Sandra benar-benar bosan, tidak ada yang bisa dilakukan di rumah ini karena semuanya sudah ditangani para asisten rumah tangga, bahkan untuk sekadar memasak dia dilarang.
Sebenarnya Alex tidak mengekangnya, dia bebas keluar rumah asal diantar sopir pribadi dan pengawal, bahkan Alex sudah memberinya kartu kredit untuknya jika ingin berlanja atau ke salon.
Namun Sandra merasa tidak nyaman, dia sudah terbiasa mandiri dan bepergian sendiri tetapi sekarang satu langkah keluar dari rumah dia harus diikuti pengawal. Hidupnya seperti putri raja saja ke mana-mana pakai ajudan, lagipula dia mau pergi ke mana coba, belanja juga enggak mungkin toh semua baju, perhiasan, tas, sepatu, dan yang lainnya sudah tersedia di lemarinya, dia hanya tinggal memakainya saja.
Karena boSan Sandra memilih main game di laptopnya saja, dan pada saat itulah Sandra teringat sesuatu. Sebuah ide muncul di otaknya, benar juga kenapa dia tidak lakukan itu saja, siapa tau diperbolehkan.
Sandra langsung mengganti bajunya dengan gaun pendek selutut tanpa lengan. Dia melihat dirinya di cermin terlihat feminin dan tidak terlalu terbuka.
"Pak, antarkan saya ke kantor suami saya, ya," pinta Sandra sambil menuruni tangga.
Pak sopir hanya mengangguk dan mengikuti nyonyanya ke arah mobil lalu membukakan pintunya.
Sandra duduk dengan gelisah sepanjang perjalanan, semoga saja tujuannya terlaksana. Doanya dalam hati.
Sandra duduk dengan sesekali melihat ke luar jendela mobil, boleh enggak ya, boleh enggak ya, gumamnya dalam hati. Semoga semua berjalan lancar, harapnya. Mobil melaju dengan tenang sampai akhirnya tiba di sebuah gedung yang menjulang tinggi. Dengan tulisan DRACO GROUP.
Sandra tercengang saat turun dari mobil, dia bahkan bertanya pada sopirnya bahwa mereka tidak salah tempat. Sopirnya hanya mengangguk dan tersenyum saja. Sandra sempat ragu untuk masuk. Tiba-tiba berbagai pertanyaan muncul di benaknya.
Bagaimana kalau Alex tidak ada? atau di lantai berapa Alex bekerja? Dia tidak tahu apa-apa. Sandra sebenarnya tidak menyangka kalau kantor Alex sebesar ini. Ayahnya juga kaya tetapi tidak sebanding dengan semua ini.
Akhirnya dengan ragu-ragu Sandra masuk ke dalam lobi dan menuju meja resepsionis.
"Permisi, Mbak, saya mau ketemu Bapak Alexander Draco beliau ada di lantai berapa ya?" tanya Sandra polos.
Sementara resepsionis memandangya dari atas sampai bawah dengan senyum mengejek. "Adek mau apa ketemu Mr A? Udah bikin janji temu belum?" tanya si resepsionis yang dilihat Sandra bernama Lala di kartu pengenalnya.
"Mr. A?" tanya Sandra sambil tersenyum. Entah ini takdir atau kebetulan kelihatanya mereka memiliki sebutan yang sama, batin Sandra.
"Iya Mr. A alias Mr. Alexander, kalau Adek belum ada janji mending bikin janji dulu nanti kalau Mr. A mau ketemu pasti kita hubungi," jawab Lala terlihat malas.
"Tapi Aku maunya sekarang, aku ini is ... eh maksudnya saudara Mr. Alex," jelas Sandra sambil mengembuskan napas, hampir saja dia bilang dia istrinya Alex. Padahal Sandra, kan, belum tahu Alex sudah memberi tahu karyawannya atau belum tentang pernikahan mereka.
"Adek kecil denger, ya! Saya itu tau Mr. A saudaranya cuma satu dan dia cowok jadi nggak usah deh ngaku-ngaku sodaraan sama CEO saya, terus kalau kekasih kayaknya juga nggak mungkin. Saya itu tau selera Mr. A nggak mungkin dia mau ama cewek ingusan labil kayak kamu, mending sekarang Adek pulang saja sebelum saya panggil security buat ngusir kamu," kata Lala sambil tersenyum mengejek.
What? Cewek labil ingusan?
Berani sekali dia ngataiaku cewek labil, situ kali yang labil. Udah dandan menor pake baju sexy, dadanya bergerak-gerak seperti mau lompat, ishhh dia mau kerja atau mau menjajakan pintu surga?
Kok pintu surga? Ya kata cowok, punya cewek kan surga, punya cowok neraka, demen banget tuh neraka bisa masuk surga.
Sabar sabar kalo enggak punya tujuan penting besok-besok ogah Sandra nyamperin Alex lagi.
"Oke, Mbak, sekarang juga Mbak hubungi bos Mbak itu bilang Sandra pengen ketemu. Kalau dia emang nggak mau ketemu saya akan pulang," kata Sandra sedikit menaikkan suaranya.
Resepsionis itu mengembuskan napas malas lalu mengangkat teleponnya dengan kasar.
"Selamat siang, Mr. A, ada seorang wanita ingin ketemu Bapak."
"...."
"Baik, Pak, selamat siang." Lala menutup telepon dan tersenyum mengejek.
"Adek Kecil, Mr. A sedang rapat jadi kalau kamu memang mau ketemu katanya suruh tunggu aja di sana." Sambil menunjuk bangku di samping kanan meja resepsionis.
Huh bener-bener si Alex, dia kan istrinya masa mau ketemu saja susah benar, awas nanti kalo pulang enggak bakal dia beri jatah, runtuk Sandra dalam hati.
Sandra sudah menungu hampir 1 jam tetapi Alex belum nongol juga, akhirnya untuk menghilangkan kebosanan Sandra mengeluarkan Ipad dari tasnya, sudah lama pekerjaan sampingannya ini terbengkalai gara-gara menikah.
"Mr. A, aku butuh jimatmu."
Sandra tersenyum melihat sudah banyak klien yang menghubunginya, kata-kata di atas adalah sandinya. Salah sandi maka Sandra tidak akan menerima job tersebut.
Memang apa sih yang dia lakukan? Sandra itu hacker profesional, asal tahu saja dia sudah meretas
berbagai perusahaan, bahkan kalau dia mau dia dengan mudah membobol bank, tetapi sorry ya dia enggak semata duitan itu. Dia jadi hacker awal mulanya hanya membantu teman, nyolong kunci jawaban dan mengubah nilai di sekolah, jadi Sandra itu bisa dibilang maling kecil-kecilan.
Sandra juga enggak mau menerima job yang membahayakan dirinya seperti beberapa tahun lalu, dia meng-hack sebuah perusahaan yang ternyata memiliki sistem keamanan canggih dan juga memiliki hacker profesional bernama Red Devil.
Sekarang Sandra main aman saja, menerima job yang hanya bernilai maksimal lima digit, tidak lebih. Dia masih sayang nyawanya dan tidak mau mencari perkara dengan orang penting dan berkuasa.
TBC