Memikirkan hal ini, aku merasa lebih tidak nyaman. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat ke belakang dan menghapus air mataku, tetapi tiba-tiba aku mendapati Bei Mingyan yang akan masuk melewati pintu.
Mau tak mau aku memaksakan sebuah senyuman, "Yan, kemarilah dan lihat Zhi Er."
Namun, sebelum Bei Mingyan mendekat, Zhi Er tiba-tiba menunjukkan postur defensif. Ia segera berlari untuk bersembunyi di balik pilar di aula, mencibirkan mulut kecilnya, dan menatap Bei Mingyan dengan penuh kewaspadaan.
Bei Mingyan tampak tertegun melihat pemandangan itu.
Ini adalah putranya, darah dan dagingnya sendiri, dan sekarang ia menatapnya dengan tatapan was-was.
Tidak dipungkiri, aku juga merasa hatiku sakit melihat ini. Dengan tenang, aku meraih lengan Bei Mingyan untuk menenangkannya, "Sekarang ini dia masih takut. Lama kelamaan dia akan menjadi lebih baik."
Bei Mingyan mengangguk dengan dingin lalu berjalan keluar dari aula.
