"Apa yang sedang kau lihat?" Tanya si gendut sambil menarik ujung bajuku.
Aku menoleh ke arah si gendut dengan tatapan dingin. Melihatku seperti itu membuatnya takut dan kembali bertanya, "Sebenarnya apa yang kamu lihat?!" si gendut berbicara dengan gemetaran, wajahnya yang bulat menjadi pucat karena ketakutan.
Dia benar-benar tidak dapat melihat anjing-anjing itu.
Jika itu yang terjadi, aku tidak perlu memberi tahu keberadaan anjing-anjing itu agar dia tidak semakin ketakutan. Aku menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak ada apa-apa."
Sha Er sudah masuk ke dalam gudang dan melalui jendela gudang terlihat cahaya berwarna kuning remang-remang menyala.
"Ayo kita mendekat untuk melihatnya!"
Kata si gendut dengan berani.
Linx ao dan Ziyang sudah sangat ketakutan.
"Tidak. Aku mau pulang." kata Lin iXao dengan mata merah seperti akan menangis.
Setelah mendengar perkataan Lin Xiao, Ziyang juga memberanikan diri berkata, "Aku juga ingin pulang."
Suasananya menjadi sangat sunyi dan suram.
Si gendut menatap kedua temannya dengan wajah kecewa dan melambaikan tangannya berkata, "Aku tahu sejak awal aku tidak dapat mengandalkan kalian. Kalian pulang saja jika ingin pulang."
Begitu mendengar ucapan si gendut, Lin Xiao dan Ziyang segera berbalik badan dan berlari meninggalkan aku dan si gendut tanpa menoleh kebelakang sekalipun
Aku juga ingin menggunakan kesempatan ini untuk pulang juga, tapi sepertinya si gendut mengetahui isi pikiranku dan berkata, "Kamu jangan kabur."
"Ini sudah terlalu larut. Jika tante Ji Li tahu bahwa aku tidak di rumah, dia pasti akan sangat khawatir."
"Tante Ji Li kan tidak tahu kamu pergi."
"Kalau begitu aku…"
"Sejak kita saling mengenal, aku tidak pernah memohon kepadamu. Aku malah selalu menindasmu dan aku sangat ingin meminta maaf atas hal itu. Tolong bantu aku kali ini saja." kata si gendut memotong kalimatku. Dia melihat ke arahku dengan pandangan penuh harap.
Aku adalah tetangganya, jadi aku sangat tahu bahwa anjing itu telah bersama dengan si gendut sejak dia masih kecil hingga sekarang. Anjing itu sudah berumur 7 atau 8 tahun, dan tentu saja si gendut sangat menyayangi anjingnya.
Aku bukannya tidak mau membantunya, tapi aku benar-benar ingin menghindari Sha Er.
Jika kami berdua gegabah saat menghampiri Sha Er, semuanya bisa kacau.
Aku berusaha untuk tenang dan berkata kepada si gendut, "Kita pulang dulu saja."
Dia melihatku dengan tatapan tidak percaya atas apa yang barusan dia dengar.
"Pulang? Bagaimana dengan anjingku?"
"Kamu juga belum tahu pasti apakah anjingmu benar-benar dicuri oleh Sha Er, dan juga… Sha Er sedang kerasukan hantu. Kita tidak akan dapat melawannya."
Wajah si gendut bertambah pucat, kedua kakinya terlihat gemetaran hebat.
"Karena itu, sebaiknya kita pulang dulu untuk saat ini!"
Si gendut memandangku untuk beberapa saat. Akhirnya ia berkata, "Tidak bisa! Jika kita pulang sekarang, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan anjingku?!"
"..."
Si gendut sangat yakin bahwa anjingnya memang benar-benar dicuri oleh Sha Er.
Tiba-tiba terdengar suara samar seekor anjing sedang mendengking lirih dari dalam gudang. Suara itu menggema di telingaku, membuat perasaanku sedih saat mendengarnya.
Saat mendengar suara rintihan itu, si gendut terkejut dan tanpa berpikir panjang dia berlari menuju gudang.
Dasar bocah nekat!
Aku berusaha menahannya untuk tidak pergi, tapi si gendut malah mendorongku dan melepaskan genggamanku.
Dalam sekejap dia sudah berada di depan jendela kecil dan mengintip ke dalam gudang.
Aku bergegas mengejar si gendut dan mengikutinya ke arah jendela gudang. Jendela gudang itu tidak terlalu tinggi sehingga aku dapat melihat seluruh isi gudang.
Gudangnya tidaklah besar, luasnya tidak lebih dari 10 m persegi. Banyak barang berserakan dan tidak tertata rapi, ruangannya juga sangat kotor dan hanya menggunakan lampu kuning remang-remang yang digantung di langit-langit ruangan sebagai penerangan.
Kami dapat melihat Sha Er sedang berjongkok di atas lantai yang penuh dengan darah. Dia memegang pisau besar dan sedang menguliti seekor anjing.
Darah mengalir dari tubuh anjing itu, terus mengalir tanpa henti.
Aku terkejut melihat kejadian itu. Jantungku berdetak dengan sangat cepat seperti akan meledak karena anjing yang sedang dikuliti itu adalah anjing si gendut.
Aku melihat ke arah si gendut. Dia menyaksikan apa yang Sha Er lakukan dengan mata merah menahan tangis. Ia menggertakkan giginya menunjukkan amarah yang tidak dapat terbendung lagi.
"Berhenti melihat itu, ayo kita pergi dari sini…" Kataku sambil menariknya. Tapi si gendut malah melepaskan tanganku dan berjalan menuju pintu gudang, kemudian menendang pintu itu dengan keras hingga terbuka lebar.
"Braakk!" terdengar bunyi yang amat keras ketika pintu itu terbuka dan membentur tembok di balik pintu berkali-kali.
Si gendut sudah tidak memperdulikan apapun lagi. Dia masuk ke dalam gudang, sedangkan aku berdiri mematung di depan pintu gudang. Aku tidak dapat berpikir apapun, otakku seolah berhenti bekerja.
"Kamu membunuh anjingku! Aku akan membuat perhitungan denganmu!"
Teriakan si gendut terdengar hingga keluar, yang kemudian disusul oleh suara tawa Sha Er yang mengerikan.
Aku melangkah mundur merinding, teringat saat Sha Er berusaha membunuhku. Aku pun bergegas meninggalkan tempat itu.
Setelah beberapa saat berlalu, aku berhenti melangkah.
Aku merasa aku adalah orang yang amat menyedihkan karena meninggalkan si gendut sendirian di gudang itu, sementara aku kabur seorang diri...
Aku mengambil keputusan untuk kembali ke gudang tempat Sha Er dan si gendut berada. Dari kejauhan aku tidak melihat cahaya kuning remang-remang yang tadi menyala dari gudang itu.
Aku merasa ketakutan dan gelisah. Aku tidak ingin kembali ke tempat itu, tapi jika aku tidak kembali, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada si gendut.
Bagaimana ini?
Jika saja di saat seperti ini ada kak Yang Qin!
Saat itu terdengar suara yang kukenal dari arah belakang.
"Mencari aku?"
Suara ini… kak Yang QIn!
Aku kaget dan langsung mencari ke arah suara itu berasal. Dari kegelapan muncul seorang pria tinggi berwajah tampan sambil tersenyum kecil, membuatku tidak bisa berhenti memandang wajahnya.
Dia berjalan hingga berhenti di depanku, kemudian melihat ke arahku.
"Kak Yang Qin, tolong bantu aku, bantu si gendut dan bantu Sha Er."
Tanpa sadar air mataku mengalir keluar.
Aku sangat membenci si gendut karena dia selalu menindasku, tapi aku juga tidak bisa melihatnya di bunuh oleh Sha Er.
"Berikan aku sebuah alasan mengapa aku harus menyelamatkan mereka." jawab kak Yang Qin dengan nada dingin.
Aku panik dan berkata "Karena… karena mereka adalah temanku."
"Apa hubungannya denganku?"
"Kak, kumohon. Tolong selamatkan mereka."
Aku menarik ujung baju kak Yang Qing. Aku terus memohon kepadanya untuk menyelamatkan Sha Er dan si gendut.
"Aku mohon…"
Kak Yang Qin menatap aku tanpa ekspresi apapun, bahkan senyum yang sebelum itu ada di wajahnya pun telah menghilang,
"Aku akan melakukan apapun jika kakak bersedia menyelamatkan mereka."
Akhirnya senyum menyeringai menghiasi wajahnya.
"Oh?" Dia tertawa, tapi sorot matanya tetap dingin tak berubah dan berkata: "Kematian mereka tidak ada hubungannya denganku."
Kak Yang Qin melepaskan tanganku yang sedang memegang ujung bajunya, kemudian dia berlutut sambil memegang pundakku dengan kedua tangannya. "Tapi bukan berarti aku tidak dapat menyelamatkan mereka. Jika aku menyelamatkan mereka, bagaimana kamu akan membalas budiku?"
"Apapun tidak masalah."
Dia tertawa datar dan melepaskanku, kemudian mengangkat tangannya dan menjentikkan jarinya sambil berkata: "Lu Xi!"
Seketika dari arah kegelapan muncul seseorang laki-laki tinggi dengan wajah tanpa ekspresi mengenakan pakaian hitam berjalan menghampiri kak Yang Qin. Laki-laki itu tersenyum kecil dan berkata: "Rajaku, apa yang bisa aku lakukan untukmu?"
Kak Yang Qing justru menatapku, bukan melihat ke arah Lu Xi dan berkata dengan nada dingin, "Bawa hantu itu kehadapanku."
Yang dia maksud pastilah hantu yang merasuki Sha Er.
Akhirnya dia bersedia untuk membantuku?
Aku terkejut kak Yang Qin akhirnya mau melakukannya.
"Terima kasih!"
Kak Yang Qin tertawa dan berkata: "Kamu cepatlah dewasa, aku tidak sabar saat kamu membalas budiku."
Saat itu, aku tidak paham apa yang kak Yang Qin ingin aku lakukan untuk membalas budinya, tapi setelah Lu Xi mendapatkan perintah dari kak Yang Qin, seketika itu juga ia menghilang.