"Loving me is a big mistake you made, and it really benefits me."
☘️☘️☘️
Hans langsung berdiri dan berkata, "Ah tidak masalah, Mr. SS silakan duduk," ucap Hans ramah.
Lelaki ber-topeng itu tidak langsung duduk melainkan melihat ke arah Achiera dan menatap dengan tajam hingga beberapa saat. Hans menyadari hal tersebut membuatnya sedikit jengkel serta bertanya-tanya dalam hati.
Namun, seorang Hans adalah seseorang yang sangat profesional, mengerti menempatkan situasi. Dengan ramah dia mengulang perkataannya,
"Ekhemm...." Hans sengaja terbatuk kecil. "Mr.SS silakan duduk," tawar Hans lagi.
Seketika, lelaki ber-topeng tersebut buyar dari aksinya memandang Achiera dan langsung segera menarik kursi untuk duduk.
"Apa Anda hanya seorang diri saja? Asisten Anda, ada di mana?" tanya Hans basa-basi.
"Jika saya sudah datang, Asisten saya tidak akan ikut, saya mampu menghandle semuanya," jawab lelaki ber-topeng itu tersebut.
"Wow orang hebat seperti Anda tidak membawa asisten saat meeting? Anda memang terlalu murah hati seperti yang diberitakan." Hans berdecak kagum.
"Saya merasa sangat terhormat, Mr. SS sendiri yang datang ke perjanjian meeting kita hari ini, karena dari info yang saya dapatkan, biasanya kehadiran Anda selalu di wakilkan oleh asisten atau sekretaris. Dan ini sungguh di luar prediksi saya, Mr. SS yang merupakan Ceo besar, memiliki waktu luang untuk meeting dengan saya," ucap Hans merendah.
"Anda terlalu memandang tinggi saya Mr. Hans, anda sendiri pun orang besar yang bahkan menguasaikan hampir seluruh negara F ini, mau meluangkan waktu dan turun tangan sendiri untuk datang meeting dengan perusahaan kami, merasa sangat terhormat sekali untuk itu," balas Lelaki ber-topeng tersebut.
"Itu tidak sebanding dengan Anda, yang bahkan menguasai hampir seluruh negara Eropa. Saya bukan apa-apanya dari Anda," ucap Hans.
"Oh iya, apa Anda membutuhkan sesuatu, misalnya makanan atau minuman? Asisten saya boleh memesannya," tawar Hans lagi.
"Saya mau coffe late panas," jawabnya lelaki ber-facemask itu singkat.
"Achiera tolong pesankan coffe latte panas 2," perintah Hans.
"Kenapa harus dia yang pergi? Kenapa tidak waiters yang datang sendiri?" tanya lelaki ber-topeng itu menghalangi ketika Achiera hendak pergi melangkah. "Telepon sajalah jika kita ingin memesan sesuatu," lanjutnya.
Achierara melihat ke arah Hans dengan bahasa isyarat, Hans pun menyuruhnya untuk tetap duduk.
"Baiklah Mr.SS, apa kita sudah boleh mulai meetingnya?" tanya Hans dengan sopan.
"Ya tentu silakan," balas Mr SS.
"Ini adalah data-data untuk kontrak kerja sama kita. Anda boleh melihatnya terlebih dahulu sebagai bahan pertimbangan," ucap Hans sambil menyodorkan beberapa tumpukan dokumen.
Achiera yang duduk di samping Hans, terlihat serius membantu Hans dalam meetingnya.
"Seorang wanita yang tangguh," batin lelaki ber-topeng itu, karena memang sedari tadi dia tidak meluputkan pandangannya sedetik pun dari Achiera.
Beberapa saat kemudian, hasil akhir dari meeting selesai. Achiera meminta undur diri kepada Hans, untuk pergi ke toilet. Setelah itu, selang beberapa saat Hp dari lelaki ber-topeng itu berbunyi dengan sopan dia izin undur diri juga untuk mengangkat telepon kepada Hans yang sedang duduk serius dengan laptop.
☘️☘️☘️
"Hai Achiera, kita bertemu lagi...!" sapa Steven yang tiba-tiba sudah berdiri di pintu toilet yang tidak jauh dari pintu ruang meeting mereka.
"Eh Steven...?" ucap Achiera sedikit mencari karena terkejut.
"Hai! Apa kabar?" tanya Achiera. "Kamu kok bisa ada sini?" lanjutnya.
"Aku datang bersama dengan majikanku, dan dari jauh aku melihatmu pergi ke arah toilet. Ya aku menunggumu di sini. Kebetulan sekali, kita bisa bertemu di sini setelah lama kita tidak bertemu. Terakhir itu hari di mana saat kamu ingin pulang dan aku beruntung bisa menjengukmu sebelum pulang. Karena kalau tidak, mungkin kita tidak akan bertemu sama sekali," tutur Steven.
Achiera menarik Steven ke sudut dinding. "Steven, aku di sini menemani atasanku meeting dengan Klien besarnya. So, aku tidak memiliki waktu untuk berbicara lama denganmu. Maaf Steven, tetapi meeting kami sudah mau berakhir dan kami harus kembali ke kantor. Sekali lagi terima kasih buatmu dan sampai bertemu kembali," ucap Achiera lalu menundukkan sedikit kepalanya dan melangkah hendak ingin pergi.
Setelah beberapa langkah Achiera berjalan, Steven memanggilnya kembali. "Achiera tunggu sebentar saja," pinta Steven menghentikan langkah kaki Achiera.
Achiera berhenti dan berbalik melihat ke arah Steven.
"Ya Steven, ada apa....?" tanya Achiera lembut.
"Apa pertemuan denganku membuatmu menderita sehingga, kau selalu menghindariku, Achiera?" tanya Steven begitu sampai di dekat Achiera.
"Tidak Steven, bukan seperti itu. Hanya saja, saat ini aku sedang kerja dan kondisinya tidak tepat. Mungkin lain kali kita bisa bertemu dalam suasana yang lebih tepat. Contohnya, saat aku lagi luang," ucap Achiera tersenyum kecil.
"Bagaimana caranya, aku tahu kapan waktumu luang atau tidak, kalau kau tak mau memberikan nomor ponsel-mu untuk kuhubungi, karena terakhir kali aku memberimu nomor pinselku, tetapi sampai sekarang kau tidak menghubungiku sama sekali," protes Steven.
"Sini ponselmu, aku akan save nomorku," tawar Achiera.
"Terima kasih Achiera," ucap Steven sungguh-sungguh ketika Achiera hendak pergi.
"Kenapa lama sekali kau dari toiletnya?" tanya Hans begitulah Achiera sampai di ruang meeting tersebut.
"Tadi di toilet aku tidak sengaja bertemu teman semasa sekolah dulu, lalu kami berbicara sedikit," jawab Achiera sedikit gugup.
"Bertemu teman sekolah atau sengaja bertemu Mr. SS?" tanya Hans mengintimidasi.
"Mr SS.....?" Achiera berbalik tanya karena heran.
"Setelah kau pergi ke toilet, Mr. SS pergi juga dengan alasan mengangkat telepon, tapi sampai sekarang tidak kembali. Mungkin sebentar lagi karena kau sudah masuk," jelaskan sinis.
"Kenapa kau berpendapat seperti itu.?" ternyata Achiera lebih heran lagi.
"Kenapa tidak, tadi begitu dia tiba ke sini, dia langsung menatapmu dengan lama dan berhenti setelah aku sapa kembali," jelas Hans.
"Hans, kau terlalu berpikir berlebihan. orang besar seperti Mr.SS itu tidak mungkin mau mencuri waktu hanya untuk bertemu denganku," jelas Achiera tenang.
"Lagian apa yang mau dilihat dari aku? Aku bukan seseorang yang pantas untuknya," lanjut Achiera masih tenang.
"Aku harap begitu, ingat ini baik-baik Achiera Grey, aku tidak bisa mentoleransi sebuah penghianatan!!" tegas Hans.
Steven langsung menghentikan langkah begitu menyaksikan suasana tegang antara Hans dan Achiera. Dia berdiri dibalik pintu dan berhasil mendengar seluruh percakapan dari keduanya.
Setelah semuanya terkondisikan, dengan sangat profesional Steven melangkah masuk, lalu berdeham kecil. Tak lupa dia mengenakan topeng-nya sebagaimana ciri khasnya,
"Maaf telah membuat Anda sekali lagi menunggu Mr.Hans, tadi saya ada panggilan darurat. Karena kita sudah memiliki kesepakatan akhir dari meeting kita hari ini, dengan sangat minta maaf, saya mengakhiri pertemuan kita hari ini dan mohon undur diri. Untuk selanjutnya, kita akan menjadwalkan pertemuan di kemudian hari," ucap Steven lalu mengulurkan tangannya sebagai tanda kesepakatan di antara mereka.
Hans membalas uluran tangan Steven dan mereka berjabatan tangan sebagai tanda 'deal' dari kerja sama yang di rencanakan, lalu mereka berpisah.
Di lobby, ketika hendak masuk ke dalam mobil, ponsel Hans terus berbunyi. Dengan santai, dia melihat nama yang tertera di layar itu, dan ternyata yang menghubunginya adalah dokter William. Seorang Dokter Onkologi yang dipilih untuk mengobati Hazel.
"Selamat siang dokter William, ada apa..?" tanya Hans ramah, begitu menjawab panggilan teleponi itu.
"Saya ingin minta maaf Mr.Hans, saya tidak bisa menepati temu janji yang telah kita jadwalkan untuk memeriksa Nona Hazel, dikarenakan saya mengalami sebuah kecelakaan kecil di perjalanan, ketika hendak ingin ke rumah sakit. Saya berjanji akan melakukan pemeriksaan dan pengobatan ketika saya sudah baikan, soon," jelas dokter William.
"Apakah ada luka yang serius dokter William?" tanya Hans khawatir.
"Tidak perlu khawatir Mr.Hans, semuanya dapat teratasi. Saya hanya perlu sedikit istirahat," balas dokter William ramah.
"Bagus kalau begitu. Nanti ketika saya ada waktu luang, akan datang menjenguk Anda sekaligus ingin mengetahui detailnya tentang incident yang anda Alami," ucap Hans memutuskan pembicaraan mereka.
"Apa yang terjadi Hans..?" tanya Achiera.
"Dokter yang akan menangani Hazel mengalami kecelakaan, jadi konsultasi Hazel ditunda sampai dia kembali pulih." tutur Hans.
"Kenapa kebetulan begitu ya?" tanya Achiera.
"Mungkin sudah takdir mereka belum bisa bertemu. Yang aku khawatirkan adalah penyakit Hazel bertambah parah," ucap Hans lemah.
Mendengar dan menyaksikan Hans begitu peduli terhadap kondisi seseorang membuat hati Achiera sakit. Untuk menutupi rasa sakit itu, ia hanya mampu tersenyum kecil seakan-akan dia baik-baik saja.
"Aku paham, apa yang kau rasakan," ucapkan Achiera dalam balutan senyum.
"Achiera..." panggil Hans pelan, setelah beberapa saat kemudian.
Achiera menoleh dan menatap sayu ke arah Hans tanpa berbicara.
"Kau tidak masalah kalau turun di sini dan kembali ke kantor dengan taxi atau kendaraan alternatif lainnya? Aku mau pergi menjemput Hazel. Mungkin saja sekarang, dia sedang menunggu dokter William. Kau sendiri tahu, penyakitnya akhir-akhir ini sering kambuh dan jika dia nanti pingsan di jalankan lebih mengkhawatirkan lagi," jelas Hans hampir memohon.
"Tapi bos itu?" cegah Liu tiba-tiba ketika mendengar permohonan Hans itu.
"Tentu tidak masalah, nanti aku akan kembali ke kantor naik taksi. Liu tolong hentikan mobilnya di sini," ucap Achiera setengah hati.
"Atau begini saja Achiera, apa kau mau kita bersama-sama menjemput Hazel.?" tanya Hans basa-basi.
"Tidak perlu, kau saja yang pergi. Liu tolong pinggirkan mobilnya," ucap Achiera mantap.
Dengan patuh tanpa banyak bicara, Liu segera menekan pedal rem mobil yang dia padu, begitu melihat sorot mata Hans yang seakan membunuh dari kaca Spion.
"Nanti ketika kau tak kunjung mendapatkan taxi, segera telepon aku, aku akan menyuruh orang kantor untuk menjemputmu," ucap Hans sebelum Achiera keluar dari mobil.
Achiera tersenyum sinis, ketika melihat mobil Hans melaju semakin jauh darinya.
"Dan Hazel lagi....!" ucap Achiera dalam hati.