Mendengar kata-kata yang menenangkan dari para pelayan membuat kekhawatiran Yang Yuxi sedikit melemah. Ia pun tersenyum penuh terima kasih kepada mereka, "Terima kasih!"
"Tak perlu berterimakasih, Nona Yang."
"Bagaimana kalau begini, ayo kita masak beberapa hidangan favorit tuan muda. Setelah itu, nanti Anda yang mengantarkannya kepada tuan muda. Kemudian, anda bisa membujuknya dengan baik, kan? Amarahnya pasti akan hilang."
*****
Di ruang baca.
Ye Ming masih berjongkok di lantai. Ia sedang menatap sketsa yang telah ternoda oleh tinta hitam itu. Ia tidak bergerak sama sekali, seperti patung.
Wajahnya terlihat tenang dan tertegun, seolah-olah telah kehilangan kemampuan berpikirnya. Nyatanya dalam lubuk hatinya, ia sama sekali tidak setenang wajahnya. Gelombang amarah yang mengerikan telah menyelimuti hatinya.
