Happy reading.
****
Alex gelisah bukan main, sejak kepulangan mereka dari apartemen Joe. Sandra makin murung. Alex bahkan sudah menyuruh David, Ai, dan Joe bahkan mommy-nya untuk menghibur Sandra tetapi hasilnya gagal total. Sandra hanya berdiam diri di kamar.
Sikapnya memang terlihat biasa tetapi pengurungan dirinya di kamar itulah yang membuat semua anggota keluarga kalang kabut, apalagi perkiraan melahirkan semakin dekat. Alex khawatir jika Sandra terlalu stres akan berpengaruh pada bayi mereka.
Sedang Sandra sebenarnya tau kalau semua orang di rumah ini mengkhawatirkannya. Tetapi entahlah dia sedang tidak ingin melakukan apa-apa. Dia hanya ingin diam di kamar. Duduk-duduk dan merenung. Memikirkan bagaimana agar ayahnya menyadari bahwa dia sebenarnya anak kandungnya.
Cklek!
Alex masuk membawa nampan yang berisi makan malamnya. Sebenarnya maid bisa mengantarkannya tetapi Alex bersikeras ingin mendampingi istrinya yang sedang galau.
"Sayang ... makan dulu ya."
Sandra tersenyum dan mengangguk.
"Suappppp ...," kata Sandra manja.
Alex duduk di pinggir ranjang dan menyuapi Sandra dengan sayang. Entah kenapa akhir-akhir ini istrinya sangat manja, mungkin bawaan bayi.
Selesai menyuapi istrinya Alex langsung membereskannya dan langsung membawanya ke dapur.
Dari dapur Alex langsung kembali ke kamar karena Sandra tak suka ditinggal lama. Dia pasti akan merengek dan menangis jika Alex kelamaan meninggalkannya.
Saat masuk kamar Alex melihat istrinya keluar menuju balkon dan duduk di kursi kayu panjang.
"San San kok keluar kan dingin." Alex membawakan Sandra selimut tipis dan menyelimutinya.
"Aku bosan di kamar terus."
"Kalau gitu gimana kalau kita jalan-jalan?"
"Gak ah aku malas keluar rumah."
"Trus maunya ngapain? Enaena? Ayuk!" kata Alex semangat.
"Ishhhhh apaan sih nggak! Aku belum pengen!"
"Kalau sekarang belum berarti bentar lagi mau dong?" Alex masih berharap.
"Gak. Aku pengen yang lain."
"Pengen apa? Kalau bisa aku pasti turuti!"
"Aku pengen main ular tangga."
"Hah ...? Kenapa gak catur aja Sayang lebih elit."
"Maksudmu ular tangga gak elit gitu?" Sandra cemberut."
"Eh ... bukan gitu maksudnya itukan mainan anak-anak."
"Yang mau mainkan emang anak-anak. Ni anak kamu yang di perut pengen mainnya itu."
"Ya udah tapi aku cari ular tangga dulu ya."
"Gak usah, aku udah ada kok." Sandra berdiri dan menghampiri laci meja di kamarnya. Mengambil ular tangga buatannya sendiri dan beberapa kertas.
Setelah semua alat terkumpul Sandra kembali ke balkon.
"Sayang main di kamar aja ya? Nanti kamu kedinginan di sini."
"Gak, aku justru lagi gerah."
Alex bingung karena selain ular tangga di sana juga ada kertas perjanjian, apaan ini maksudnya?
"San San ini perjanjian apa?"
"Ini perjanjian permainan ular tangga. Kita akan main tiga kali yang paling banyak menang akan dapet hadiah. Dan pihak yang kalah harus menuruti keinginana sang pemenang tanpa bisa diganggu gugat."
"Ya ampun Sayang kalau kamu pengen sesuatu atau hadiah kamu tinggal bilang pasti aku kasih kok gak usah pake permainan segala."
"Gak seru. Kalau ini ada tantangannya lagian kenapa aku bikin perjanjian karena siapa yang kalah gak bakal bisa mangkir dari kewajibannya."
"San San ...."
"Ck, ck, ck, banyak protes. Mau gak? Kalau gak mau ya udah gak usah banyak alasan!" Sandra mulai kehabisan kesabaran.
Alex langsung mengangguk, daripada nyonya besar tambah ngambek.
"Ya udah tanda tangani perjanjiannya!"
Alex menurut saja dan langsung menanda tangani perjanjian itu.
Sandra tersenyum senang, dalam hati dia sudah memperkirakan semua ini.
Anggap dia licik atau curang tetapi mau bagaimana, dia sudah menginginkan hal itu sejak lama dan Alex tak menurutinya. Sandra kan tak mau anaknya sampai ileran gara-gara perbuatan bapaknya yang tak peka. Akhirnya dia merencanakan penjebakan ini. Anggaplah hiburan di antara kegundahan hatinya.
Ular tangga itu sengaja dibuat sendiri oleh Sandra dan sudah diatur sedemikian rupa sehingga Sandra bisa dipastikan bakal menang.
Alex yang tak tau menurut aja. Di permainan pertama Alex menang dengan mudah. Alex semakin semangat karena hadiah yang diharap akan didapatkannya. Siapa tau hadiahnya enaena sampai pagi. Kan sudah lama Alex tak mengalaminya.
Di permainan kedua Sandra pura-pura seakan dia berusaha sangat keras agar bisa memenangkan ini dan terbukti Alex tak curiga saat Sandra menang di babak kedua.
Di babak ketiga Sandra sengaja membuat permainan ini lama. Dia membuat dia dan Alex harus tergelincir ular berkali-kali. Lalu naik lagi dengan tangga yang tidak panjang hanya 2 atau 3 kotak saja.
Setelah setengah jam lebih Sandra menggulirkan dadu terakhirnya. Dadu yang dibuat Sandra sudah dirancang agar mengeluarkan angka yang tepat.
1 2 3 4
Sandra memenangkan permainan itu dengan senyum lebar dan jingkrak-jingkrak kesenangan. Sedang Alex hanya tersenyum melihat istrinya kembali ceria.
Dia rela kalah terus yang penting istrinya ceria lagi.
"Oke to the point. Hadiah apa yang akan kamu berikan untukku?" kata Sandra menagihnya.
"Bukannya kamu yang nentuin hadiahnya?" Alex mengernyit bingung.
"Bukan, kalau hadiah ditentukan oleh yang kalah terserah dia mau kasih hadiah apa. Tapi kalau keinginan aku yang tentuin. Jadi apa hadiah untukku." Sandra menengadahkan telapak tangannya seperti anak sekolah minta uang saku.
Alex tertawa keras dan mengelus kepala Sandra. "Em ... gimana kalau kita kencan. Pergi ke mall nonton, dan sebagainya."
"Oke ...," kata Sandra semangat.
"Jadi sekarang apa permintaanmu?" tanya Alex penasaran. Alex tau istrinya pasti sangat menginginkan sesuatu sampai dia membuat permainan ini. Alex sebenarnya curiga dengan dadu di permainan ini. Tetapi Alex tak peduli. Misinya hanya membuat istrinya bahagia dan melupakan kesedihannya.
"Yakin mau denger sekarang?"
"Katakan saja Sayang aku pasti turuti apalagi udah ada surat perjanjiannya, gak mungkin dong aku mangkir dari janjiku."
Sandra senyum dengan lebar. Alex berusaha menguatkan dirinya. Alex tau istrinya pasti akan minta
sesuatu yang sulit dilakukan. Semoga saja bukan hal-hal gila yang di minta istrinya.
"Aku pengen besok kamu masuk kerja lagi selama seminggu dan melakukan apa yang kuminta, tiga bulan lalu. Kamu dan seluruh karyawanmu mengenakan baju berwarna PINK, oke? Tidak ada bantahan. Dan ingat, satu minggu."
"Sayang ...." Alex mengerang berharap mendapat keringanan.
"Jangan lupa perjanjiannya." Sandra menunjukkan surat perjanjian mereka.
MATI AKU. Alex hanya bisa pasrah.
*****
TBC.