Sinar matahari mulai menerobos masuk di balik kaca bening kamar Starla. Sinar maMenarik badannya ke atas merenggangkan otot otot yang terasa kaku saat tidur dengan mulutnya menguap lebar. Membuka ke dua mata buatnya perlahan . Matanya berputar melihat sekeliling ruangan yang penuh dengan nuansa Holloween dengan ranjang putih selimut bergambar panda binatang kesukaannya. "Apa aku sedang di alam mimpi" Batin Starla mencoba menampar wajahnya mencubit tangan mulusnya. " argggg... sakit... ini bukan mimpi" senyum sumringah terpancar di wajah cantik gadis itu.
Gadis itu segera bangun meloncat loncat kegirangan akhirnya bebas juga dari para Vampire peminum darah.
Ia berjalam terburu-buru membuka pintu kamar berlari, berteriak memanggil mama nya. " mama.... kakek...nenek.. kalian di mana" Starla terdiam seketika teriakan yang begitu keras namun tidak ada jawaban sama sekali. Kakinya melangkah perlahan menelusuri setiap ruang di rumah kecilnya yang terlihat sangat tua, tangga menuju ke atas yang sudah mulai lapuk, atap rumah penuh dengan lubang kecil, jika hujan seperti lautan dalam rumah, jendela yang terbuat dari papan lapuk. Serta pintu kecil dari papan kayu.
Suasana rumah terlihat sangat sunyi tak terdengar tanda -tanda kehidupan hanya suara detak jam yang terdengar jelas di telinganya. "Di mana mereka.... apa mereka sedang keluar" Starla memutar badan melihat suasana sekelilingnya.
" Ada apa kamu teriak seperti itu" suara berat lelaki itu membuat ia mengernyitkan dahinya. Ia sontak menoleh menatap sosok lelaki yang sudah gadis itu kenal. " kamu?" Nada terkejut dengan mata melotot menunjuk tangan ke arah lelaki di depannya.
" Robert kenapa kamu di sini, ini sebenarnya di mana? Kenapa kamu bisa di rumahku?" Starla melangkah demi langkah endekati Edbert mengangkat tangan menyentuh ke dua pipi lelaki itu yang terasa sangat dingin seperti es.
Edbert hanya tersenyum tipis menatap Ayala. Dia menarik tangan kanan Starla ke atas memeluk pinggangnya masuk ke dalam dekapan dingin tubuhnya. Wajahnya semakin mendekat mencium bibir tipis Starla.
Gadis mungil itu terkejut seketika kelopak mata tertarik ke atas. Namun aroma tubuh yang berbeda dari biasanya tercium di indra penciuman Starla. " kamu bukan edbert" Starla mendorong kasar tubuh lelaki di depannya itu.
Seketika lelaki itu berubah wujud menjadi sosok lelaki lain yang sepertinya ia kenal. Lelaki itu tersenyum manis memandang Starla. " ternyata kamu sudah tahu, kamu baru beberapa hari kenal dengan Erbert sudah bisa mencium aroma tubuhnya" lelaki itu berjalan mendekati Starla dengan langkah demi langkah.
" kamu siapa?" Nafas Starla semakin terenga enga ketakutan mulai nampak di wajah cantiknya. Gadis itu berjalan mundur.
" tidak perlu tahu aku siapa, aku hanya menginginkan darahmu" lelaki itu semakin mendekat pada Starla.
" jangan mendekat, atau aku akan teriak" Starla terus berjalan perlahan mundur hingga terpojok di dinding rumahnya.
Bayangan hitam datang melesat bagai angin membuat Starla menutup matanya seketika. Bayangan itu sangat cepat ia tidak dapat melihat jelas. Perlahan membuka kelopak mata indahnya. Ia menatap ada seorang lelaki mencekik leher lelaki di depannya. " Nick " Starla tersenyum simpul melihat Nick di depannya.
" apa kamu bodoh jika kamu meminum darah dia, kamu sendiri yang akan mati Mike" Nick mendorong keras tubuh saudaranya itu.
" apa kamu juga bermaksud untuk memiliki gadis itu? aku yakin kamu ingin memeliki karena ingin menguasai dunia ini kan. begitu munafik kamu tidak menginginkan itu" Mike mendorong Tubuh Nick ia terlihat sangat marah pada Nick yang menggalkan rencananya.