Chereads / Mata Ketiga / Chapter 21 - Hari libur 1

Chapter 21 - Hari libur 1

Lu Xi menjelaskan perbedaan dunia kegelapan dan dunia roh.

Dunia roh merupakan neraka, tempat yang kita ketahui, kak Yang Qin adalah raja dunia roh. Disana terdapat 18 lantai neraka, kak Yang Qin berperan sebagai hakim di semua lantai tersebut.

Sedangkan dunia kegelapan merupakan nama yang yang digunakan oleh orang Tiongkok untuk membedakan Yin dan Yang.

Raja Yan bertanggung jawab atas hal itu. Raja Yan memiliki pangkat yang lebih tinggi daripada kak Yang Qin dan mereka berdua tidak pernah rukun. Tidak peduli masalah sekecil apapun mereka tidak pernah memiliki pendapat yang sama.

Menurutku, walaupun kak Yang Qin sangat dingin dan selalu berbicara apa adanya, tapi aku dapat melihat bahwa dia sebenarnya hantu yang baik, seperti saat peristiwa Sha Er. Hanya saja dia tidak memperdulikan sekitarnya, jika tidak ada hubungannya dengan dirinya maka dia tidak akan peduli.

Setelah mengetahui hal ini aku tidak dapat menahan diri dan bertanya kepada Lu Xi, "Kak Yang Qin tidak pernah peduli dengan hal yang tidak ada hubungannya dengan dirinya, lantas kenapa saat peristiwa temanku kerasukan, kamu datang untuk membantuku?"

Lu Xi berusaha mengingat peristiwa yang kumaksud, saat sudah teringat peristiwa 3 tahun lalu dia menjawab, "Hantu itu sudah dijatuhi hukuman saat di dunia roh, tapi dia kabur. Jadi memang sudah menjadi tugasku untuk menangkapnya kembali."

Aku kaget dan bertanya: "Dihukum? Memang kejahatan apa yang telah dia lakukan?"

"Membunuh orang!"

Aku terhenyak mendengar perkataan Lu Xi, aku tidak mengira bahwa hantu yang merasuki Sha Er dulunya adalah seorang pembunuh.

"Semasa hidupnya dia suka bermain game pembunuhan, dia tidak dapat membedakan antara kenyataan dan khayalannya. Akhirnya dia pun benar-benar melakukan pembunuhan."

Mendengar perkataan Lu Xi membuatku teringat dengan perkataan tante Ji Li, saat aku lahir terjadi pembunuhan satu keluarga. Anak pertama dari keluarga itu membunuh seluruh anggota keluarganya. Kemudian dia menghabiskan sisa hidupnya dengan bermain permainan itu hingga mati kelaparan karena tidak ada seorangpun yang mengetahui pembunuhan tersebut sampai akhirnya si anak meninggal.

"Tapi aku tidak mengerti kenapa hantu itu membunuh anjing-anjing di desa?"

Aku mengutarakan keherananku. Lu Xi menatapku dan berkata, "Anjing dapat melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat oleh manusia pada umumnya. Hantu itu mungkin merasa anjing-anjing itu terlalu berisik."

"Jadi karena anjing-anjing itu menggonggong ketika melihatnya, ia merasa anjing-anjing itu sangat berisik lalu membunuh mereka?" tanyaku untuk memperjelas ketidak pahamanku.

"Kurang lebih seperti itu."

Mendengarnya membuat seluruh bulu kudukku berdiri.

Jika dipikir-pikir saat hantu itu telah keluar dari tubuh Sha Er, dari dalam gudang kepala desa ditemukan mayat-mayat anjing yang dibunuh dengan sangat keji. 

"Apa masih ada yang ingin ditanyakan?" tanya Lu Xi.

Aku tertawa kecil dan menjawab, "Untuk saat ini sudah tidak ada."

"Kalau begitu aku pergi dulu."

Saat aku baru saja ingin mengucapkan sampai jumpa, Lu Xi langsung menghilang, bahkan aku sudah tidak dapat melihat bayangannya.

Beberapa hari kemudian Yang Qin tetap tidak muncul dan aku selalu dihantui oleh mimpi buruk.

Akhirnya hari Jumat tiba. Setiap hari Jumat kami hanya perlu belajar setengah hari. Siang hari para siswa dapat pulang ke asrama.

Karena bertepatan dengan hari raya kemerdekaan, biasanya sekolah akan libur selama 7 hari, tapi tahun ini walaupun sudah tanggal 4 Oktober sekolah belum libur.

Setelah selesai kelas terakhir, aku segera kembali ke asrama dan membereskan barang-barangku. Aku ingin segera meninggalkan sekolah ini.

Cheng Fengfeng dan Bai Xiaomeng telah selesai membereskan barang-barang mereka. Bai Xiaomeng mengenakan tasnya dan keluar meninggalkan asrama terlebih dahulu, sedangkan Cheng Fengfeng masih ada di atas kasurnya. Saat dia akan turun dari kasurnya Cheng Fengfeng melihat ke arahku membuatku merasa sedikit tidak nyaman.

"Kenapa kamu melihatku?"

Dia tersenyum sinis dan menunjuk ke arah matanya berkata: "Lihat mataku."

Aku mengamati dan merasa tidak ada yang aneh dengan mata Cheng Fengfeng.

"Matamu kenapa?"

"Kantong mataku berwarna hitam!" Jawab Cheng Fengfeng dengan marah. "Setiap malam kamu selalu meneriakkan nama Xu Zixi membuat kami tidak bisa tidur dengan nyenyak."

Ucapan Cheng Fengfeng membuatku tercengang, "Kamu tidak sedang berbohong?"

Aku memang bermimpi Xu Zixi, tapi aku tidak tahu kalau aku sampai berteriak memanggil namanya! Jika dipikir-pikir tentu saja itu akan menakutkan bagi orang yang mendengarnya.

"Tentu saja aku tidak berbohong, aku merekamnya di telepon genggamku." Ketika Cheng Fengfeng hendak memutar rekaman suara itu, aku menghentikannya.

"Jangan! Aku tidak ingin mendengarnya."

Tidak mudah untuk dapat pulang ke rumah, tapi setelah mendengar nama Xu Zixi aku jadi semakin ingin pulang ke rumah. Nama itu seolah bergema di telingaku sedangkan aku hanya ingin memiliki liburan yang tenang.

Aku dengan cepat memasukkan seluruh barangku kedalam tas dan keluar meninggalkan kamar asrama.

Cheng Fengfeng juga ikut keluar dari kamar asrama kemudian dengan nada mengejek berkata, "Aku dengar tantemu seorang penyihir?"

Aku tidak menjawab apapun, tapi Cheng Fengfeng kembali mencecarku, "Apa tantemu juga bisa membuat jimat penangkal setan? Aku berminat untuk dibuatkan jimat untuk keselamatan."

"Tanteku tidak bisa."

"Bukankah tantemu seorang penyihir?"

Aku merasa pertanyaan Cheng Fengfeng sangat merepotkan. Akhirnya aku menjawabnya dengan tidak sabar, "Memangnya penyihir bisa membuat jimat?"

"Lalu apa yang bisa dilakukan oleh tantemu?"

"Yang jelas tidak bisa membuat jimat. Jika kamu perlu jimat pergilah ke kuil."

Aku mempercepat langkahku karena tidak ingin mendengarkan pertanyaan Cheng Fengfeng lebih lanjut tapi dia mengejarku.

"Kalau begitu apa kamu tahu kuil yang bisa dipercaya? Jaman sekarang banyak sekali penipu yang berkeliaran."

Aku berhenti dan melihat ke arahnya dengan ekspresi datar lalu berkata: "Sudah tahu banyak penipu, kamu masih mau membuat jimat? Kamu tidak perlu takut ada hantu yang mendatangimu jika kamu tidak melakukan hal-hal yang buruk."

Seketika itu juga wajahnya berubah menjadi pucat pasi, kemudian menarik tanganku dan berkata: "Lalu aku harus bagaimana?"

Aku terhenyak, "Kamu benar-benar telah melakukan sesuatu yang buruk?"

"Aku… Saat aku masih kecil, aku bermain dengan adik laki-lakiku. Karena dia sangat berisik aku menendangnya hingga dia terjatuh dari tangga. Kepalanya terluka dan darah mengalir keluar begitu banyak. Aku juga sering mencuri makanan miliknya. Selain itu dia suka mengikuti kemanapun aku pergi, tapi aku selalu meninggalkan dirinya dan dia selalu menangis…." sorot matanya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.

Aku melihat ke atas dan menghela nafas, kemudian memberikan Cheng Fengfeng saran, "Jika begitu, kamu pergi ke kuil Lei Xian dan mencari seseorang bernama Shang Yi untuk minta dibuatkan jimat."

Shang Yi pasti akan senang jika aku membantu bisnisnya.

Berdasarkan yang aku tahu Shang Yi merupakan orang yang serakah. Jika ada orang yang datang mengantarkan uang dia tidak mungkin menolaknya. 

Setelah mendengar perkataanku, mata Cheng Fengfeng bersinar seolah menemukan secercah harapan baru. Tangannya menggenggam tanganku erat-erat dan berkata, "Terima kasih Sixi, mari kita berteman. Aku rasa kamu tidak mengerikan seperti yang dikatakan orang-orang."

Aku cepat-cepat menarik tanganku tapi Cheng Fengfeng malah mengelus kepalaku sambil tersenyum.

Aku berjalan keluar sekolah dengan perasaan bersalah. Saat tiba di gerbang sekolah sudah ada orang yang menunggu untuk menjemputnya, sedangkan aku harus berjalan 200 meter lebih untuk naik bis.

Bis ini akan melewati desaku, jadi aku turun di pintu masuk desa kemudian berjalan kaki.

Setelah memasuki desa, aku segera berjalan menuju ke rumah. Dari kejauhan aku dapat melihat tante Ji Li di halaman sedang menunggu kedatanganku.

Aku melambaikan tanganku dan berteriak, "Tante Ji Li, aku pulang!"