Di kantor kepala sekolah…
"Siapa kamu…?" pak kepala sekolah tersentak kaget melihat seorang pria misterius datang menerobos masuk ke dalam ruangannya sambil mengendong salah satu mahasiswanya.
"Aku adalah walinya Yu Xi. Dia terluka dan butuh istirahat." Kata Lu Zhen Yang.
"Jika ini ketahuan oleh pak kepala sekolah, aku tidak hanya akan menjadi terkenal di sekolah…." batin Yu Zi. "Tapi aku juga tidak akan bisa menjalani hidup dengan tenang."
"Heum? Wali Yu Xi?!" batin pak kepala sekolah menatapi mereka. "Pria ini terlihat bukan orang yang baik!"
"Aku tahu situasi keluarga Yu Zi, harus hati-hati dengan pria aneh ini!" batin pak kepala sekolah lagi, sambil menatap ke arah Yu Xi. "Luka Yu Xi juga terlihat parah kelihatannya. Banyak luka lecet di bagian kulit tangan dan…. Luka berdarah tembus di bagian bawah gaunnya! Mungkinkah ulah pria ini?! Apa dia telah memperkosa Yu Xi?!"
"Aku tidak ingat wali Yu Xi ada orang seperti mu." kata pak kepala sekolah.
"Cepat turunkan Yu Xi!" pinta pak kepala sekolah.
"Yu Xi, jika ada yang tidak beres, kamu harus segera beritahu bapak!" bisik pak kepala sekolah. "Bapak pasti akan menyelamatkan mu!"
"Jadi, Lu Zhen Yang dianggap orang jahat?" batin Yu Xi bengong. Heran jadinya.
"Humph! Hahahahahaha…." Yu Xi jadi tertawa terbahak-bahak karena sangking lucunya. Bahkan tawanya melenking sampai membuat Lu Zhen Yang kelihatan kesal. Seperti kena olok-olok saja.
"Hmmm!" gumam Lu Zhen Yang kesal.
"Gawat, sepertinya dia jadi kesal." batin Yu Xi jadi merinding.
"Uh, anu Pak Kepala Sekolah… dia itu benar-benar wali ku kok. Hanya saja hubungan kami sedikit spesial." kata Yu Xi berdusta.
"Hubungan spesial?!" pak kepala sekolah itu tidak percaya.
"Yu Xi, kamu yakin? Kamu benar-benar tidak dipaksa olehnya kan?" tanya pak kepala sekolah khawatir. "Tidak usah takut, bapak ada di sini, jadi jika kamu di ancam…"
Lu Zhen Yang jadi marah. Dia pun menurunkan Yu Xi dan melapaskan masker beserta kacamata hitam itu.
"Kamu anggap aku apa, hah?" kata Lu Zhen Yang kesal. "Lihat dengan jelas, aku ini siapa!"
"Eh…. tuan muda Lu… Kenapa tuan muda Lu ada di sini?!" pak kepala sekolah itu tersentak.
"Ini gawat! Ternyata gadis ini bukan orang yang mudah diganggu." batin pak kepala sekolah.
"Sejauh yang aku tahu, ada kasus bullying di sekolah mu ini! Bukankah sudah waktunya untuk mengurusi hal ini?" kata Lu Zhen Yang dengan tatapan aura membunuh.
"Ya Ya Ya! Aku akan mengurusnya sampai akhir! Tidak akan tolerir untuk masalah ini!" kata pak kepala sekolah itu segera dengan ketakutan.
"Dari tatapan membunuh tuan muda Lu, sepertinya hubungan mereka bukan hanya "wali", bukan?!" batin pak kepala sekolah.
"Tuan muda Lu, istirahatlah! Tinggalah di sini dulu!" kata pak kepala sekolah. Pria tua ini pun mengerti situasi dan segera angkat kaki meninggalkan mereka berdua.
Lalu Lu Zhen Yang pun mendudukan Yu Xi di meja. Dia pun mengambil alkohol, betadine, katembat dan perban untuk mengobati luka Yu Xi.
"Benar juga, Tuan Muda Lu, Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Yu Xi.
"Aku tadi niatnya datang untuk menjemput mu." jawab Lu Zhen Yang. "Awalnya, aku melihat kamu sedang sudah melangkah ke depan gerbang, lalu bertengkar dengan beberapa gadis itu. Setelah itu, kamu kembali lagi dan tidak muncul-muncul. Jadi, aku merasa ada yang tidak beres. Lalu, aku pun mengikuti mu."
"Kamu tidak perlu repot-repot seperti itu, tuan muda Lu." kata Yu Xi.
"Seharusnya aku terus mengawasi mu. Hanya sebenta saja tidak mengawasi mu, jadinya…." tatapan Lu Zhen Yang pun sangat dingin. "Kamu terluka!"
Lelaki itu pun tanpa basa basi lagi langsung menaikkan gaun Yu Xi ke atas. Tapi tangan Yu Xi segera menahannya.
"Hei! Apa yang kamu lakukan?!" wajah Yu Xi sudah merona.
"Gila! Apa yang akan dilakukan olehnya?" batin Yu Xi panik. "Jangan-jangan dia…"
"Aku mau mengobati luka mu." jawab Lu Zhen Yang. "Lukanya sudha terbuka, bisa infeksi nanti."
"Itu…" Yu Xi jadi malu. "Bagian itu, biar aku saja yang obati! Tuan muda Lu, kamu ini kan lela…."
"Bagian itu?" Lu Zhen Yang pun membuka selangkaan kaki Yu Xi. "Apa kamu malu, jika dilihat oleh ku?"
"Yu Xi pun secepatnya menutupi dengan tangannya.
"Hei! Ini bukan masalah malu atau tidak malunya! Tapi ini masalah dengan harga diri!" batin Yu Xi panik. "Wah! Jangan sentuh di bagian sana!"
Plak! Lu Zhen Yang pun menepuk pantat Yu Xi tanpa segan-segan.
"Ah!" Yu Xi tersentak melihat pantatnya tiba-tiba ditepuk.
"Jangan lupa bahwa kamu sekarang ini sedang terluka!" Lu Zhen Yang mengingatkan. Tatapan matanya sangat dingin dan diselimuti dengan aura membunuh. "Sebagai pasien, tolong mengerti. Aku akan mengobati mu. Aku tidak ingin melihat kau terluka seperti ini."
"Dia marah?" batin Yu Xi. "Ya sudah, ikuti saja. Bagaimana pun juga, dia kan ingin mengobati ku saja."
Yu Xi pun nurut. Ia pun membuka selangka kakinya dan membiarkan Lu Zhen Yang menaikkan gaunnya.
"Uh! Sakit!" pekik Yu Xi kesakitaan.
"Ini… tidak disangka luka goresan ini cukup dalam!" batin Lu Zhen Yang menatap serius ke arah goresan di paha Yu Xi. Lelaki itu pun mengambil katembat yang telah diolesi dengan alkohol. "Aku tidak datang tepat waktu untuk melindunginya!"
"Kulit disini akan lebih sensitif dan lebih sakit dari luka lainnya, jadi tahan sedikit." kata Lu Zhen Yang. Dia pun mengolesi katembat yang telah dilapisi dengan alkohol itu dengan lembut
"Uh!" Yu Xi menahan perih lukanya.
"Sakit sekali ya? Maaf, aku akan lebih berhati-hati." kata Lu Zhen Yang.
"Ti… tidak apa-apa kok." kata Yu Xi gemetaran, menahan rasa sakit dan perih di pahanya itu.
Lu Zhen Yang pun fokus mengobati Yu Xi. Dia pun membersihkan darah luka goresan itu dengan lembut.
"Dia mengobati luka ku selembut mungkin." batin Yu Xi terpesona. "Hubungan kami kan sebatas teman saja, tapi kenapa dia begitu serius?"
"Dia benar-benar pria yang lembut. Jika ada wanita yang menjadi pacarnya, pasti dia akan menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini..." batin Yu Xi iri.
"Untuk apa coba aku memikirkan hal itu?!" batin Yu Xi geleng-geleng kepala sendiri. Segera membuang perasaannya itu. "Itu juga tidak ada hubungannya dengan ku! Mau dia dengan siapa kek, apa hubungannya denganku coba?"
"Ada apa? Apa sangat sakit?" Lu Zhen Yang jadi panik. Takut membuat gadis itu kesakitan.
"Ah! Tidak… tidak sakit kok…" jawab Yu Xi terbata. Wajahnya gemetaran dan berkeringat dingin. Ekspresinya itu benar-benar sangat imut dan memikat sekali. "Tuan muda Lu… teruskan saja…"
Deg! Deg!
***
To Be Continue…