Saat sore banyak anak-anak yang bermain di halaman belakang, mereka berkumpul dan sering terlihat bermain kejar-kejaran. Tercium bau asap saat memasuki ruang tengah, terlihat di dapur para gadis sedang memasak untuk makan malam. Suara ribut saat mau mandi atau saat makan, teriakan pendeta saat menyuruh kami masuk ketika hari mulai gelap ataupun suara orang – orang yang lewat di depan rumah. Sungguh sangat membahagiakan, rasa nyaman yang di rasakan saat bersama orang-orang yang penting bagimu.
Aku ingin semua ini bertahan selamanya, tapi satu persatu mereka pergi dan puncaknya saat pendeta meninggal, banyak anak-anak yang di pindahkan kepanti asuhan lain dan hanya tinggal kami bertiga. Kebahagaiaan dan kehangatan saat bersama mereka tinggal kenangan, apakah aku akan kehilangan mereka semua, siapa yang harus di salahkan atas rasa sakit ini, tidak, ini semua karena aku lemah jika saja aku punya kekuatan aku tidak akan kehilangan siapapun.
***
Tubuhku rasanya dingin, kepalaku pusing, dan kakiku rasanya sangat sakit. Aku perlahan membuka mataku, tapi tidak terlihat apapun. Sangat gelap, mataku masih belum terbiasa. Aku mencoba untuk menyadarkan diriku sepenuhnya, perlahan mengangkat sebagian tubuhku untuk bangun.
Sepertinya setengah bagian kakiku masuk ke air dan aku terduduk di atas tanah yang basah, badanku sangat basah dan sebagian tubuhku menempel pasir.
Sambil melihat sekitar, aku terus berpikir dimana aku sekarang. Walaupun begitu aku sangat yakin ini masih didalam hutan. Sepertinya aku berada di tepi sungai, dan airnya sangat dingin. Aku mulai berpikir apa mungkin genangan air itu terhubung ke sungai sehingga membuatku terbawa hingga kesini.
Perlahan aku mencoba berjalan, sambil memegang dadaku yang terasa masih sakit. Aku tidak menyangka masih hidup setelah tenggelam di air yang sangat dingin itu.
Sepertinya aku masih berada di hutan karena banyak sekali pohon disini, apa mungkin aku terseret ke daerah paling dalam hutan Barista. Aku Kembali teringat apa yang kulihat tadi, aku baru tau kalau ada makhluk seperti itu, mengingatnya membuat tubuhku semakin dingin.
Aku mencoba melihat sekelilingku, kanan, kiri dan atas.
"Ada apa dengan hutan ini? Terlihat sangat menakutkan"
Aku berbicara pada diriku sendiri, aku tidak ingat kalau hutan Barista terlihat sangat menakutkan seperti ini. Kabut disini sangat tebal dan cuacanya terlihat seperti akan turun hujan.
Aku melihat cahaya yang cukup terang di jauh depan, aku tidak tahu apakah itu cahaya bulan atau matahari, tapi aku mencoba berjalan ke sumber cahaya itu. Sesampai disana, entah mengapa kabut yang sangat tebal tadi seakan menghilang, apa karena cahayanya terlalu terang atau memang jumlah kabut yang ada disini sedikit. Tapi yang paling penting adalah bahwa sumber cahaya itu berasal dari lumut. Sungguh sangat indah cahaya yang di pancarkan lumut-lumut ini.
Hampir setengah batang setiap pohon besar disini ditutupi lumut. Aku terus berajalan untuk mencari seseorang, tapi tidak menemukan apapun baik hewan ataupun manusia hanya ada pohon, rumput dan lumut. Apakah ini masih malam atau sudah siang, aku sama sekali tidak yakin.
Lalu aku menemukan sebuah pohon yang ukurannya lebih besar dari yang lainnya, pohon ini terlihat sangat kuat, entah sudah berapa lama umurnya. Diameter batangnya sangat besar, bahkan dengan berlari akan membutuhkan waktu untuk mengelilingi pohon ini.
Aku harus mencari sesuatu yang bisa di makan, rumput ataupun lumut ini tidak bisa di makan. Perasaan lelah, mengantuk dan lapar ini terus kurasakan. Tidak ada gunanya jika aku terus berjalan seperti ini hanya akan menambah rasa Lelah, lebih baik aku beristirahat.
Ada air yang mengalir deras dari celah bagian antara batang pohon besar ini, sepertinya ada sumber mata air yang muncul disana. Aku tidak yakin sudah berapa lama air itu mengalir keluar, walaupun cukup deras tapi tidak terbentuk genangan air di sana. Semua air yang jatuh ketanah sepertinya di serap rumput dan pohon yang ada di sekelilingnya.
Aku mencoba mendekat dan meminum air tersebut. Sangat menyegarkan air ini sangat bersih, entah bagaimana bukan hanya rasa haus tapi perasaan lapar perlahan menghilang. Bagaimana bisa air terasa begitu menyegarkan, apa ini karena aku kelaparan atau memang kualitas airnya yang sangat bagus. Tidak tahu sudah berapa tahun usia pohon ini, air keluar dari celah batangnya tidak terlihat akan berhenti ini bisa kugunakan untuk membersihkan tubuhku.
Setelah membersihkan tubuhku, aku memutuskan untuk beristirahat disini. Waktu tidurku terganggu dan aku juga dipaksa berlari dengan kecepatan yang tidak masuk akal. Rasa lelah ini membuatku mengantuk, lebih baik aku beristirahat dulu disini.
***
Saat bagun tidur mataku terasa berat, aku tidur disebelah pohon besar ini. Ketika membuka mata aku berharap terbangun di atas tempat tidur dan menganggap semua ini hanya mimpi. Tapi tenyata aku terbangun diatas rumput dan membuatku sadar bahwa semua kejadian itu bukanlah mimpi.
Aku berdiri dan mencuci wajahku dengan air yang keluar dari batang pohon ini. Sudah berapa lama aku ada di sini ? aku terlalu takut untuk meninggalkan tempat ini.
Hutan ini tidak normal, ada sesuatu disini yang tidak normal. Aku berusaha untuk tenang, tenang dan lupakan saja jika terus kupikirkan aku hanya akan merasa semakin takut. Aku harus memulihkan energiku supaya bisa keluar dari hutan ini. Aku sudah berjanji kepada mereka berdua kalau aku akan menyusul mereka ke kota.
Aku duduk bersandar di pohon, rasa sakit di tubuhku sedikit-sedikit mulai hilang karena meminum air yang keluar dari batang pohon ini. Seperti biasa tidak terlihat cahaya sedikitpun dari atas, kabut disini juga tidak terlihat menipis sedikitpun, sebenarnya ini malam atau siang dan sudah berapa lama aku disini.
"Hmm, anak manusia? Kenapa bisa ada disini?"
Aku kaget saat mendengar suara seseorang dari arah kanan. Aku mencoba menoleh dan malihat dari mana suara itu berasal, itu adalah seorang pria dewasa. Rambutnya cukup panjang, berpakaian lengkap layaknya seorang kesatria.
Awalnya aku merasa senang karena aku mungkin bisa meminta bantuan padanya, tapi rasa tenang itu seketika berubah jadi rasa takut. Apa-apaan orang ini, pria ini memiliki tanduk diatas kepalanya.
"Kenapa kamu bisa ada disini?"
Dia bertanya sambil berjalan mendekatiku.
"A-aku tidak tahu, aku terbawa arus bawah sebuah genangan air"
Aku mencoba menjawabnya walaupun merasa sangat ketakutan.
"Jangan berbohong, dimana para manusia yang lain?"
"Aa-aku sendirian"
Sekarang dia tepan berdiri di depanku dan matanya tajam menatapku, aku sangat takut. Aku hampir tidak bisa mengeluarkan suaraku.
Mata berwarna merah, telapak tangannya tidak terliaht seperti milik manusia. Itu seperti sisik atau mungkin cakar yang sangat besar dan berwarna hitam.
"Sudah kubilang jangan berbohong, jika kamu masih sayang nyawamu katakan yang sebenarnya, tidak mungkin seorang anak manusia bisa sampai di perbatasan wilayah iblis sendirian"
Apa maksudnya wilayah iblis, sebearnya aku damana? tidak mungkin ada iblis di hutan Barista. Apa itu artinya aku terbawa arus hingga ke wilayah iblis? Dan itu berarti orang ini adalah iblis? Gawat kepalaku pusing dan perutku terasa sakit. Jika ini adalah hukuman karena aku mencuri bukankah ini terlalu berlebihan.
Aku pernah mendengar tentang iblis sebelumnya, dulu sebelum tidur pendeta pernah beberapa kali membacakan cerita tentang iblis. Iblis adalah makhluk yang rakus, itu sudah menjadi sifat mereka, mereka ingin menguasai semuanya dan selalu menyakiti ras lain. Mereka merasa adalah makhluk istimewa dan terkuat karena tidak hanya hebat dalam sihir bahkan kemampuan fisik mereka juga diatas ras lainnya. Karena kerakusan mereka itu akhirnya semua ras dari berbagai kerajaan memutuskan untuk bekerja sama melawan mereka.
"Jika kamu tidak mau menjawab dengan jujur, maka aku hanya perlu bertanya kepada mayatmu"
Dia menarik pedang yang ada di pinggangnya dan mendekatiku. Aku tidak bisa lari, di belakangku ada pohon besar dan walaupun aku mencoba lari dia pasti akan berhasil mengejarku. Apakah aku akan mati disini? Setelah semua usahaku untuk bertahan hidup, aku tidak bisa melakukan apapun, dia terlihat serius akan membunuhku.
Dia meganggkat pedangnya dan mencoba menebas leherku dari sebelah kiri, aku sangat takut dan seketika langsung menutup mataku.
"Arrrgh!!"
Tiba-tiba iblis itu berteriak cukup keras, suara itu membuatku kaget dan seketika aku membuka mataku, aku tidak percaya dengan apa yang kulihat, sebuah kayu menusuk perut iblis tersebut. Tidak, itu bukan kayu biasa itu rating pohon yang sanagt besar.
Tubuhnya pasti sangat kuat, dia masih sadar walaupun tertusuk seperti itu. Kakiku gemetaran aku tidak bisa menggerakkan tubuhku sedikitpun.
"Apa ini?"
Iblis itu mencoba melangkah mundur dan melepaskan diri dari tusukan ranting pohon itu. Luar biasa luka bekas tusukan perlahan mulai menyusut, apa itu sihir penyembuhan seperti yang di gunakan oleh Diana? Tapi itu sama sekali berbeda, saat Diana melakukannya terlihat cahaya karena energi sihir mengalir keluar, sedangkan kali ini seperti luka itu menghilang dengan sendirinya.
Kemudia dalam secara serentak beberapa ranting kembali menusuk tubuh iblis tersebut. Iblis itu tidak bergerak lagi, tangan kanannya melepaskan pedang yang tadinya ingin dia gunakan untuk menebasku. Sudah sewajarnya, tidak mungkin ada makhluk hidup yang masih bertahan hidup setelah menerima banyak tusukan seperti itu.
Aku mencoba melihat keatas untuk memastikan dari mana asal ranting pohon itu. Ranting itu berasal dari pohon yang ada di belakangku. Apa itu? sebelumnya tidak ada, sudah cukup lama aku disini dan aku sudah sering melihat batang pohon ini, tapi ini pertama kalinya aku melihat ada wajah yang terbentuk di batang pohon ini, apa itu artinya pohon ini hidup? Apa aku bisa bicara denganya?. Mata yang tampak di batang pohon itu melihat kebawah, menatap lurus kearahku.
"Terima kasih sudah menolongku"
Aku menekuk lututku dan bersujud saat mengucapkan terima kasih itu, bagaimanapun pohon ini sudah menyelamatkan nyawaku, dia membunuh iblis yang mencoba membunuhku, dan bahkan melakukannya dengan sangat mudah, aku harus menunjukan rasa hormatku. Bisa bahaya jika aku membuatnya marah dia mungkin juga akan membunuhku.
Lagian aku masih tidak yakin apa dia membantuku karena benar-benar punya niat baik, atau hanya membunuh iblis itu karena iseng.
"Angkat kepalamu anak manusia, aku melakukan itu karena merasakan aura membunuh darinya"
Dia menjawab perkataanku? Sudah kuduga pohon ini hidup dan bisa di ajak bicara, bersujud dan mengucapkan terima kasih adalah pilihan yang tepat. Suaranya sangat berat dan pelan terdengar dari atas, suaranya seperti orang yang sudah tua.
"Sudah sangat lama aku tidak bertemu manusia, dan lagi kenapa anak manusia bisa berada disini?"
Perlahan aku mencoba untuk menjawab pertanyaannya.
"Aku tidak tahu, aku terbawa arus air begitu sadar aku sudah berada disini"
"Hmmm, sepertinya kamu tidak berbohong"
Eh kenapa dia langsung percaya? Apa dia juga bisa mengetahui kalau seseorang berbohong? Kalau begitu aku harus hati-hati saat berbicara.
Terlihat matanya melihat lurus kearahku, seakan tidak berkedip aku tidak berani langsung menatap matanya, Ketika tatapan mata kami bertemu aku langsung memanglingkan wajahku.
"Begitu nostalgia, tidak disangka aku bisa bertemu dengan manusia lagi"
"…"
"Tidak perlu takut, tenanglah nak. Aku pernah punya teman seorang manusia dulu. Ya, teman yang sangat istimewa"
Aku tidak telalu mengerti tapi wajahnya terlihat sedih saat mengatakan itu.
[Cure]
Sebuah cahaya terbentuk di bawahku, dan seketika ada hembusan angin yang lembut dari bawah ke atas. Angin yang terasa sangat sejuk dan segar, seketika rasa takut yang kurasakan menghilang dan tubuhku yang tadinya gemetaran sudah mulai tenang.
"Apa kamu sudah tenang sekarang?"
"Ah, iya?
Entah kenapa aku sekarang bisa bicara dengan lancar.
"Ah, maaf karena terlambat memperkenalkan diriku, namaku Kuzon aku tidak bermaksud mengganggu Anda, seperti yang aku katakan kepada iblis tadi bahwa aku bisa sampai disini karena terseret arus bawah air"
Aku memperkenalkan diriku, sambil duduk dan menundukkan tubuh bagian atasku.
"Sekali lagi terima kasih sudah menyelamatkan diriku"
"Ya tidak masalah"
Aku merasa sangat tenang karena dia membalas ucapanku, bisa bahaya jika aku membuatnya marah.
"Bisa kamu ceritakan dari mana asalmu dan bagaimana kamu bisa sampai disini secara rinci"
"Baik"
Lalu aku menceritakan semuanya, tentang aku yang seorang yatim piatu dan hidup dengan dua orang teman yang juga seusia denganku. Tentang keseharianku, tentang betapa seringnya kami mencuri makanan dipasar dan juga tentang kejadian malam itu.
Bagian yang sangat kutekankan adalah bahwa aku masuk ke hutan Barista, kemudian mencoba bersembunyi di dalam genangan air dan tiba-tiba tertarik oleh arus misterius dan saat bangun sudah ada disini.
Saat aku selesai menceritakan semuanya dia hanya diam, sambil memejamkan matanya. Aku hanya diam lalu menunduk sambil menunggu respon darinya.
"Jadi begitu caranyanya bisa sampai disni?"
"Iya, Tuan-"
Seketika aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku karena bingung bagaimana cara untuk memanggilnya.
"Ahh namaku Ralp, panggil saja aku begitu"
"Baik Tuan Ralp"
"Sepertinya kamu terseret oleh arus bawah air yang cukup kuat, jika seseorang terkena arus itu pasti akan terseret hingga keujung arusnya atau bisa keluar jika membentur sesuatu, dan sepertinya kamu berhasil keluar karena membentur sesuatu karena itulah bisa selamat dan sampai disini."
"Itu artinya aku terseret hingga ke bagian terdalam hutan Barista?
"Sepertinya kamu sudah salah sangka nak, kamu tidak lagi berada di dalam hutan itu"
Eh? Kenapa dia bilang aku tidak lagi berada di dalam hutan Barista? Karena mau dilihat bagaimanapun jelas ini masih di dalam hutan.
"Ini adalah Hutan Kehidupan yang ada di perbatasan wilayah iblis".
Seketika perkataannya barusan membuat tubuhku kembali merasa dingin.
"Ini Hutan Kehidupan? Kerajaan Batara berada sangat jauh dari sini. Bagaimana bisa aku terbawa arus sampai ke hutan ini? "
"Itu benar setidaknya butuh waktu dua minggu kalau mau kehutan ini dari Kerajaan Batara, karena itulah ini sangat aneh. Jika seseorang terseret arus itu lebih dari satu minggu pasti sudah mati."
Itu benar, sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa aku ada disini? Lalu aku tidak tahu mengapa, Tuan Ralp tiba-tiba menatapku dengan tajam sambil menyipitkan matanya.
"Nak, apa mungkin kau-"
Seketika matanya melebar dan kata-katanya terhenti. Aku hanya diam sambil menunggu apa yang ingin di katakannya. Aku duduk di depannya, dan menatap keatas kulihat ekspresi wajahnya berubah menjadi sesuatu yang sulit untuk di jelaskan.
"Aku tidak tahu apakah ini hanya sebuah kebetulan ataukah sebuah takdir, atau mungkin sebuah tanda bahwa dewa sudah memaafkanku, akhirnya setidaknya aku bisa sedikit mengurangi dosa dari perbuatanku di masa lalu. Aku sangat bersyukur ternyata ada salah satu dari mereka yang selamat."
Wajahnya menjadi semakin rumit dan aku tidak mengerti apa yang coba dia katakan.
"Nak aku bisa membantumu keluar dari hutan ini, tidak, lebih tepatnya aku harus melakukannya"
"Eh, benarkah?"
"Iya. Tapi…"
Salah satu ranting pohonya bergerak keatas, masuk ke area yang penuh dengan daun sehingga aku tidak bisa melihat apa yang ingin di lakukannya. Lalu beberapa waktu kemudian ranting itu di Tarik Kembali dan terlihat sebuah cahaya hijau di ujungnya.
Kemudian rating pohon yang ujungnya bercahaya itu terus turun hingga tepat berada di depanku. Aku melihat sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya dan harusnya aku akan sangat terkejut, tapi entah mengapa aku tidak terlalu merasa begitu. Apa mungkin karena aku sudah melihat hal yang lebih mengejutkan, seperti seorang iblis atau pohon yang bisa berbicara.
Yang memancarkan cahaya hijau itu adalah mahkhluk kecil yang mirip dengan manusia, dia sangat kecil awalnya kupikir karna rating pohon itu yang terlalu besar sehingga dia terlihat begitu kecil, tapi jika di lihat lebih dekat ukurannya mungkin sedikit lebih besar dari telapak tanganku. Dia sepertinya tertidur, rambutnya yang panjang hingga melebihi pinggangnya dan terdapat sayap di punggungnya, dia tertidur melingkar sambil memeluk lututnya, itulah sesuatu yang sedang kulihat saat ini.
"Apa kamu bisa melihatnya?"
Aku mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan itu.
"Dia adalah peri tanah"
Aku tidak menyangka bahwa mereka benar-benar ada, kupikir selama ini keberadaan mereka cuma di buat-buat hanya untuk meningkatkan ketertarikan anak-anak pada buku cerita.
"Mereka adalah keberadaan yang tidak bisa dilihat oleh siapapun, harusnya hanya orang yang melakukan kontrak dengan mereka yang bisa melihatnya atau saat dia memang ingin memperlihatkan diri. Tapi faktanya ada beberapa orang yang bisa melihat mereka tanpa harus melakukan kontrak"
"…"
"Mereka yang memiliki kelebihan baik kemampuan fisik ataupun sihir daripada ras lain, yaitu ras iblis."
"Iblis?"
Itu artinya orang tadi juga bisa melihatnya.
"Tapi kenapa aku bisa melihatnya? aku bahkan tidak bisa menggunakan sihir sama sekali, memang benar aku memiliki kemampuan fisik lebih baik dari orang lain tapi itu masih tingkatan anak-anak. Itu artinya, apa mungkin ak-"
"Kamu bukan iblis nak"
Dia langsung memotong perkataanku, tapi entah mangapa aku merasa lega karenanya. Memang benar mau dilihat bagaimanapun aku adalah manusia, tubuhku sama sekali berbeda dengan orang tadi yang memiliki tanduk dan ekor.
"Manusia adalah ras yang paling lemah jika diukur dari kemampuan fisik, tapi mereka memiliki energi sihir yang disebut mana untuk bisa mendukung kekurangan mereka. Setiap manusia memiliki mana di dalam diri mereka walaupun itu cuma sedikit. Itulah kebenarannya, tapi nak kamu tidak memiliki sedikitpun, aku tidak merasakan sedikitpun mana dari dirimu."
"Tapi ada banyak manusia yang tidak bisa menggunakan sihir"
Itu benar banyak orang yang hidup secara biasa dan sama sekali tidak menggunakan sihir, bukankah itu artinya ada banyak yang sepertiku.
"Manusia yang tidak bisa menggunakan sihir itu karena mana yang ada di dalam diri mereka terlalu sedikit, tapi dengan latihan seharusnya bisa membuat mereka bisa menggunakannya."
"Itu artinya hanya aku? Mau sekeras apapun berlatih tetap hanya jadi orang biasa?"
"Itu benar"
Rey dan Diana bisa, sedangkan aku tidak akan bisa mau sekeras apapun berlatih. Aku merasakan sakit di dadaku, jika itu benar aku hanya akan terus menjadi beban bagi mereka.
"Didalam diri setiap makhluk hidup ada wadah yang akan menampung mana, dan setiap individu kapasitasnya berbeda-beda, setiap waktu secara alami wadah itu akan terisi sampai penuh. Kamu meliliki wadah itu, tapi wadah itu tersegel dan tidak bisa beregenerasi.
Jadi itu yang menyebabkan aku tidak bisa menggunakan sihir?
"Tolong maafkan aku, itu terjadi karena kebodohanku"
"Aaah, tunggu dulu kenapa Anda minta maaf?"
Kenapa dia tiba-tiba minta maaf? Itu membuatku sangat kaget. Dan apa lagi maksudnya kesalahannya, padahal kita baru saja bertemu sedangkan aku tidak bisa menggunakan sihir sejak aku lahir. Karena dia pohon ekspresi wajahnya benar-benar tidak bisa dimengerti. Sebenarnya apa yang ada di pikirannya? ini semakin membuatku takut.
"Karena kebodohan yang kulakukan di masa lalu menyebabkan itu terjadi, tolong terimalah permintaan maafku"
"Tolong jangan meminta maaf seperti itu Tuan, aku tidak mengerti apa maksud Anda"
"Ah itu benar aku belum selesai mencertakannya tadi. Hhmm dari mana aku harus memulainya ya… tadi aku bilang ras yang bisa melihat peri hanya iblis kan. Tapi sebenarnya ada satu lagi, itu bukan ras tapi manusia dengan garis keturunan yang sama, manusia yang memiliki kemampuan unik, mereka adalah penduduk dari kerajaan Lemuria."
"Lemuria?"
"Apa kamu pernah mendengar kerajaan itu nak?"
"Tidak penah"
Sama sekali tidak pernah aku mendengar kerajaan dengan nama seperti itu, Rey dan pendeta tidak pernah menyebutkannya.
"Sudah kuduga, kerajaan Lemuria memiki kelebihan dalam segala hal yang membuat kerajaan lain iri. Karena itulah iblis memanfaatkan rasa iri mereka dan menghasut para manusia yang lain untuk melawan mereka, karena terlalu polos iblis memanfaatkan kemampaunku. Aku terlalu naif pada saat itu, karena itu aku kehilangan sahabat yang sangat penting bagiku."
"…"
"Mereka menciptakan sesuatu yang bisa menyegel energi sihir seseorang, ketika energi sihir secara langsung terkuras hingga habis dari tubuh secara tiba-tiba, akan membuat makhluk apapun terbaring lemas dan tidak bisa menggerakan tubuh untuk sementara. Saat itulah para iblis menyerang dan melakukan serangan penuh. Kerajaan Lemuria kemungkinan sekarang sudah tidak ada."
Terlalu banyak informasi sehingga aku tidak bisa merespon lagi apa yang dia katakan.
"Aku sudah menuggu sangat lama, meskipun tidak yakin aku selalu percaya bahwa mereka akan selamat. Dan penantian itu akhirnya membuahkan hasil, buktinya kamu ada disini sekarang, tepat di depanku, aku merasakan darah Lemuria mengalir dalam dirimu dan juga… matamu itu sangat mirip dengan 'Dia'".
Aku tidak tau apa yang sudah dialaminya di masa lalu, walaupun tidak terlihat aku merasa wajahnya terlihat sangat sedih. Tuan Ralp pasti sudah mengalami masa-masa sulit dimasa lalu, itu seperti ekspresi kehilangan seseorang yang berharga, aku tahu betapa sakitnya perasaan itu. Selain itu…
"Apa itu artinya aku berasal dari Kerajaan itu?"
"Iya"
Dia bilang aku memiliki darah Lemuria, mungkin orang tuaku berasal dari sana dan lagi ada kemungkinan mereka masih hidup, mungkin mereka ada di suatu tempat sekarang ini. Aku harus cepat keluar dari sini dan menemui Diana dan Rey lalu mencoba mencari tau tentang keberadaan orang tuaku.
"Ini mungkin hanya kebetulan tapi terima kasih sudah datang kesini nak, dengan ini aku mungkin bisa menghapus setidaknya sedikit dosa yang pernah kubuat dulu. Sungguh aku sangat berterima kasih"
"Tolong jangan berlebihan begitu Tuan Ralp, harusnya aku yang berterima kasih karena Anda ingin membatuku keluar dari sini".
Ralp tiba-tiba terdiam sejenak, sambil melihatku.
"Waktuku sudah tidak banyak lagi, aku akan membuka segel manamu dan mengirimmu keluar dari hutan ini sebelum ada moster atau iblis yang datang lagi kesini".
"…"
"Kalau begitu kita mulai"
Salah satu ratingnya mendekat padaku dan semakin dekat mengarah pada dadaku lalu menempelkannya. Dan sebuah lingkaran cahaya berwarna putih tiba-tiba muncul di bawah tempatku berdiri, cahaya putih yang sangat indah dan ujung dari ranting yang dia tempelkan padaku juga bercaya. Itu membuatku silau, sehingga membuatku mengalihkan pandanganku kedepan, mengarah kepada Tuan Ralp.
"Terima kasih banyak Tuan Ralp, aku pasti akan selalu mengingat Anda"
Aku mengucapkan rasa terima kasih yang terdalam kepadanya. Lalu ekpresinya berubah, ini pertama kalinya aku melihatnya berekpresi seperti itu. Terlihat jelas bahwa dia tersenyum, senyumamnya membuatku juga ikut tersenyum bahagia, dan aku berpikir entah rasa apa dia tapi ternyata ada pohon yang bisa mengekpresikan perasaannya seperti ini, dunia ini sangat laus.
"Teruslah hidup nak, dan berbahagialah".
[Teleportation]
***
Seperti ada kejutan di dadaku, seakan ditusuk oleh sebuah jarum dan seketika pandanganku berubah. Yang tadinya kulihat adalah sebuah pohon besar gagah menjadi sebuah rak buku di dalam sebuah ruangan yang gelap.
Aku masih hidup dan sepertinya Tuan Ralp benar-benar mengirimku keluar dari hutan itu. Walaupun aku tidak tau sekarang aku ada dimana, dan seketika aku tersadar bahwa beliau tidak mengatakan akan mengirimku kemana.
Aku mencoba melihat sesekeliling, ini sebuah ruangan yang tidak ada cahaya, sehingga sangat gelap, aku mencoba membiasakan mataku. Ada sebuah rak buku, ada meja dengan satu kursi dan ada juga meja dengan kursi di setiap sisinya, ini seperti ruangan yang pendeta gunakan untuk menyambut tamu. Aku mencoba melangkahkan kakiku kedepan menuju rak buku, ada banyak sekali buku disini. Tapi ada yang sedikit aneh dengan buku-buku ini, huruf yang ada di buku ini belum pernah kulihat sebelumnya, ini bukan huruf yang biasanya aku lihat, apa buku ini menggunakan bahasa asing? Apa itu artinya aku tidak berada di Kerajaan Batara sekarang? Pertanyaan itu seketika muncul di kepalaku. Aku mencoba mengambil salah satu buku yang ada di rak itu, lalu…
"Aarrghh..!!"
Kepalaku terasa akan pecah..
"Sakit!! Sakit!!! Kenapa!?"
Spontan aku memegang kepalaku dan buku yang coba kuambil tadi terlepas dari genggamanku, tubuhku terjatuh kelantai sambil kedua tanganku memegangi kepalaku. Rasa sakit yang luar biasa kurasakan, aku mencoba memastikan apakah kepalaku mengalami pendarahan. Tapi tidak ada setetespun darah yang muncul.
Tidak hanya kepalaku, tubuhku juga merasakan panas, sangat panas seakan aku sedang di panggang di atas api yang sangat besar, terasa panas dari kepala hingga ujung kakiku.
"Tenanglah"
Terdengar suara seseorang, sambil menahan rasa sakit aku mencoba melihat dari mana suara itu berasal.
"Tidak apa-apa"
Yang berbicara itu adalah makhluk kecil dengan rambut yang sangat panjang, dia berdiri di depanku sambil melihatku yang sedang meringkuk kesakitan. Itu adalah makhluk yang di perlihatkan oleh Tuan Ralp tadi, dia adalah peri.
"Serahkan saja padaku, tidak akan ada yang menyakitimu lagi"
Setelah mengatakan itu dia mendekati wajahku, dan semakin dekat. Tangannya yang kecil menyentuh pipi kananku, tangan kecil yang terasa hangat dan membuatku merasa sangat nyaman. Pandanganku jadi kabur, aku tidak bisa menahan kesadaranku lagi, rasa sakit dan panas yang kurasakan tadi menghilang dan yang kurasakan sekarang adalah rasa kantuk yang sangat berat. Sial, apa aku akan kehilangan kesadaran lagi? Aku mencoba melawan tapi… Lalu aku menutup kedua mataku dan tenggelam dalam rasa nyaman oleh tangan kecil itu.