Pelajaran pertama adalah pelajaran matematika yang paling Chi Yi tidak suka, apalagi guru matematika itu adalah wali kelas mereka, membuatnya semakin tidak menyukai pelajaran tersebut. Rasa tidak sukanya pada matematika rupanya mempengaruhi nilainya, tentu saja nilai gadis itu tidak bagus, bahkan dapat dikatakan, sangat tidak bagus.
"Chi Yi… Nilaimu 46!" Hu Huiping, wali kelas Chi Yi menyebutkan hasil ujiannya. Dia pun segera berjalan ke depan dan dengan wajah sedih mengambilnya. Namun, ketika memutar tubuhnya untuk kembali ke tempat duduk, wali kelas kembali memanggil namanya, "Chi Yi, tunggu dulu!"
"..." Chi Yi menolehkan kepala dan dengan tatapan tanpa dosa melihat wali kelasnya
"Seluruh tubuhmu bau alkohol! Semalam kamu ke mana? Bar?"
"..." Tubuh Chi Yi bergidik. Kemarin malam bagaikan mimpi buruk untuknya, namun dia sama sekali tidak ingin mengingat satupun kejadian di bar.
Sikap Chi Yi yang diam saja, dianggap sebagai pengakuan oleh gurunya. Hu Huiping kemudian meneriakinya dengan mata melotot, "Sudah kelas tiga SMA, bukannya belajar di rumah dengan baik, ini malah berani-beraninya pergi ke bar?! Memangnya nilaimu sudah bagus? Nilai matematikamu 46, kamu berada pada posisi terbawah ke enam dari seluruh kelas, lalu masih tidak punya malu pergi bermain?! Hari ini, suruh orang tuamu datang! Semua murid dengan nilai sepuluh terbawah, harus meminta orang tua kalian datang. Aku ingin tahu sebenarnya bagaimana cara kalian belajar sehingga nilai kalian begitu rendah!"
Chi Yi merasa kesal, wali kelasnya ini sungguh menyebalkan, dia sering sekali menyuruh orang tua murid untuk datang. Kalau nilaiku jelek, bukankah itu kesalahan guru? Apa hubungannya dengan orang tua? Bikin pusing saja! Pikirnya. Masalahnya adalah ayah dan ibu Chi Yi sudah terbang ke Toronto, mereka mungkin tidak akan kembali dalam satu tahun ini. Sekarang dia tinggal bersama kakek dan neneknya, mana mungkin dia menyuruh kakek dan nenek untuk menggantikan ayah dan ibunya untuk datang.
***
"Tidak apa-apa, paman ketigamu baru kembali dari luar negeri kemarin." Kata nenek Chi Yi melalui sambungan telepon.
"Paman ketiga?" Chi Yi terdiam. Maksudnya paman ketiga yang sudah pergi keluar negeri saat aku berusia delapan tahun itu? Batinnya. Ingatannya terhadap pamannya berhenti ketika pria itu berusia 18 tahun dan kejadian itu sudah 10 tahun yang lalu.
Saat itu, pamannya sangat keren, seperti pangeran yang berada di dalam cerita komik. Saat mengobrol dengannya pun, pria itu tidak menunjukkan banyak ekspresi di wajahnya, namun dia sangat tampan, benar-benar sangat tampan! Bahkan kemanapun dia pergi, seperti ada cahaya yang selalu menyinarinya.
Dirinya yang pada saat itu sudah mulai genit, selalu mengikuti pamannya dari belakang dan meminta pria itu untuk menggendongnya. Meski masih muda, pamannya saat itu tetap membungkukkan badan dan menggendong Chi Yi kecil. Ketika digendong, dia merasa dada lelaki itu benar-benar membuat orang melayang sampai khayangan.
Kalau dipikirkan lagi, sekarang… Wah wah! Chi Yi sangat menantikan paman ketiga yang sudah 10 tahun tidak bertemu satu sama lain.
Kemudian, Nyonya besar keluarga Chi pun terdengar berkata, "Gadis kecil ini pasti berbuat onar lagi. Lihat saja, saat paman ketiga kembali, ayah dan ibumu langsung menyerahkanmu kepadanya. Dia akan menjemputmu untuk tinggal di rumahnya malam ini. Ada baiknya juga seperti ini, kamu memang harus diurus oleh orang dewasa yang disiplin. Kalau tidak, mungkin kamu akan membuat semua orang menjadi pusing".
"Nenek, kamu sudah tidak menginginkan aku lagi?" Chi Yi berpura-pura akan menangis.
"Apa yang kamu katakan! Kamu jelas tahu bahwa nenek paling sayang padamu. Kamu ini… pasti karena aku terlalu memanjakanmu. Sudah sudah, nanti paman ketiga akan datang ke sekolah, kamu harus menurut ya"
"Baiklah! Nenek, aku sayang padamu! Muach~"
"Muach~" Chi Yi baru menutup telepon setelah bermanja-manja ria kepada neneknya.