"Aku …" Liang Yixuan sedikit murung.
"Ya, dua koin tembaga, lebih murah sedikit." Dong Huiying mengulangi penjelasan sebelumnya.
Yixuan menundukkan kepalanya. Entah bagaimana suasana hatinya, ia berusaha terlihat begitu tenang. "Lain kali kau bisa menaikkan harganya supaya bisa menghasilkan lebih banyak uang."
"Apa??" Dong Huiying tak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya.
Yixuan membalikkan badan, menyeret kaki kanannya yang cacat. Ia berjalan tertatih-tatih kembali ke dapur.
Dong Huiying merasa tertekan. Ia menghela napas sambil bertopang dagu.
Esok harinya, Yixuan mulai mengabaikannya. Terutama setelah mengetahui kejadian kemarin.
Tentu saja Yixuan tak pernah berlaku kasar kepadanya. Pria itu mempersiapkan makanan sehari tiga kali dan selalu tepat waktu, tapi tak ada komunikasi di antara keduanya. Setiap kali Dong Huiying ingin bicara kepadanya, ia selalu tampak sibuk. Namun, sikapnya yang seperti itu justru lebih mengganggu.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar halaman. Ada seseorang yang berteriak, "Lao Liu!?"
Dong Huiying sangat tertekan. Perlahan-lahan, ia keluar dari rumah. Ia melihat seorang pria tampan dan berwajah dingin. Ia membawa kapak besi di tangannya dan seekor bagal aneh di pundaknya. Wajahnya diterpa angin dan embun beku menghiasi wajahnya. Sepertinya ia baru saja kembali dari gunung.
Pria ini ramping dan postur tubuhnya sedikit lebih tinggi daripada Liang Yixuan. Ia juga memiliki kulit yang putih, indah, dan dingin seperti bunga plum di musim dingin.
Model rambut pria di Dinasti Yuan kebanyakan seperti orang kuno, tapi pria ini malah berambut pendek dan lurus?
Pria itu mengenakan terusan pendek berwarna hitam, karena kehujanan pakaian yang ia kenakan itu basah. Tampak beberapa helai rambut rontok menempel di wajahnya yang dingin. Saat ia mendengar langkah kaki Dong Huiying, matanya yang hitam itu memandang Dong huiying dengan agresif. Ia menatap Dong Huiying sejenak.
Ia maju selangkah ke arah Dong Huiying dan membawa kapaknya.
"Dong Dabao!!" suaranya terdengar bagaikan guntur. Ia mengertakkan giginya dan menatap Dong Huiying. "Lao Liu! Di mana Lao Liu!?"
Dong Huiying hampir ketakutan saat pria itu bertanya demikian. Keringat langsung membasahi punggungnya saat melihat urat tendon yang kebiruan di pelipis pria itu dan kapak besi di tangannya.
Dong Huiying melangkah mundur dan terkejut, "Dia … dia sudah keluar." Ini benar, karena sebelumnya Yixuan keluar dengan membawa payung berwarna kuning.
Namun, karena kejadian kemarin, mereka berdua terlibat dalam perang dingin dan Yixuan selalu menghindarinya. Pria itu tak peduli kepadanya, jadi Dong Huiying juga tidak banyak bertanya.
"Keluar?" Tanya Sang Pria itu sedikit tegas. Pria itu menyipitkan matanya dengan sinis, "Oh!"
Tiba-tiba ia memainkan kapak yang ada ditangannya itu
"Wus.. Wes…", (suara kapak)
Kapak itu diarahkan kepada Dong Huiying.
Dong Huiying segera menghindar. Wajah kecilnya yang sudah gelap dan hitam menjadi semakin pucat pasi.
Jika bukan karena gerakan tubuhnya yang gesit, mungkin saat ini tubuhnya sudah terbelah menjadi dua karena kapak itu!
Ia melihat kapak besi yang diarahkan kepadanya itu justru tertancap dengan kuat pada pintu kayu.
"Aku masih mau hidup!" Dong Huiying mengerang.
Sepertinya pria itu benar-benar memusuhinya. Dong Huiying menundukkan wajahnya.
"Apakah ada yang salah? Lao Liu keluar sendirian, aku juga tidak menemaninya, dan…" Ucapannya tegas seakan mengancam. Pikir Dong Huiying, siapa pria ini? Sepertinya ia hidup dalam permusuhan yang begitu mendalam di antara mereka berdua?
Namun, sebelum Dong Huiying selesai bertanya, pria itu mencabut kapaknya. Wajahnya yang muram mendekatinya.
"Sang Istri? Hah! Kau benar-benar istri yang baik! Wanita mana di dunia ini yang tidak sibuk menghasilkan uang untuk menghidupi keluarganya? Namun Sang Istri keluarga Liang kami begitu kejam dan brutal, dan tidak menghasilkan apa-apa! Demi dua koin tembaga, ia bahkan rela menjual suaminya!"
"Heh?" Dong Huiying makin terkejut dengan ucapan pria ini.