Chereads / Mata Ketiga / Chapter 17 - Menjadi pengganti roh 2

Chapter 17 - Menjadi pengganti roh 2

Saat aku akan tiba di lantai paling atas, aku mendengar suara seorang wanita memanggilku. Suaranya seperti berasal dari dunia lain

Aku tidak berani menoleh ke belakang, aku terus berjalan maju degan cepat.

Saat aku membuka pintu atap, aku melihat ada seseorang sedang berdiri mengenakan baju tidur berwarna putih. Orang itu adalah Xu Zixi.

Dia sedang berdiri di bagian luar pagar pembatas. Rambut dan bajunya terurai tertiup angin.

"Xu Zixi!" aku memanggilnya dengan lantang.

Xu Zixi membalikkan kepalanya secara perlahan, terlihat wajahnya pucat pasih seolah darah yang mengalir di bawah kulitnya telah habis terkuras. Di bawah sinar bulan aku dapat melihat sorot matanya yang putus asa.

Aku menyadari tangan kanannya sedang menggenggam erat penutup mataku dan kedua kakinya telah bersandar pada pagar. Jika dia melangkah satu langkah lagi pasti ia akan terjatuh.

Aku baru menyadari perkataan kak Yang Qi, jika Xu Zixi melompat dengan membawa penutup mataku masalah ini tidak akan mudah diselesaikan. Jika terselesaikanpun, tidak mungkin ada yang percaya jika bukan aku yang membunuhnya.

Sudah cukup banyak rumor yang beredar tentang diriku dan aku tidak berencana untuk menambah rumor baru.

"Xu Zixi, ayo turun." kataku sambil berusaha mendekatinya perlahan-lahan.

Xu Zixi tidak bergerak sedikitpun, dia hanya melihat ke arahku dengan pandangan kosong. Aku berusaha memanfaatkan kesempatan itu untuk berlari mendekat dan menariknya agar dia tidak terjatuh dari atap.

Kami berdua terjatuh ke belakang.

Aku langsung mengambil penutup mataku yang ada sedang digenggamnya dan menghela nafas lega. Jantungku berdegup kencang seperti sedang maju berperang.

Xu Zixi berteriak, seolah dia baru saja tersadar. Dia duduk dan melihat ke sekelilingnya dengan pandangan bingung.

"Bagaimana aku bisa ada di sini?"

Aku mengenakan kembali penutup mataku dan membersihkan badanku dari kotoran yang menempel.

Xu Zixi menatapku dengan pandangan keheranan, dia bertanya "Ji SIxi, bagaimana kamu bisa ada di sini?"

Aku melihat ke arahnya tapi tidak tahu harus berkata apa. Xu Zixi benar-benar tidak sadar dengan apa yang telah dia lakukan.

Aku membantunya berdiri. Wajahnya terlihat panik dan bergumam, "Apakah A Zi?"

"Siapa A Zi?"

"Bukan... bukan siapa-siapa."

Setelah lebih tenang Xu Zixi membalikkan badannya dan menuju ke peron atap.

Aku mengikutinya dan bertanya dengan nada serius, "Xu Zixi, mengapa kamu mengambil penutup mataku?"

Dia tidak mengatakan apapun dan terus berjalan semakin cepat.

"Aku bertanya kepadamu, kenapa kamu mengambil penutup mataku?"

Xu Zixi tetap tidak menjawab.

Aku paling tidak suka berurusan dengan orang seperti dia, benar-benar menguji batas kesabaranku.

Aku menarik tangannya hingga dia akhirnya berhenti. Xu Zixi menatapku tidak berdaya.

"Ada apa sebenarnya? Mengapa kau mencuri penutup mataku?" tanyaku kesekian kalinya.

"Aku… aku hanya…"

"Cepat jelaskan! Jangan terbata-bata."

....

Setelah 10 menit berlalu kami duduk di tangga asrama dan Xu Zixi menceritakan masalah yang sedang dia hadapi.

Ternyata dia bukanlah siswa baru. Tiga tahun yang lalu saat masih menjadi murid baru, sahabatnya yang bernama A Zi terjatuh dari atap.

Tidak ada yang tahu apa penyebabnya, namun Xu Zixi mendengar rumor bahwa biasanya hampir setiap tahun pada hari yang sama, akan ada seorang siswa yang melompat dari atap. 

Setelah kematian A Zi, Xu Zixi selalu bermimpi buruk. Dalam mimpinya A Zi sedang mencarinya. Dia bahkan sudah dua kali terbangun dan berada di pinggir atap hampir terjatuh. Jika bukan karena diselamatkan oleh siswa lain, mungkin sekarang dia sudah benar-benar meninggal.

Karena selalu bermimpi buruk, nilainya terus menurun. Xu Zixi juga tidak lulus ujian kenaikan kelas. Hingga akhirnya sekarang dia masih mengulang di kelas 1 dan tinggal seasrama denganku.

Hal itulah yang akhirnya membuatnya nekat untuk mengambil penutup mataku. Xu Zixi takut akan bermimpi buruk dan kemudian terbangun di atap lagi

Dia seolah memintaku untuk menyelamatkannya.

Xu Zixi mempercayai rumor yang beredar mengenai diriku dan dia merasa aku dapat membantunya. Akhirnya dia bertekad mengambil penutup mataku saat aku mencuci muka, dengan harapan aku akan mencarinya jika aku tahu dialah yang mengambilnya.

Memang perkiraannya tidak meleset, aku benar-benar berakhir dengan menyelamatkannya karena aku berusaha mengambil kembali penutup mataku. Tapi tentu saja ini berkat kak Yang Qin karena dia yang memberi tahuku.

Setelah mendengar cerita Xu Zixi dan apa yang dikatakan kak Yang Qin kepadaku, aku menarik kesimpulan bahwa sepertinya orang-orang yang melompat dari atap setiap tahunnya adalah roh pengganti.

Kemungkinan besar, kematian A Zi juga merupakan ulah hantu, kematiannya untuk menggantikan roh lain. A Zi juga pasti mengetahui hal ini, oleh karena itu dia berusaha membuat Xu Zixi untuk melompat dari atap untuk menggantikannya. Dengan begitu dia bisa pergi ke Laut Kematian. Tapi A Zi pasti tidak menyangka bahwa usahanya untuk membuat Xu Zixi bunuh diri akan gagal 3 kali berturut-turut.

Jika hari ini aku tidak menghentikan Xu Zixi, aku takut tahun depan dia lah yang akan berusaha membuat orang lain untuk melompat dari atap menggantikannya, sama seperti yang dilakukan oleh A Zi kepadanya.

"Jika kamu tidak ingin celaka, lebih baik kamu segera meninggalkan atap ini."

Aku dapat mendengar suara kak Yang Qin berbisik di telingaku.

Saat itu juga aku memahami apa yang sedang terjadi.

Kak Yang Qin sebenarnya sudah mengetahui semua ini, oleh karena itu dia menyuruhku untuk menghentikan Xu Zixi agar dia tidak melompat.

Tapi mengapa dia berkata tidak bisa berbuat apa-apa mengenai hal ini?

Aku mendengar Shang Yi memanggilnya raja hantu, jika dia memang seorang raja mengapa dia tidak dapat berbuat apa-apa untuk membantu Xu Zixi?

Aku menarik nafas dalam-dalam dan menyalakan senter.

Aku mengarahkan senterku ke arah koridor, tapi cahaya senterku tidak dapat menerangi terlalu jauh.

"Aku bukannya sengaja ingin mencuri penutup matamu untuk mencelakakanmu, tapi aku tidak ada pilihan lain." kata Xu Zixi kepadaku dengan nada bersalah. 

Aku melihatnya dengan tatapan datar dan berkata, "Sekarang kita kembali dulu ke asrama. Besok lagi saja kita bahas masalah ini."

Aku mengulurkan tanganku kepadanya, setelah beberapa detik akhirnya dia meraih tanganku, menggenggamnya dengan erat, dan kemudian berdiri.

"Terima kasih banyak untuk hari ini."

"Hm." jawabku singkat.

Setelah menjawab dengan singkat aku berbalik badan dan berjalan. Xu Zixi berjalan mengikutiku dari belakang.

Walaupun malam ini aku telah melakukan "hal baik", tapi aku merasa bahwa perbuatanku ini akan membuat masalah yang lebih besar lagi.

Aku sudah menyelamatkan Xu Zixi, A Zi tidak mungkin akan membiarkan aku lolos begitu saja.

Ibu, bagaimana aku harus menghadapi masalah ini?

Semakin aku memikirkannya, hatiku semakin tidak tenang dan tanpa sadar langkahku menjadi semakin cepat.

Setelah menuruni 2 lantai, aku tidak lagi mendengar suara langkah kaki Xu Zixi di belakangku.

Aku membalikkan badan dan mengarahkan senterku ke arah belakang. Aku melihat Xu Zixi sedang berdiri di ujung tangga, kepalanya tertunduk tapi aku masih dapat melihat matanya sedang melihat ke arahku.

Wajah Xu Zixi pucat pasi,kakinya tidak berhenti bergetar, dan matanya merah hendak menangis.

"Ada apa denganmu?"

Xu Zixi menelan air ludahnya dengan susah payah. Tangannya bergerak sedikit demi sedikit seperti ingin memberitahuku sesuatu.

Aku mengikuti arah tangannya bergerak dan aku melihat jari telunjuknya sedang menunjuk ke arah kakinya.

Aku mengarahkan sinar senter ke kaki yang ditunjuknya, tapi aku tidak melihat apa-apa.

"Tolong.. aku.." Dia mengucapkan dua patah kata itu dengan susah payah, suaranya hampir tak terdengar