Karena baru bangun dari tidur panjangnya, membuatnya bingung tentang apa yang sedang terjadi. Dia berdiri di sebelah anak yang sedang berbaring, menatap anak itu dengan ekspresi bingung. Sosok yang sedang berdiri itu adalah makhluk kecil yang menyerupai manusia dengan sayap di punggungnya dan rambutnya yang panjang, dia adalah peri tanah yang bernama Lily.
"Mana di dalam tubuhnya sedang kacau, siapa dia? Apa yang sudah dilakukan Ralp padanya?"
Lily menghela nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Meskipun masih bingung, dia sudah mulai mengerti tentang apa yang sedang terjadi setelah merakasan bahwa mananya terikat dengan anak itu.
"Sihir kuno untuk menyatukan inti mana? Apa yang dipikirkan Ralp? Selain itu di dalam tubuhnya sekarang bukan hanya inti mana Noah tapi juga ada yang lainnya, jika aku tidak bangun tepat waktu tubuhnya pasti sudah hancur."
Seketika wajahnya terlihat sedih karena dia mengerti konsekuensi penggunaan sihir kuno. Sihir kuno menyerap energi kehidupan penggunanya, yang artinya setelah menggunakan sihir itu penggunanya tidak akan bisa bertahan hidup lama. Ada juga beberapa syarat yang di perlukan untuk menggunakan sihir ini, yang tentunya juga tidak mudah untuk di penuhi.
"Pasti ada alasan kenapa Ralp melakukan ini, dan juga mengapa dia memberikan inti mana Noah kepada anak ini. Baiklah pertama aku harus memindahkan tubuhnya dari sini."
Lily menepuk tangannya dua kali, ruangan yang awalnya gelap langsung sangat terang sehingga bisa melihat setiap sudut dari ruangan itu. Cahaya tersebut berasal dari benda berbentuk kristal yang menempel di atap ruangan.
Kemudian Lily merentangkan tangannya kesamping, sesuatu mulai muncul merambat keluar dari lantai. Terlihat sesuatu seperti akar pohon mulai keluar dalam jumlah yang cukup banyak, semakin banyak dan mulai menyatu dan membentuk sesuatu. Akar itu membentuk menyerupain wanita dewasa, memiliki bagian seperti wajah, tangan, dan kaki lalu dia menghadap dan membungkuk pada Lily.
"Bawa dia dan ikuti aku"
Lily memberi perintah untuk membawa anak laki-laki yang sedang terbaring yang ada di depannya, anak itu tidak memperlihatkan tanda-tanda akan bangun sedikitpun. Seketika makhluk pohon itu mengikuti perintah dan mulai untuk mengangkat anak itu, sesuatu yang menyerupai tangannya mendekati tubuh anak itu. Tanganya memanjang dan mulai terlihat seperti akar lagi, memutar bagian dada, paha dan perut lalu menganggatnya.
Setelah melihat bahwa mereka sudah siap Lily mulai mengepakan sayapnya yang kecil dan mulai terbang di depan diikuti oleh pohon itu. Lily terlihat tidak asing dengan tempat itu, dia seperti sudah tahu kemana harus pergi.
Sebenarnya itu adalah sebuah rumah pohon yang dibuat Lily bersama dengan dua orang manusia jauh di masa lalu. Rumah pohon dengan fasilitas yang lengkap, seperti kamar tidur, ruang santai, dapur bahkan kamar mandi. Rumah pohon yang terlihat kokoh dan luas, meskipun itu pohon yang besar tapi masih lebih kecil jika di bandingkan dengan Ralp.
Lily terbang keluar ruangan, bukan hanya ruangan yang baru di tinggalkan tapi Lorong dan sepertinya seluruh ruangan bercahaya terang. Menaiki tangga hingga tiba di depan sebuah pintu kamar.
Lily masuk dan diikuti pohon itu, lalu dia meletakkan anak yang di bawanya ke atas sebuah Kasur. Lily menganggat tangan kanannya lalu menggenggam dengan keras, seperti memecahkan sesuatu di genggamannya keluar sebuk cahaya berwarna hijau. Serentak dengan genggaman tangan Lily pohon yang menyerupai sosok wanita dewasa itu juga ikut menghilang.
"Tubuhnya menyerap banyak sekali mana, pantas saja tadi dia merasa sangat kesakitan. Apa lagi banyaknya jumlah inti mana pada tubuhnya, ini sangat beresiko. Penyatuan inti mana membutuhkan setidaknya beberapa hari, tapi ini mungkin akan lebih lama."
Sambil memegang dagu dan memiringkan kepalanya Lily bertanya-tanya siapa anak ini, wajahnya tidak asing baginya. Ditengah-tengah kebingungan itu, dahinya tiba-tiba mengkerut karena merasakan sesuatu yang janggal.
"Sebentar, dia sudah menyerap begitu banyak mana tapi kenapa aku tidak merasakan apapun darinya?"
Lily mendekati dan mendang dengan tajam, dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Sangat Langkah untuk seorang peri menunjukan raut wajah terkejut sampai seperti itu.
"Apa ini? Mananya menghilang? Tidak, mana yang di serapnya menjadi padat supaya lebih banyak jumlah mana yang bisa di tampung. Dia menyerap semua inti mana itu dengah mudahnya, sebenarnya seberapa besar kapasitas mana anak ini?"
Inti mana setiap makhluk hidup tidak bisa berubah dari sejak mereka di lahirkan. Jadi, walaupun mereka bisa melatih bagaimana mengelola mana tapi untuk menambah kapasitas mana adalah mustahil. Tapi melihat anak yang di depannya memiliki kapasitas mana jauh lebih banyak dari pada manusia normal membuat Lily sangat penasaran.
(Ini mungkin melanggar aturan tapi aku tidak punya pilihan lain, lagipula karena dia sudah menyerap inti mana Noah berarti aku sudah terikat dengannya. Aku akan mengintip ingatannya untuk mengetahui siapa dia sebenarnya)
Lily memejamkan matanya dan mulai melihat ingatan anak itu, mulai dari hitungan detik, menit, jam hingga beberapa tahun yang lalu. Dengan cepat dia mendapat informasi tentang anak itu.
(Begitu ya, namanya Kuzon, dia bertemu dengan Ralp di Hutan Kehidupan. Anak yatim dari kerajaan Batara, kamu sudah mengalami banyak hal ya.)
Tapi meskipun sudah banyak ingatan yang dilihatnya, tapi Lily masih belum mendapatkan apa yang dia cari.
"Aku harus melihat lebih jauh lagi"
Hingga dia sampai pada ingatan 14 tahun lalu, yang dilihatnya adalah sebuah suasana pagi hari dan terlihat seorang pria menggunakan baju putih mendekat. Terdengar suara tangisan bayi, suara tangisan itu terdengar cukup keras karena tangisan itu berasal dari anak itu sendiri. Pria itu mendekat lalu mengangkat dan menggendongnya.
"Astaga lihat apa yang kutemukan, jagoan kecil yang sangat bersemangat."
Suara pria itu terdengar sangat lembut dan bersahabat.
"Oh jadi namamu Kuzon ya, baiklah mulai sekarang kamu akan menjadi bagian dari keluarga."
Dia mengatakan itu sambil melihat ke bagian belakang, tapi Lily tidak bisa melihat apa yang sedang dilihat pria itu.
(Tidak ada pilihan lain aku harus melihat lebih jauh, sampai sebelum dia lahir)
Lily mencoba melihat setengah tahun lebih jauh, tapi tidak ada apa-apa, yang dilihatnya hanyalah kegelapan.
(Apa?)
Seharsunya jika bayi itu belum lahir maka akan terlihat sudut pandang ibunya dan bila dia belum berada dalam kandungan maka sihirnya akan terputus, tapi yang di lihat Lily hanyalah kegelapan total dan sihirnya juga tidak terputus.
Lily merasakan rasa dingin di punggungnya, keringat juga mulai terlihat di dahinya. Berusaha untuk menghilangkan rasa terkejutnya Lily menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan.
(Aku tidak punya pilihan lain, akan terus kulakukan sampai menemukan sesuatu)
Setelah membulatkan tekadnya untuk melanjutkan mengintip ingatan anak itu, sayap indah di punggungnya mulai bergerak, tapi meskipun begitu dia tidak terbang. Lily melihat lebih jauh hingga 15 tahun melewati setiap satu tahun hingga 20 tahun, 30 tahun, 50 tahun bahkan pada 100 tahun tapi dia tidak melihat apapun, yang dilihatnya tetap sama yaitu kegelapan.
Keringat di dahinya semakin banyak, mana yang di habiskan sudah cukup banyak tapi karena dia memiliki cukup banyak mana dan regenerasi mananya juga cepat jadi itu tidak terlalu mengganggunya. Lily terus melihat setiap tahunnya, lanjut hingga 200 tahun, 201 tahun, 202 tahun… terus 500 tahun.. 600 tahun, 601 tahun… 700 tahun … 800 tahun, setelah mencapai lebih dari 846 tahun secara mengejutkan terdengar suara …
***
"Aku pulang."
"Selamat datang."
Seorang pria memasuki rumah dan ada wanita yang menyambutnya, wanita itu memiliki perut yang besar siapapun yang melihatnya akan mengetahui kalau dia sedang hamil.
"Leila bagaimana kondisi tubuhmu? Lebih baik tidak usah banyak bergerak."
"Yaampun kamu terlalu khawatir Raul, aku baik-baik saja."
"Lebih baik kamu lebih banyak beristirahat karena proses bersalinmu tinggal menghitung hari."
"Hhmp, sudah kubilang aku baik-baik saja.
Leila sedikit mengembungkan pipinya saat membalas perkataan Raul. Meskipun perutnya sudah sangat besar tapi Leila tidak terlihat gugup sedikitpun, malahan dia sangat bersemangat menantikan kelahiran anak pertamanya.
"Tuan, Nyonya ada surat dari istana."
Seorang pelayan tiba-tiba memanggil mereka dari belakang.
"Eh, kurasa itu berisi kemarahan Yang Mulia karena kita tidak datang hari ini."
Sedang terjadi pesta besar di kerajaan ini, banyak orang berkumpul di ibukota untuk merayakan ulang tahun pangeran pertama. Bahkan orang yang bekerja di luar kerajaan dan yang sedang merantau berusaha untuk pulang.
Raul mengambil surat itu dari pelayan, lalu duduk salah satu kursi yang ada di ruangan itu. Sementara sang pelayan langsung pergi meninggalkan mereka berdua setelah menyerahkan suratnya. Leila mengikuti Raul dan duduk di kursi yang ada di depannya.
"Lebih baik berhenti memanggilnya Yang Mulia, sekarang dia adalah kakakmu."
"Meskipun kamu bilang begitu…"
"Atau supaya lebih akrab panggil namanya saja, seperti Noah."
"Oii, mana mungkin aku memanggilnya begitu."
"Hahaha kamu terlalu mengaguminya, padahal jabatanmu tidak terlalu jauh darinya."
Leila terawa cukup keras sementara wajah Raul terlihat sedikit serius.
"Mau bagaimana lagi setiap orang di kerajaan ini pasti mengaguminya, termasuk juga aku."
"Kenapa kamu bangga sekali mengatakannya?"
"Ya memang begitu adanya."
Setelah mengatakan itu Raul kemudian membuka surat yang ada ditanganya dan membacanya.
"Apa isinya?"
"Syukurlah sepertinya dia tidak marah, Ooh dan dia tetap ingin kita datang nantinya, kita bertiga."
Raul memperlihatkan senyum lebar di wajahnya, Leila membalas senyumnya dengan lembut sambil mengelus perutnya.
"Kamu dengar itu Kuzon? Pamanmu juga menantikan kelahiranmu."
Raul berdiri dari kursinya lalu mendekat kearah Leila, Raul ikut mengelus perut Leila dan juga menempelkan pipinya.
"Cepatlah lahir nak, kami sudah tidak sabar untuk memperlihatkan betapa indahnya dunia ini."
Keduanya tersenyum.
Setelah itu mereka makan siang bersama dan Raul pamit kepada Leila untuk melakukan beberapa urusan. Seperti biasanya Leila menghabiskan waktunya di rumah, membaca buku hingga sore tiba sambil memandang keluar jendela menghadap kasti tempat tinggalnya dulu.
Sedang ada pesta besar di istana, banyak warga yang bersorak merayakan ulang tahun pangeran. Warga datang karena keinginannya sendiri bukan paksaan, karena semuanya sangat menghormati dan mangagumi Yang Mulia Raja.
Leila melihat titik merah di atas istana, awalnya dia kira itu adalah kembang api, tapi titik merah itu melebar dan semakin lebar seakan tidak akan berhenti, lalu…
"Asap apa itu?"
Dari kejauhan terlihat suatu gumpalan asap hitam yang besar di depan istana, merasakan sesuatu yang buruk sedang terjadi Leila mencoba untuk berdiri dan keluar dari ruangan. Suatu hentakan kaki yang cukup keras terdengar datang kearah ruangan tempat Leila berada, seketika seseorang membuka pintu dengan keras.
"Nyonya apa Anda tidak apa-apa?"
Yang datang adalah salah satu pelayannya, pelayan itu terlihat kehabisan nafas akrena berlari.
"Aku baik-baik saja, apa kamu tahu apa yang sedang terjadi di depan istana?"
Pelayan itu menggelengkan kepalanya.
"Kuda-kuda di belakang tiba-tita ketakutan, setelah itu terlihat asap di arah istana"
"Apa kamu tahu dimana Raul?"
"Tuan tadi pergi untuk mengrus transaksi gandum."
Pelayan itu terlihat panik, dan Leila juga begitu, mereka tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi di istana, titik merah itu juga semakin lebar dan sebentar lagi akan tepat berada di atas mereka.
"LEILA!!! LEILAA!!!"
Terdengar suara teriakan seorang pria, Leila melihat keluar jendela dan terlihat seseorang pria sedang menaiki kuda sambil meneriaki namanya. Itu adalah Raul, ekpresinya terlihat panik dia menaiki kuda dengan sangat cepat menuju kearahnya.
"CEPAT PERGI!!! KELUAR DARI RUMAH DAN LARILAH SEJAUH MUNGKIN!!"
Leila bingung kenapa dia harus lari, dan yang lebih membuatnya bingung adalah ekpresi wajah dari suaminya. Bagaimana bisa seseorang yang menjabat sebagai Perdana Menteri dan juga menguasai sihir tingkat 6 membuat ekpresi wajah seperti itu, sebuah ekpresi ketakutan.
Tidak lama kemudian Leila tahu alasan kenapa Raul menyuruhnya lari, terlihat sesuatu datang dengan sangat cepat kearah rumah mereka. Leila tahu dengan pasti apa itu, sesuatu yang berbentuk hitam dan panjang dengan cepat menuju kearahnya. Itu adalah sihir [Destruction] apa lagi itu sepertinya ada pada tingkat tertinggi yaitu 6/7. Leila sadar bahwa mustahil baginya untuk lari, satu-satunya yang mampu menghentikan sihir itu adalah kakaknya Noah, yang tidak lain adalah Yang Mulia Raja dan juga peri tanah yang menjalin kontrak dengannya yaitu Lily. Suaranya bergetar dan air mata menetes dipipinya.
"Raul tolong…"
Seketika terjadi ledakan besar yang membuat telinganya berdengung, seluruh tubuhnya terasa sakit. Leila tidak tahu alasan kenapa dia bisa selamat, semua debu di sekitarnya menghalangi penglihatan. Leila mencoba untuk berjalan tapi dia tidak bisa, dia seperti terhalang oleh dinding yang tidak terlihat. Perlahan debu yang menghalang penglihatannya mulai menghilang, yang diliat diatasnya adalah sesuatu seperti kubah merah yang menutupi seluruh area kerajaan.
Tubuhnya seketika manjadi lemas Leila tidak sanggup untuk berdiri. Leila merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya, terasa seluru mana dalam tubuhnya terkuras hingga tidak tersisa. Leila mencoba untuk sedikit bergerak, dinding tidak terlihat yang tadi menghalangnya sepertinya sudah tidak ada. Tapi saat akan berseger tubuhnya seperti menabrak sesuatu, itu bukanlah batu atau dinding tapi tubuh manusia, tergeletak tidak berdaya di tanah.
Air mata mengalir deras dari matanya, kepalanya sakit dan perutnya mengalami kontraksi saat dia mengetahui siapa yang tergeletak itu. Itu adalah suaminya, Raul mengalami pendarahan parah dan tidak bergerak sedikitpun.
'RAULL!! RAULL!! TIDAK!! TIDAK!!! TIDAK!!!! Bangunlah! Kumohon jangan tinggalkan aku!! Bukalah matamu, kumohon bagunlah…"
Suaranya yang awalnya keras berubah menjadi bergetar, dia mancoba meminta bantuan tapi tidak ada siapapun di sekitarnya. Pelayan yang tadinya juga berada di ruangan yang sama dengannya juga tidak terlihat dimanapun.
"Raul kumohon bangunlah… anak kita akan segera lahir... bukankah kamu ingin menjadi orang yang pertama kali berbicara denganya? Kamu akan segera menjadi seorang ayah, kumohon bukalah matamu Raul.. oh dewi kenapa ini terjadi?"
Tidak hanya menggerakan tubuhnya tapi berbicarapun sudah semakin sulit baginya, Leila sudah mengetahui siapa pelaku semua ini. Hanya mereka satu-satunya yang bisa menggunakan sihir [Destruction], tapi kenapa mereka menyerang sekarang? Seketika Leila tersadar dan semakin takut tentang kebenaran tujuan pelaku penyerangan, kalau di pikir lagi sekaranglah waktu yang tepat disaat kami semua ada disini dan disaat kami terlena akan kegembiraan.
"Tujuan mereka adalah pembasmian total."
Leila sadar bahwa kemungkinan baginya untuk selamat adalah mustahil.
"Dewi kumohon jika engkau dengar, kumohon selamatkanlah anakku, tolong lindungilah dia, kumohon setidaknya anakku saja."
Tidak sanggup berbicara lagi Leila terbaring lemas di sebelah Raul, perutnya yang merasa kontraksi dari tadi terasa semakin keras. Leila sadar bahwa jika dia melahirkan anaknya sekarang, anaknya hanya akan dibunuh.
Kemudian dia menggerakkan tangannya kearah perut, Leila kehabisan pilihan tubuhnya sekarang tidak memiliki mana. Satu-satu pilihannya sekarang adalah untuk berbuat nekat, Leila berniat untuk menyegel janin yang ada di perutnya menggunakan sisa energi kehidupannya. Perutnya sangat keras, Leila sudah tidak sanggup untuk menahan kontaraksi pada perutnya dan lalu…
Yang keluar bukanlah seorang bayi manusia tapi sebuah terlur, telur yang terlihat sangat keras.
***
Ingatan yang bisa dilihat Lily terputus, tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada teluar itu tapi setelah lebih dari 800 tahun telur itu ditemukan oleh seorang pria di pinggir sungai dalam keadaan sudah menetas.
Lily menangis tersedu sedu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang kecil, setelah mengetahui kebenaran rasa sedih, kagum dan bangga kepada sosok ibu yang berjuang demi menyelamatkan anaknya.
"Luar biasa Leila kamu sangat luar biasa, kamu benar-benar ibu yang sangat hebat. Terimakasih berkatmu darah Lemuria masih mengalir di dunia ini, luar biasa kakakmu pasti juga sangat bangga."
Lily melepaskan tangan dari wajahnya dan mulai berdiri.
"Raul, Leila kalian beristirahatlah dengan tenang, aku berjanji akan merawat buah hati kalian dan membantunya menggapai apa yang dia inginkan."
Sambil mengingat kedua wajah mereka berdua, Lily menyentuh kening anak yang sedang tidur di depannya, sambil tersenyum Lily mulai mengelusnya dengan lembut.