Chereads / Kisah Mitos : Rasuk / Chapter 5 - 004

Chapter 5 - 004

"Sudah, Ma. Kaki Naffa udah enakan kok!"

Bu Evi masih khawatir pada Naffa yang kini tengah duduk seraya menggenggam secangkir teh hangat. Telapak tangan yang sudah dibaluri oleh minyak kayu putih tersebut mengusap lembut lutut anaknya. Sementara itu, aku dan Virya mencoba mengembalikan kasur yang terbalik di sebelah mereka menjadi seperti semula.

Berat, cukup berat.

Apa Naffa bisa membalikkan benda ini sendirian?

"Kasur ini akan sulit dibalikkan karena letaknya menempel tembok. Harus kita berdirikan dulu. Kamu tahu apa itu artinya?" ujar Virya di sampingku. "Cukup mustahil kasur ini masih menempel di tembok dengan posisi terbalik seperti ini."

Yang mana maksud Virya adalah, ini ulah makhluk lain yang berkekuatan mistis, kan?

Aku tahu maksudnya. Bagaimanapun juga cukup sulit untuk membalikkan kasur ini pada posisi yang aneh seperti sekarang. Tapi masih bisa saja terjadi, kan? Kemungkinan ini semua adalah ulah manusia tidak sepenuhnya tak ada sama sekali.

"Pak Ananta di mana ya, Bu?" tanyaku setelah berhasil mengembalikan kasur Naffa seperti semula bersama Virya.

"Kayaknya di ruang kerja Kakek, Mas. Biasa kalau malam suami saya lanjut kerja di sana. Itu lho, Mas, bangunan di ujung sana. Pasti yang tadi enggak kedengaran."

"Hmm, apa kita perlu panggil Pak Ananta, Bu?"

"Enggak usah, Mas. Nanti suami saya marah-marah lagi kayak tadi. Bagus malah kalau enggak kedengaran."

Yah, aku juga tidak bisa memaksanya. Karena itu, aku beralih memandang Virya. "Jadi mau bagaimana sekarang?"

Virya bilang kalau Naffa diguna-guna. Aku tidak tahu prosesnya bagaimana dan kapan serangan selanjutnya akan terjadi lagi. Namun, Virya memperingatiku kalau kita tak perlu membahasnya sekarang. Dia bilang malam ini akan aman, membuatku cukup bernapas lega mendengarnya.

"Sebaiknya kita istirahat dulu. Bu Evi, bisa jaga Naffa tidur di ruangan lain?"

Bu Evi mengangguk kepada Virya. "Bisa, Mbak. Kamar pembantu saya kebetulan kosong. Tapi apa enggak apa-apa, Mbak? Nanti kalau ada gangguan lagi bagaimana?"

"Gangguan gaib perlu energi besar untuk terjadi, Bu. Jadi seharusnya sudah enggak ada lagi, minimal sampai besok."

Masih sedikit ragu, Bu Evi memegang kedua bahu anaknya. "Baiklah kalau begitu, Mbak. Semoga enggak terjadi apa-apa lagi. Ayo, Nak."

Sembari menuntun Naffa, Bu Evi keluar dari kamar ini. Tak lupa beliau mengucapkan selamat malam sebelum masuk ke kamar pembantunya, meninggalkan aku dan Virya sendirian sekarang.

"Hei," mulaiku bicara. "Kata Bu Evi, ada kamar pembantu yang kosong. Kenapa kita diberi satu kamar saja?"

Virya mengangkat kedua bahunya. "Entahlah. Bisa jadi Bu Evi enggak enak memberi kita kamar pembantu. Yang jelas, sebaiknya kita istirahat sekarang. Kita lanjutkan besok."

Aku hanya mengangguk saja dan mengikutinya kembali ke kamar. Tentu saja aku yang tidur di sofa sementara Virya tenggelam dalam selimut besar di kasur yang tampak empuk tersebut. Aku hanya bisa menatapnya dari sofa seraya membayangkan betapa nyamannya tidur di sana.

"Kamu yakin enggak mau tidur di kasur?" ucap Virya tiba-tiba.

Dalam hati, aku langsung gusar mendengar pertanyaan tersebut. Berbagai macam pemikiran muncul begitu saja dan tak terbendung. Namun, aku mencoba untuk tetap tenang dan menjawabnya. "Enggak salah, nih, kamu sepercaya ini sama orang asing?"

"Maksudku, kita tukaran tempat tidur."

"Ah…"

Sialan, aku salah terka.

"Bukannya mau asal percaya, sih," lanjut Virya. "Aku saja dari awal enggak tahu caranya percaya sama orang asing."

"Enggak cuma kamu, aku juga sama," balasku gamblang.

"Tapi kayaknya, aku bakal coba buat percaya sama kamu."

Aku langsung bangun terduduk, setengah terkejut, seraya menatap Virya yang langsung membalikkan badan dan kurasa, sudah mulai menutup matanya. Bisa kudengar napas lembut yang terhembus berirama darinya sejenak kemudian, membuatku mengacak kesal rambutku.

A-Apa maksudnya?

Bagaimana aku bisa tidur jika digantungkan seperti ini?!