Yang Qin melihat ke arahku dengan mata yang berbinar, membuat seluruh darah mengalir dengan cepat ke wajahku.
Seluruh wajahku terasa sangat panas.
Karena sejak awal punggungku sudah tertempel ke tembok, Yang Qin semakin mendekatkan tubuhnya ke arahku secara perlahan. Spontan aku berusaha bersembunyi tapi aku malah membenturkan kepalaku ke dinding, rasa sakitnya hampir membuatku meneteskan air mata.
Yang Qin tertawa dengan tak berdaya, tangannya yang besar mengelus-elus kepalaku yang terbentur sambil berkata, "Masih saja bodoh seperti biasanya! Kamu tidak berubah sedikitpun!"
"Kamu itu yang bodoh, aku hampir saja mengalahkan si gendut lalu kamu datang mengganggu…"
"Mengganggu?" kata Yang Qin sambil mengerutkan alisnya kemudian berkata dengan suara pelan, "Kalau begitu aku pergi saja."
Saat mengatakan itu dia berbalik badan dan ketika ia melangkahkan kakinya, dengan segera aku mengulurkan tanganku dan menarik ujung bajunya.