kan? Ahahaha..." Revka berikan senyum palsu. "Eh, omong-omong... Andrea seperti keliatan beda hari ini, yah?" Ia menatap intens ke arah Andrea, seakan sedang meneliti sesuatu di wajah Andrea.
"Beda?" Andrea dan Shelly hampir berbarengan menanya.
Revka mengangguk. "Hu-um! Andrea keliatan... ummhh... cantik?"
"Cantik?!" pekik yang dipuji. "Aku?! Cantik?! Ahahaha! Gak mungkin!" Dia mengibas-kibaskan tangannya dibarengi senyum canggung.
Sebaliknya, Shelly malah tatap serius ke sahabatnya. "Ndre... apa sekarang kamu pake kontak lens?"
"Hah?!" seru Andrea. Ia terheran sendiri. Mana mungkin dia memakai benda semacam itu? Dari pada untuk membeli kontak lens, lebih baik beli martabak yang bisa dimakan bersama Oma dan Opa sampai kenyang.
"Iris mata kamu... agak kebiruan..." Shelly meneliti benar-benar ke mata Andrea.
"APAA?!" Andrea tercekat. Apakah... apakah ini kekuatan atau perubahan yang dikatakan Kenzo sebelumnya. Ia jadi berpikir, apakah ia nantinya akan memiliki mata biru seperti bule? Ya ampun! Ia meneguk ludah. Padahal dia kerap mencibir ke orang-orang yang tergila-gila dengan bule, tapi kenapa kini dia sendiri berpenampilan ala bule dengan mata biru begini?
Tidak! Jangan sampai orang-orang menyangka Andrea mulai bertingkah ingin menjadi idol sekolah dengan merubah penampilan!
Kenzo cuma melirik singkat dari jok depan melalui cermin tengah. Ia tidak terkejut jika kini perubahan Andrea mulai tampak.
"Iya, Ndre! Kulit kamu juga keliatan lebih... halus? Lembut juga... eh, bulu matamu kenapa bisa sepanjang ini sekarang, yah? Kamu treatment di mana?" Shelly mendekatkan wajahnya ke Andrea. Ia kebingungan. Jelas-jelas Andrea mulai menampakkan perubahan fisik. Padahal dia tau persis bahwa sahabatnya ini paling anti dengan namanya perawatan tubuh atau memakai peralatan kecantikan apapun!
"Eh?! Sumpeh lo?! Duh, maksudku... sumpah, beb?" Andrea berdebar-debar. Jika perubahan ini terus berlanjut, lantas... akan seperti apakah dia nantinya? Menjadi sosok yang sangat berbeda? Yang takkan mungkin dikenali Shelly? Tidak! Andrea tak mau dipandang bagai makhluk asing di mata Shelly!
"Iya, Ndre. Kan aku udah bareng kamu bertahun-tahun." Ucapan Shelly menegaskan kekuatiran Andrea.
"Iya, betul!" timpal Revka. "Aku yang baru kenal kemarin denganmu saja bisa tau perubahanmu, kok." Ia seakan menjadi kompor yang membakar ketakutan Andrea.
"Ohh..." Andrea jadi linglung sendiri. "Gitu, yah?" Dia merasakan panik di dalam hatinya. Ini bisa dikatakan gawat. Apa yang akan dikatakan Oma dan Opa seandainya dia nantinya benar-benar berubah? Bahkan jika nantinya dia... memiliki tanduk?
Oma pasti syok! Opa bisa saja akan menghunus golok untuk menebas Andrea yang berubah menjadi Iblis. Andrea ingin menangis, tapi susah sekali air matanya keluar. Ia pun melirik ke Kenzo di depan sana. Sayangnya, Kenzo terlihat abai saja. 'Sialan!' gerutu Andrea ketika tau Kenzo acuh tak acuh.
Andrea pun sibuk dengan pikiran paniknya. Bagaimana jika dia benar-benar menumbuhkan tanduk ketika genap berusia 17 tahun? Haruskah dia bersembunyi sementara waktu dari semua orang, kecuali Shelly yang sudah tau mengenai ini? Tak mungkin Andrea sanggup memandang Oma dan Opa dalam penampilan berbeda.
Sudah cukup Oma dan Opa menderita akibat ibu Andrea dinistai oleh Iblis sehingga melahirkan Andrea. Jangan lagi ditambah beban dengan berubahnya sang cucu!
"Tuan Puteri, jangan terlalu mengkuatirkan hal-hal remeh..." Terdengar suara Soth 5 mencoba menenangkan Andrea melalui transfer suara.
Andrea mendengus sambil membatin, "Elu enak banget bilang gitu! Lu gak tau seberapa banyak pahit di kehidupan gue!"
"Tuan Puteri... jika kau bisa mengambil intisari dari semua kejadian, kau pasti akan tumbuh kuat dan bisa berpikir lebih luas..." timpal si bungsu, Soth 6.
Andrea ingin meradang dalam batinnya, tapi rasanya itu hanya akan menjadi buang-buang energi. Maka ia mencoba bernapas tenang dan terus berkomunikasi dengan para Soth yang melayang di atasnya, ketika mobil mereka sudah memasuki gerbang sekolah.
"Apakah kalian pernah jagain Puteri Cambion kayak gue ini?" Andrea mencoba mengorek informasi dari sudut lain.
"Tuan Puteri adalah yang pertama bagi kami," jawab Soth 4.
"Oh, jadi gue jadi misi tugas kalian, yah? Oke..." Andrea sambil melangkah ke arah kelasnya bersama Shelly dan Revka, sementara ia terus mengobrol dengan Soth dalam batinan. "Lalu... pastinya temen-temen kalian udah pernah jagain makhluk macem gue ini, ya kan? Ngaku aja, deh."
Bisu sementara waktu dari para Soth hingga Andrea mencapai bangkunya.
Tak lama, terdengar jawaban dari salah satu Soth, "Memang ada beberapa teman kami yang pernah ditugaskan untuk mengawal dan menjaga Cambion."
"Ceritain ke gue gimana perubahan para Cambion itu saat umur 17 taon." Andrea sudah duduk tenang di bangkunya bersebelahan dengan Shelly dan Revka ada bangku lain di sebelah lainnya Andrea.
"Itu... jadi Tuan Puteri menginterograsi kami sehubungan dengan perubahan fisik Cambion seperti Tuan Puteri?" Soth 5 berujar.
"Ya." Andrea tidak menutupinya. Dia memang HARUS mengetahui benar seperti apa ia akan berubah nantinya. Terutama mengenai tanduk. Atau ekor, mungkin? Ya ampun! Mengerikan!
Shelly menoleh ke Andrea yang terus bungkam senyap semenjak mereka turun dari mobil. "Ndre, ada apa? Sakit?"
Andrea terpaksa hentikan obrolannya dengan para Soth dan membalas menatap ke Shelly dan umbar senyum manisnya. "Gak ada apa-apa, kok beb. Aku cuma lagi kepingin diem aja kayak gini. Bebeb ngobrol ama Revka dulu, yah!"
Dikarenakan senyum maut Andrea tadi, Shelly langsung patuh dan tidak lagi mengusik Andrea. Kenzo sudah tau apa yang sedang dilakukan Andrea. menginterograsi para Soth, bermaksud mengorek lebih dalam mengenai takdir Andrea dalam dua hari lagi.
Bahkan ketika Dante masuk ke kelas pun, Andrea mengabaikan sama sekali. Pria Nephilim itu memandang sengit ke atas Andrea karena dia bisa melihat tiga Succubi melayang. Succubi hanya berikan senyuman genit ke Dante yang akhirnya diabaikan sang Nephilim. Kelas bukanlah tempat yang tepat untuknya mengumbar kekuatan.
"Ayo, kasi tau ke gue. Kayak apa Cambion lain waktu mereka umur 17 taon." Andrea masih mengejar. Ini tentang tanduk dan buntut! Siapa tau nantinya malah dia berubah seperti kerbau?! Amit-amit!
"Di antara mereka, banyak yang makin terlihat menarik. Itu sudah pasti."
"Seberapa menarik? Dengan hiasan tanduk dan ekor di bodi mereka, makanya keliatan menarik? Menarik perhatian orang-orang, maksudnya..."
"Ada sebagian yang demikian..."
"SHIT!" Andrea mengumpat keras secara nyata hingga membuat Shelly menoleh kaget.
"Ndre, ada apa?"
"Gak, beb... cuma... kelupaan siram toilet tadi pagi."
"Ih, Andrea jorok!"