Rudie mengurut pelan pelipis matanya dengan kedua tangan. Dia mencemaskan nasib masa depan anak laki-lakinya itu. Bagaimana jika orang tua Soraya tahu kondisi anaknya sendiri?
Bagaimana pula jika kedua orang tua Soraya tidak bisa sebijak dirinya dalam menanggapi masalah anak-anaknya. Bagaimana jika tiba-tiba anaknya mendapatkan hadiah bogem mentah?
Ah, kepala Rudie menjadi semakin sakit dibuatnya. Dia minta dibuatkan secangkir kopi kepada sang isteri saat Liam dan Soraya sudah menghilang dari hadapannya. Rudie masih betah duduk di sofa halaman belakang rumah.
Suara jangkrik mulai terdengar, tanda hari semakin larut. Rudie mengambil sekotak rokoknya di atas meja. Lalu menyulutnya sebatang. Sambil memikirkan beberapa kemungkinan yang akan dihadapi anaknya nanti.
Begitulah Rudie, dia tidak ingin anaknya menderita. Walaupun dia tidak pernah mengatakan rasa cintanya, dan tidak pernah mengungkapkan rasa sayangnya pada anak itu. Batinnya berkecamuk! Dia di ujung kegalauan.